HITAM DAN PILPRES
Oleh : IBG Dharma Putra
SCNEWS.ID-BANJARMASIN. Dimulai dari sebuah pertanyaan, dimanakah hitam dalam indahnya warna pelangi serta kekeluan pada nasib warna hitam didalam dominasi indahnya kesucian warna putih, membuat tulisan ini tersajikan. Hitam itu ada dan memilih bersembunyi dibalik semua warna kehidupan. Tulisan ini tentang perasaan dan bukan kebenaran karena menulisnya tidak melibatkan otak.
Hitam direpresentasi sebagai ketidakhadiran warna atau cahaya, tetapi dalam perasaan, yang berupa misteri hitam terasakan sebagai sumber segala warna, karena merah, jingga, kuning, hijau, biru dan nila, semaraknya semua warna pelangi, terasakan dapat diektraksi dari warna hitam dan hilangnya nuansa satu warna yang terekstraksi, tak mengubah hitam untuk tetap berwarna hitam. Hitam akan tetap konsisten sama hitamnya, tak bertambah atau tidak berkurang.
Bersama hitam, aksentuasi warna keindahan akan semakin indah. Hitam membuat nuansa warna tersebut lebih menonjol dan lebih tegas. Hitam hanya akan berubah menjadi putih jika semua warna disirnakan darinya. Putih adalah hitam yang kosong dan tak terbebani oleh kepentingan menyelamatkan warna dan mencitrakan semua warna seperti warna itu sendiri.
Begitulah hitam dalam perasaan saya, sebuah nuansa tersembunyi dari gemerlapnya dunia, memberi keluaran pada gemerlap itu tanpa ingin mengambil dan mengusainya dan tetap diam walaupun diopinikan sangat buruk dan beraroma busuk serta serba negatif. Seolah hitam berupa dosa padahal hitam adalah penghapus dosa, dosanya hilang serta hanya tampak buruknya warna hitam. Hitam adalah kesengajaan untuk menjadi korban supaya dunia menjadi lebih baik.
Sang maha pencipta, diawal penciptaannya, sangat mungkin hanya menciptakan hitam dan keheningan, sebelum akhirnya menjadi komplek seperti saat ini. Hitam adalah awal, hitam adalah kehidupan, diakhirnya hitam lepaskan semua beban tugasnya dan menjadi putih. Putih adalah ujung akhir, sebuah kematian. Berarti hitam telah disalah artikan dan menjadi paradok kehidupan.
Hitam tercipta diawal, bukan tanpa tujuan tetapi dibekali dengan kemampuan meredam segala kondisi yang tidak menentu, bahkan kekacauan. Nyatanya perdebatan tentang hidup berlangsung sampai saat ini dan manusia yang diciptakan sebagai wakil tuhan dalam memimpin semua makhluk dibumi, ternyata karena kerakusannya telah menjadi sumber kerusakan bumi.
Sebagai pemimpin bumi, manusia selayaknya bernuansa warna hitam karena tidak punya kepentingan dan tidak memerlukan bumi dan dilain pihak bumi yang memerlukan manusia. Dengan begitu, manusia selayaknya bersifat bisa dipercaya, bertanggung jawab, cerdas dan jujur dalam menyampaikan kebenaran dan kebaikan.
Hitam telah menginspirasi pilpres, untuk dapat memilih calon presiden yang diperlukan oleh semua anggota masyarakat tetapi dia sendiri, tidak memerlukan apapun dari masyarakat. Orang yang hanya memberi dan memberi serta mewakafkan hidupnya bagi masyarakat.
Pilihlah hitam sebuah kekuatan, ketegasan yang diam.
Akhirnya disarankan, tulisan berupa khayalan liar seperti ini, sebaiknya tidak menjadi beban otak karena terlalu dipikirkan. Memikirkan khayal binggung potensial membuat serangan kebinggungan sama menimpa kehidupan, hingga sebaiknya dibawa bersenang sajalah, memikirkan hitam yang gembira, yaitu hitam manis pandang tak jemu.
Banjarmasin,
28042023