“KETAATAN YANG MENGGOYANGKAN KEYAKINAN CINTA” (SERI PAHIT MANISNYA KEHIDUPAN DALAM SECANGKIR KOPI BAGIAN 14)
SCNEWS.ID-BANJARMASIN. Pesona Nita sangat membekas di hati dan sanubari Darel, kilauan langit keemasan yang bertepi AWAN hitam dan putih disertai kerlap-kerlip bintang, hembusan angin di atas puncak Gunung Kiram, dengan duduk tepat disudut buritan reflika Perahu Nabi Nuh membuat suasana seperti pelayaran hidup tentang hakikat hidup itu sendiri, tentang dari mana, sedang berada dimana dan mau kemana pelayaran kehidupan ini. Sajadah yang diduduki layaknya tempat dunia sekarang berpijak yang hakikatnya tak lebih dari tempat sujud kepada Sang Penguasa Alam ini, kecilnya manusia dihadapan Rabb nya, bahkan kecilnya sajadah dan perahu pelayaran kehidupan inipun semua akan ter-arah pada pelabuhan akhir kehidupan.
“Tidak ada yang abadi dikehidupan kita didunia ini. Ketidak abadian itu juga menjadi sifat dunia dengan segala isinya, sehingga apapun yang Namanya dunia dan perhiasannya sesuai dengan sifat sementaranya itu, peraihan yang didapat, harapan dan cita-cita yang akan digapai, tak lebih dari sekedar menjalani takdir kehidupan, sedangkan usaha dan ikhtiarpun semata-mata menjalankan perintah Yang Maha Kuasa” kata Darel membuka pembicaraan tentang kenyataan putus percintaannya dengan Nita. “terkadang sulit bagi kita sebagai manusia biasa menerima kenyataan kehidupan tersebut, akan tetapi saat kita menyadarinya bahwa semua itu hanya titipan, maka kitapun Kembali bersyukur pernah dititipi olehNya atas rasa cinta itu, termasuk rasa cinta saya terhadap Nita”.
Mata Darel berkaca-kaca saat bercerita, ada rembesan air mata disekitar kantung matanya, namun tidak terlihat menyimpan penyesalan ataupun kesedihan, tetapi ada semacam pancaran keteguhan dan ketabahan yang didasari atas keimanannya kepada Yang Maha Kuasa. Secara diam-diam Santi bertambah kagum pada sosok Darel ini, akan tetapi ia masih belum tahu kekaguman seperti apa yang ada dalam hati dan sanubarinya, satu hal yang tidak bisa dipungkirinya adalah kata hatinya bahwa sosok lelaki seperti ini sesungguhnya sosok yang bisa menjadi imam dalam menempuh kehidupan.
Konsep lelaki sebagai imam ini pernah Santi diskusikan dalam suatu diskusi online, yang mempunyai dua konotasi, pertama imam sebagai refleksi dari dominasi kaum lelaki terhadap wanita, kedua imam sebagai lelaki yang bisa membimbing dalam mengarungi bahtera kehidupan. Pendapat yang kedua inilah yang Santi setujui karena sudah selayaknya lelaki bertanggungjawab atas kehidupan perahu keluarganya, bisa membimbing dan mengarahkan anggota keluarga dalam segala situasi, tempat berdiskusi saat menghadapi masalah, pandai membangkitkan semangat hidup serta menghargai “makmum’nya, karena pada dasarnya antara makmum dan imam tidak bisa dipisahkan dan saling memerlukan dan saling mengingatkan.
“Mau aku teruskan ceritanya”, terdengar suara Darel memecah keheningan, “ya iyalah, teruskan Darel ceritanya, jadi terharu juga aku mendengarnya”. “Sebagaimana aku katakan di awal, saat ulang tahun Nita itu bergumul dalam diriku antara kebahagian dan kecemasan”, dan disinilah letak kesalahanku, karena kecemasan itu membawa fikiran tentang bisa atau tidak, pantas atau tidak mendampingi Nita dalam perjalanan kehidupan nanti, dan akhirnya perasaan dan fikiran ini menjadi bomerang bagi diriku”. “Secara perlahan tapi pasti teman lelaki satu Angkatan dari kelas yang berbeda juga melakukan pendekatan terhadap Nita.
