KECERDASAN BARU
Oleh : IBG Dharma Putra
SCNEWS.ID-BANJARMASIN. Disaat, kebenaran adalah apapun yang ingin dipercayai maka menjaga jarak optimal dari setiap peristiwa yang terjadi merupakan pilihan karena dapat membuat peristiwa dapat diamati lebih seksama hingga kandungan kedungguan dapat terlihat lebih cepat dan keputusan, bisa berpegang pada kata kunci berbunyi, bahwa tindakan atau perkataan tidak logis biasanya bohong.
Disatu sisi pilihan untuk berjarak merupakan pilihan arif karena dapat membuat bersikap, berbicara ataupun bertindak tidak keterlaluan yang berakibat tidak menjilat sekaligus tidak melulu menyalahkan serta menghakimi. Sebuah tindakan netral dan bersifat independen hingga dapat dikatagorikan sebagai kecerdasan baru,
Dilain sisi, kehidupan nyata, pada hakekatnya, tak menyisakan tempat bagi sikap netrai karena lazimnya hanya ada kawan dan bukan kawan, hingga ujung akhir kecerdasan baru adalah kesendirian, berarti memiliki kecerdasan baru wajib diikuti dengan keberanian. Keberanian berhadapan dengan kesendirian, khususnya di kehidupan politik yang menyikapi sikap tersebut sebagai lawan atau setidaknya bukan kawan.
Situasi bukan kawan berarti tidak pernah kalah tetapi sekaligus tidak akan menang dan akibat terpentingnya bukan pada saat tidak kalahnya tetapi saat tidak menangnya, akan membuat kecerdasan baru selalu sendiri, berjarak dari pemenang dan pemegang kekuasaan, sehingga wajib berbekal kompetensi, kejujuran serta kemandirian.
Kompetensi diperlukan karena nirkompetensi, bagi semua yang tidak berada bersama sang kuasa, cendrung tak terpakai dan tak mampu menunjukkan manfaatnya. Kemandirian perlu untuk antisipasinya, sedangkan kejujuran akan bermanfaat karena baginya syarat- ketentuan akan diberlakukan dengan sebenar benarnya dan kebohongan atau salah , akan berakibat lebih fatal. Sang kuasa tak membantu dan tak mengampuninya. Pemegang kuasa, tak akan berminat mengambil peran didalam aktivitas orang dengan kecerdasan baru.
Keberanian, kompetensi, kejujuran, kemandirian secara disengaja ataupun tidak, akan menjadi kebiasaan dari penyikapan independen, artinya nilai luhur pada kehidupan akan mewarnai hidup dan kehidupannya. Dan hal itu, membawa sikap independen sebagai pilihan tepat dan sekaligus berupa kecerdasan baru yang memutus tatanan buruk kehidupan.
Disebut begitu, karena sikap keterlaluan sampai serupa menjilat, apalagi jika dilakukan birokrat kepada atasan ( biasanya politisi ) menimbulkan daya rusak sangat besar. Atasan akan mabok dan ketagihan pujian sehingga menganti kriteria kompetensi dengan pilihan asal bapak ibu anak senang ( ABIAS) yang berakibat maraknya KKN, berbarengan dengan penurunan kinerja dratis berujung pada kehancuran.
Fenomena ABIAS, semakin memperjelas akan perlunya pembiasaan kecerdasan baru disertai antisipasi terhadap kehidupan spartan dari itu ke itu saja. Rutinitas dan spartannya kehidupan memerlukan pemilihan sikap lebih diam dalam kesendirian, kesederhanaan, lebih mendengar sekaligus untuk menikmati hening, instrospeksi menyadari keterbatasan, hingga menjadi lebih selektif mengarahkan energi ke kegiatan lebih berguna.
Akhirnya diperlukan tempat serta teman untuk berbagi kebosanan tanpa banyak keluhan dan secara bersama sama lebih memprioritaskan pertumbuhan diri. Kecerdasan baru penuh onak dan duri tantangan kehidupan sehingga wajib menimbulkan pencerahan baru,
Banjarmasin
27032024