KEBAIKAN YANG BIJAKSANA
Oleh : Syaifudin
SCNEWS.ID-BANJARMASIN. Sahabat ! pada tulisan terdahulu tentang kebaikan, saya menceritakan sisi evaluasi kuantitas dan kualitas perbuatan baik yang sudah kita lakukan, dengan harapan di tahun 2023 ini kita mempunyai resolusi untuk menambah jenis dan atau bentuk perbuatan baik yang bisa kita “istiqomahi”. Permasalahannya dalam mewujudkan perbuatan baik itu kita juga dihadapkan pada konsep yang kita sebut perbuatan baik itu sendiri dan apakah yang namanya perbuatan baik itu ada melekat prasyarat untuk tetap bernilai sebagai kebaikan. Untuk inilah saya menceritakan di tulisan kali ini tentang “kebaikan yang bijaksana”.
Hasil evaluasi diri yang kita lakukan dari potensi yang kita miliki dalam melakukan perbuatan baik, akan menunjukan sesunguhnya ada banyak jenis atau bentuk perbuatan baik yang bisa kita wujudkan, oleh karena dalam pemilihan perbuatan baik sebenarnya kita berhadapan dengan pilihan untuk memilih dari satu perbuatan baik dengan perbuatan baik lainnya, sehingga memerlukan pengetahuan atau pemahaman yang relatif “sulit” untuk memilihnya, dibandingkan kalau kita disuruh memilih mewujudkan antara perbuatan baik dengan perbuatan tidak baik. Singkatnya saat kita memilih mewujudkan perbuatan baik dengan tidak baik, tentu kita sepakat sangat mudah untuk memilih memilih perbuatan baik, akan tetapi saat memilih mewujudkan perbuatan baik dengan perbuatan baik, maka pilihan ini sebenarnya relatif lebih sulit.
Dalam hal pilihan untuk melakukan perbuatan baik diantara banyaknya potensi perbuatan baik yang bisa kita lakukan, memerlukan berbagai pertimbangan dari diri kita yang akan melakukannya, karena hasil dari perbuatan baik itu bisa saja justeru akan bernilai atau berdampak tidak baik terhadap pihak yang menerima kebaikan kita. Sejumlah pertimbangan tersebut akan menentukan “nilai” perbuatan baik dalam artian perbuatan baik yang bijaksana atau tidak bijaksana. Perlu dicatat terlebih dahulu bahwa sesungguhnya tidak ada bentuk perbuatan baik yang bernilai tidak baik, namun kita harus menyadari adanya kemungkinan perbuatan baik yang diwujudkan justeru dinilai kurang baik.
Sejumlah variabel akan dipertimbangan untuk menjawab kenapa kita melakukan perbuatan baik bentuk atau jenis itu dan mengapa kita melakukannya ?
Pertama kita mesti melihat “dosis” atau “jumlah nilai” dari perbuatan baik itu, agar tidak berlebih (over) atau kurang, baik itu dilihat dari sisi pertimbangan kita yang berbuat baik, maupun dari yang menerima perbuatan baik tersebut. Dinilai kurang bijak kalau memberikan perbuatan baik dengan seluruh resourses yang kita miliki yang mengakibatkan resourses kita habis dan kalaupun bisa dilakukan hanya dapat sekali itu kita lakukan. Begitu juga kalau kita memberikan jumlah yang banyak pada orang lain yang menyebabkan perbuatan kita itu justeru bisa menjadikannya tidak mendidik, seperti memberi uang dengan nilai jutaan rupiah untuk uang jajan anak atau cucu kita yang masih sekolah dasar, memberikan nasihat atau jalan keluar yang melebihi kapasitas orang untuk mencerna dan melaksanakannya, dan lain-lain.
Ke-dua kita memperhatikan atau mempertimbangkan ketepatan waktu perbuatan baik kita itu, artinya ada waktu-waktu yang tepat dan ada waktu yang kurang tepat pada jenis dan bentuk perbuatan baik tertentu yang kita lakukan, seperti mengajak makan pada saat jam sibuk kerja, memberikan uang di padang pasir atau dipegunungan yang tidak ada tempat orang berjualan air dan makanan.
Ke-tiga mewujudkan perbuatan baik juga harus melihat tempat dimana perbuatan baik itu dilakukan, perbuatan baik yang kurang cocok dengan tempatnya kemungkina akan direspon kurang baik atau kurang bijak, seperti memberitahukan kekuarangan yang ada pada seseorang di ruang public, atau melakukan kritik di ruang public yang membuat orang merasa dipermalukan dan lain-lain.
Sahabat ! Berdasarkan hal tersebut, ternyata untuk mewujudkan perbuatan baik tidak cukup atau jangan berhenti pada pertimbangan yang didasarkan pada kebaikan dari substansi perbuatan baik tersebut, melainkan perbuatan bak itu juga harus diwujudkan dengan baik, yaitu dengan bijaksana (wise). Tentu kita mesti terus berbuat baik dan teruslah melakukan perbaikan atas pebuatan baik kita, agar perbuatan baik kita bernilai “bijaksana”, yaitu perbuatan baik dengan kesadaran “tahu apa yang kita lakukan dan tahu mengapa itu kita lakukan”.
Salam secangkir kopi seribusatu inspirasi.