Idealis vs Opportunis
Oleh : dr. Mohamad Isa.
SCNEWS.ID-BANJARMASIN. Dikala menghadapi suatu pilihan dalam penyelesaian suatu masalah, akan ada titik persimpangan pilihan, mau pilih pendekatan model yang idealis atau opportunis. Ini pilihan, yang harus dipilih. Sulit ?
Idialis adalah sifat seseorang dengan kepribadian yang berpegang teguh pada prinsip atau ide yang dianutnya berdasarkan pengalaman empiris yang unik, pikiran, dan cita-cita tinggi untuk mencapai hasil maksimal.
Oportunis yaitu sifat orang yang paham dan semata–mata hendak mengambil keuntungan untuk diri sendiri dari kesempatan yang ada tanpa berpegang pada prinsip tertentu.
Pilihan itu dipilih sesuai dengan hati nuraini dan kepribadian yang dimiliki. Ada yang merasa nyaman hidupnya dengan memilih sifat idealisnya, tapi ada juga yang nyaman dengan sifat opportunisnya.
Para pejuang negara, pemimpin negara, pegawai negeri, polisi, tentara, politikus, guru, dokter, kepala rumah tangga tidak sedikit yang bekerja dan bekarya dengan idealisme yang dimiliki. Mereka bisa merasa senang dan tenang hidupnya pada pilihan cara yang dipilihnya.
Ada dampak yang didapat dengan pilihan ini, bisa dalam bentuk hidup yang sederhana bahkan bisa “dikucilkan” dengan orang yang tidak sepaham dan bahkan bisa dipenjara/dibunuh.
Periode tahun 1980 – 1993, semua dokter diwajibkan mengikuti Program Dokter Inpres (Instruksi Presiden).
Dengan bekal Surat Keputusan (SK) dari negara, masing-masing bertugas di seluruh pelosok wilayah Indonesia. Ada daerah sangat terpencil, terpencil, tidak terpencil. Dengan bekal idealis yang dimiliki, para dokter bekerja penuh semangat dan dedikasi pada kondisi lingkungan yang ada.
Penulis sendiri tahun 1988 bertugas sebagai Kepala Puskesmas/Dokter Inpres di Puskesmas Wera Timur, Kecamatan Wera, Kabupaten Bima, NTB. Didaerah yang terpencil saat itu. Tinggal di rumah dinas dokter Puskesmas, belum ada air ledeng dan listrik, dengan jalan dan jembatan belum sempurna. Kami jalani tugas ini dengan rasa bangga dan senang sebagai bagian pengabdian pada negara.
Ada juga orang yang bekerja dan bekarya dengan model opportunis. Orang Opportunis, mencari dan memanfaat kesempatan untuk kepentingan dirinya. Ada istilah “Aji mumpung”. Mumpung masih punya orang yang dikenal, dipercaya, punya kekuasaan. Pilihan sifat ini cenderung bersifat instan, tidak melalui jenjang yang dilalui sebagai mana biasanya. Menggunakan fasilitas yang seharusnya belum hak nya. Ada dampak yang bisa didapat dari model opportunis ini yaitu bisa hidup dalam kemewahan. Namun bisa juga terpeleset, bahkan berurusan dengan hukum karena cara opportunis yang dipilihnya.
Kedua sifat ini jadi pilihan dalam menjalani kehidupan ini. Ada yang dulu sangat idialis, waktu berjalan bisa berubah jadi seorang yang opportunis dan sebaliknya.
Ada konsekwensi masing – masing yang siap diterima.
“Hidup adalah Pilihan
( Life is a Choice).”
Banjarmasin,13 September 2024.