SCNEWS – “Don’t Judge The Book By It’s Cover
“Jangan menilai buku dari sampulnya” adalah sebuah kalimat kiasan yang artinya “jangan menilai bobot atau nilai dari suatu hal dari penampilan luarnya saja”. Banyak orang terkecoh jika hanya menilai orang lain dari apa yang terlihat sekilas. Dalam artikel sebelumnya yang membahas tentang ‘persona’, kita bisa memahami, kadang orang harus memberikan ‘tampilan’ agar memenuhi ekspektasi orang lain terhadap dirinya. Positifnya, jika itu dilakukan terus menerus, dan bisa menjadi habit yang akhirnya membentuk menjadi karakter, maka tidak ada persoalan. Artinya apa yang menjadi tampilan luar, sesuai dengan apa yang ada dalam dirinya.
Tetapi bagi kita orang luar, tetap harus hati-hati saat memberikan ‘penilaian’ yang bersifat kesimpulan akhir, hanya karena tampilan luar seseorang. Karena tidak jarang, ‘persona’ / ‘cover’ atau ‘topeng’nya betul-betul kamuflase yang jauh berbeda dengan dirinya. Tidak jarang kita temui, orang dengan tampilan yang agak berantakan, tak menunjukkan kelasnya, atau hal-hal yang dianggap oleh penilaian normal lingkungannya kurang baik, ternyata dia mempunyai kepribadian yang sangat baik, dan ada hal-hal luar biasa dalam dirinya. Dan sebaliknya, banyak juga kita yang tertipu dengan tampilan alim, penuh kesantunan, dan memenuhi ekpektasi nilai masyarakat, ternyata sangat bertolak belakang dengan kepribadian aslinya. Pada tekanan tertentu, jika tidak diikuti dengan perubahan dalam dirinya, maka topeng itu akan terlepas, dan hancurlah semua yang sudah dinilai baik oleh masyarakat.
Lalu harus bagaimana kita menilai orang lain ?? Pastinya penilaian luar memang menjadi ‘first impression’ yang sangat menentukan, tetapi jangan dijadikan kesimpulan akhir. Agar kita tidak salah menilai dan menaruh kepercayaan. Pada pertemuan yang serba sekilas, dan hanya sesekali saja, maka tempatkan yang bersangkutan dalam ‘frame’ kebaikan di pikiran kita, sebagai bentuk pikiran positif kita pada orang lain. Tapi tidak perlu memberikan nilai lebih dari sekedar rekan. Tidak perlu menambahkan bobot hubungan lebih, jika dalam perjalanan waktu belum bisa mendapatkan kesimpulan atas orang tersebut.
Pada dasarnya kita tidak perlu waktu untuk memastikan kesesuaian penampilan dengan kepribadian aslinya. Apa pun yang dikenakan atau ditampilkan seseorang memang penting sebagai penilaian awal untuk memberikan kesan pertama. tetapi tidak jarang itu semua hanya asesoris agar terlihat sesuai kebutuhan suasana saat tersebut, termasuk adalah pakaian yang dikenakan dan kelengkapannya. Sehingga orang tersebut hanya menjalankan peran, atau memenuhi syarat dari keberadaaannya di kondisi tersebut. Bisa jadi semua barang yang dipakainya sebenarnya bukan miliknya, cuma pinjaman misalnya.
Tidak menilai orang dari penampilan luar itu baik, tapi di dunia profesional, penampilan merupakan hal yang penting. Memang banyak perusahaan sudah memberikan kebebasan bagi karyawannya untuk datang ke kantor dengan penampilan santai dan kasual. Beberapa startup (perusahaan rintisan) bahkan membolehkan karyawan untuk datang ke kantor mengenakan T-shirt dan celana pendek, tapi itu tak berarti karyawan bisa seenaknya. Kerapian dan kebersihan adalah hal yang mutlak harus diperhatikan. Ketika perusahaan membolehkan karyawan bergaya santai dan kasual, tidak berarti karyawan boleh berlaku sama ketika berhadapan dengan partner perusahaan ataupun client.
Meski banyak orang suka mengutip pesan bijak “don’t judge a book by its cover”, tapi tak selamanya kita bisa berpikir seperti itu, apa lagi di dunia kerja. Perlu kita sadari, menjaga penampilan bukan hanya sebatas tuntutan dari profesi, tapi juga berhubungan dengan cara kita menghargai diri kita sendiri.
