
INSPIRASI HARVARD
Oleh : IBG Dharma Putra
SCNEWS.ID-BANJARMASIN. Pendapat mantan Menteri Pendidikan sekaligus idola, Daoed Yoesoef tentang 4 sumber utama kekuatan dunia, yaitu ulama, cendekia, tentara dan buruh berkombinasi dengan situasi terkini yang sedang terjadi di sebuah kampus ternama di Amerika, membawa pemikiran berpendapat bahwa membangun peradaban dan kemuliaan bangsa wajib dilakukan dengan membiarkan kampus tetap berdiri tegak membela kebebasan akademi dalam inklusi pendidikannya.
Kampus wajib dihindarkan dari sekedar menjadi menara gading yang jauh dari sibuknya realitas sosial, sekaligus dijelmakan menjadi menara api yang menyala dengan semangat pencerdasan dan pembebasan. Mahasiswanya bersemangat dan tekun mengasah diri meraih cita sekaligus menjadi manusia penganalisa, bukan sekadar alat politik yang gampang terombang-ambing.
Kegagalan kampus menjalankan misi sucinya, menjaga kecerdasan bangsa disertai adanya pembiaran yang membuat ulama terjebak pada pembenaran yang hanya melayani kepentingan sesaat ditambah jeritan buruh karena kesakitan menanggung makin lebarnya kesenjangan atau tentara yang lupa patriotismenya adalah awal kehancuran negara, karena bukan lagi sekadar kemungkinan tapi ancaman nyata depan mata.
Keempat sumber kekuatan dunia diatas, wajib dijaga supaya tidak terlena serta dimabukkan oleh kenikmatan dunia semata, Keempatnya wajib tetap diupayakan agar setia pada tugas mulianya. Harvard, telah mencubit kalbu secara inspiratif, bahwa keempat sumber ini, khususnya kampus adalah benteng terakhir bagi akal sehat dan nurani kemanusiaan.
Kampus wajib dijadikan pusat keberanian dan pencerahan peradaban dan demokrasi, mampu berdiri dengan kepala tegak sebagai benteng logika dan keadilan sosial. Disaat yang sama, mahasiswa dibangun kesadarannya bahwa dia adalah seorang penganalisa yang wajib dapat menembus batas retorika palsu. Karenanya, harus membangun dialektika tanpa mengenal lelah, rajin berdialog menggali kebenaran bak dian nan tak kunjung padam.
Para penghuni Harvard, dengan tegas menolak kebebasan akademik dikerdilkan, memastikan pendidikan menjadi jalan luhur kemanusiaan yang tak boleh dikorbankan demi kepentingan sesaat. Salah satu alumninya, Barack Obama, mengingatkan bahwa kampus bukan tempat kompromi moral dan pendidikan harus dijaga supaya tetap menjadi ruang merdeka, bukan mesin politik.
Secara umum dia menyampaikan bahwa ide dan kebenaran tidak akan bisa dihentikan oleh kekuasaan, kebebasan berpikir adalah tugas setiap warga negara dan diam serta bersikap pasif di hadapan ketidakadilan bernilai setara dengan pengkhianatan terhadap kemanusiaan.
Di dunia ada Harvard, di Indonesia ada Daoed Yoesoef dan semangat DY, melalui Normalisasi Kehidupan Kampus, mengajak semua bangsa untuk merapatkan barisan dan terus kobarkan api perjuangan agar mahasiswa, bisa menjadi manusia penganalisa, selanjutnya bersama sama ulama, tentara, dan buruh, bersatu demi bangsa yang berdaulat, adil dan makmur.
Tanah Betawi,
08062025