FILM JENDELA SERIBU SUNGAI:
Sebuah Epik Transformasi Nilai
Oleh Tjipto Sumadi
SCNEWS.ID-JAKARTA. Tidak banyak film yang berkisah tentang transfer ilmu pengetahuan dan sekaligus juga melakukan transformasi nilai yang berbasis kearifan lokal (local values dan local wisdom) seperti Jendela Seribu Sungai ini.
Nilai-nilai kearifan lokal yang ditampilkan dalam film ini sangat komprehensif. Dari permainan anak yang sederhana, nilai berbasis religius, nilai lingkungan yang perlu dilestarikan, nilai tradisional yang berbasis pengobatan dengan memanfaatkan kekayaan alam, nilai spiritual konvensional, dan bahkan nilai-nilai tradisional yang dikreasikan sesuai dengan tuntutan perkembangan zaman. Bahkan film ini dapat juga dinyatakan sebagai film yang melestarikan pantun. Semua nilai itu memiliki interpretasi yang multitafsir secara prositif dan produktif.
Film ini tidak bersifat menggurui, tetapi film ini memberikan keteladanan yang patut dicontoh. Adegan demi adegan terilustrasikan syarat dengan pesan bermakna. Film ini juga tidak bersifat mendiskreditkan keyakinan yang dipertentangkan dengan kemajuan teknologi. Justru film ini menggambarkan, bagaimana nilai-nilai kearifan lokal dipertemu-padukan (Integrated-holistic) dengan nilai-nilai kebaruan.
Hal yang paling menarik adalah begitu banyak ungkapan dengan narasi indah yang dituangkan dalam film ini. Hal lain yang patut diacungi jempol adalah peran guru dalam melakukan transfer ilmu pengetahuan, transformasi nilai, dan pemberi motivasi yang ulung. Peran guru yang diilustrasikan ini, sangatlah dapat dimengerti sebab; Anak bukanlah pendengar yang baik, tetapi peniru yang hebat.
Menonton film ini, bukan saja akan terhibur, tetapi juga akan mengharukan, sekaligus orangtua diajak untuk memahami “mimpi anak” agar satu frekuensi dalam menjemput “impiannya”. Sebab anakmu bukanlah dirimu, karena anakmu adalah anak zamannya, engkau hanya dapat menyiapkan tanpa dapat menentukan, dan engkau hanya dapat mendoakan tanpa bisa menjalankan…