Berikut beberapa alasan mengapa kita perlu memperhatikan penampilan:
- Penampilan adalah Ciri Kepribadian Seseorang
Jika kita orang yang peduli dengan penampilan, pasti sadar dan sering mengamati bahwa setiap orang punya gaya berpakaiannya masing-masing. Misalnya:
- Karakter feminin dan anggun digambarkan dengan seseorang yang sering mengenakan pakaian berbahan halus dan lembut, serta rok dan high heels. Make up dan aksesoris tak pernah absen dari penampilannya.
- Karakter tegas dan profesional digambarkan dengan seseorang yang sering mengenakan kemeja dan sepatu pantofel berwarna netral—hitam atau coklat. Dia selalu menyimpan blazer di kantor, untuk berjaga jika sewaktu-waktu perlu menghadiri rapat atau event resmi yang mendadak.
- Karakter kalem dan manis digambarkan dengan seseorang yang sering mengenakan pakaian berwarna pastel dikombinasikan dengan aksesoris sederhana.
- Dll
- Penampilan Bentuk cinta terhadap diri sendiri
Menjaga penampilan juga merupakan salah satu bentuk cinta terhadap diri sendiri, bisa dilihat dari luar melalui kerapian dan kebersihan diri kita, termasuk dari cara kita berpakaian. Cara pandang kita terhadap diri kita sendiri pun bisa berpengaruh pada penampilan kita. Ada orang yang merasa dirinya biasa saja, lantas malas untuk memperhatikan penampilan. Berpikir negatif tentang diri sendiri, bisa merusak pola pikir dan jadi salah satu bentuk dari kurangnya rasa cinta terhadap diri sendiri. Daripada memikirkan kekurangan (fisik) diri sendiri, lebih baik cari tahu apa saja kelebihan yang bisa diunggulkan untuk menutupi kekurangan tersebut. Meski begitu, jangan lupa untuk tetap menjaga penampilan.
- Penghargaan terhadap orang lain
Ketika akan menghadiri pertemuan coba kita posisikan diri sebagai mereka. Tentunya kehadiran seseorang dengan penampilan tidak sesuai dengan acara atau pertemuan bisa membuat yang mengundang merasa tidak dihargai atau mungkin tersinggung. Lebih jauh lagi, saat penampilan kita tidak sesuai dengan kondisi dimana kita berada, bisa mengganggu suasana, karena bisa saja kita menjadi pusat perhatian yang memecah konsentrasi.
- Penampilan dapat menunjang karier
Kita tak bisa pungkiri bahwa penampilan bisa menunjang karier kita. Penampilan bukan hanya merepresentasikan kepribadian kita, tapi juga “wajah” perusahaan atau profesi apapun yang kita pilih. Ingat ini. Dress for the job you want! Berpakaianlah sesuai dengan pekerjaan atau profesi yang kita inginkan. Karena kesesuaian antara penampilan dan profesi akan menguatkan penilaian tentang kita.
Selain hal-hal penting tersebut di atas, yang bagi sebagian orang masuk dalam penilaian asesoris, tapi sekali lagi menjadi penting untuk mengkomunikasikan kepada publik siapa diri kita. Idealnya apa yang kita tampilkan disesuaikan dengan kemampuan, kapasitas dan kapabilitas kita. Termasuk yang lebih penting adalah harus bisa mewakili kepribadian dari profesi dan posisi sosial yang kita inginkan. Kesesuaian sampul atau penampilan dengan isi, akan menunjukan tingkat seseorang, dan ini merupakan sebuah proses yang berubah berdasarkan waktu dan pengalaman. Perubahan yang dilakukan terlalu instan atas isi, hanya karena ingin menyesuaikan dengan sampul, akan bahaya dan tidak alami yang gampang terkuak saat mendapatkan berbagai tekanan. Tetapi penyesuaian yang berproses berdasarkan waktu, maka akan menghasilkan pendewasaan dan kematangan, yang menyatu menjadi karakter dan kepribadian yang sesuai.
Ada dua sisi yang harus dilihat dalam kesesuaian antara sampul dan ini ini, sisi diri kita, yang menyangkut kenyamanan, proses yang alamiah dan pembentukan karakter. Sisi lain adalah sisi kita dalam menilai orang lain, harus bijak dan juga membiarkan ada jeda waktu antara pembuka dan kesimpulan. Semua dilakukan agar kesimpulannya matang, baik dan tidak terpeleset pada salah penilaian, bahkan bisa berujung pada ‘framming’ buruk yang merugikan orang lain, dan mungkin kita sendiri.
Jadi penting sekali untuk tidak buru-buru menilai seseorang karena sampulnya, tapi lebih penting lagi memahami sebuah proses penyesuaian sampul dan isi, agar kita tidak salah menentukan hal terbaik kita dalam hubungan interaksi dengan orang lain.
DhyRozz