Teman lelaki inilah yang kemudian bercerita bagaimana pengalamannya berkunjung ke rumah Nita. Teman lelaki ini dilihat dari gayanya bercerita dapat kusimpulkan bahwa ia juga sangat mencintai Nita dan berusaha mendapatkan Cintanya itu, namun katanya terdapat masalah besar dalam mendekati Nita, yaitu ada info yang didapatkannya bahwa Nita telah dijodohkan oleh ayahnya dengan lelaki yang masih ada hubugan family yang sedang menempuh Pendidikan di Pulau Jawa”.
“Berita inilah menjadikan aku yang kehilangan kepercayaan diri, sambal merenung dan berfikir bahwa kawan aku yang lebih segalanya aja dari aku, ditolak, apa nasibku nanti sama dengan kawan lelaki ini ? “kami terus berkomunukasi, namun karena kesibukan belajar dan membantu orang tua dengan pekerjaan yang produktif, komunikasi sudah mulai berkurang intensitasnya dan mencapai puncaknya setelah lulus Sekolah, kami memilih Perguruan Tinggi yang berbeda sehingga tidak ada lagi pertemuan fisik dan komunikasi lainnya, karena selama ini komunukasi fisik kami sebatas berjalan Bersama berangkat dan pulang sekolah”.
“Walaupun tidak ada komunikasi, aku tetap berkeyakinan antara kami masih dalam satu jalur perasaan yang sama, satu-satunya yang menggangu rasa dan fikiranku adalah keraguan dari sejak ada informasi bahwa Nita telah dijodohkan oleh ayahnya itu. Hal inilah membuat aku pasrah untuk bisa terus Bersama Nita atau tidak, karena aku tahu benar sosok Nita yang sangat taat pada orang tuanya khususnya ayahnya, dan dalam pengalaman selama ini apapun yang diatur dan diperintahkan oleh ayahnya, selalu ia laksanakan”.
“Nita inilah sosok anak gadis yang sangat taat pada ayahnya, sering dibicarakannya dengan saya, bahwa apa yang dikatakan ayahnya kepadanya seperti titah seorang Raja yang wajib dilaksanakan, dan tidak seorangpun dirumah yang berani membantahnya, oleh karena itu aturan keluar rumah, siapa aja teman yang diajaknya kerumah, acara disekolah boleh ikut atau tidak, semuanya harus mendapapat persetujuan ayahnya tersebut”. “Akibatnya Nita tumbuh menjadi anak yang sangat taat pada orang tuanya, khususnya ayahnya, sehingga ketaatannya tersebut berdampak pada dua sisi, yaitu sisi yang sangat positif menjadikannya anak yang berbakti pada kedua oranguanya sebagai kunci surga, sisi lain oleh teman-temannya Nita kehilangan masa emas bersama teman-temannya dalam mengekspresikan naluri gadis mudanya sebagaimana gadis-gadis muda lainnya dalam berbagai kegiatan bakat, minta, senda dan gurau serta kecerian remaja”.
“Kondisi Nita yang seperti ini bagi saya sesungguhnya tidak mempersoalkannya, karena taat dan menghormati orang tua adalah ajaran agama, dan sangat memahami bagaimana sayangnya orang tua pada anaknya pasti menginginkan anaknya tumbuh menjadi anak yang sholehah dan sukses, apalagi posisi Nita adalah anak tertua dikeluarganya. Disamping itu kondisi kepatuhan terhadap ayahnya ini juga menguntungkan posisi saya, karena kondisi objektif social saya yang walapun umpamanya Nita diberi kebebasan seperti anak gadis lainnya, maka sayapun tidak punya kemampuan untuk memenuhinya, oleh karena itulah kondisi ketataan ini sangat menguntungkan dalam menjalin hubungan asmara yang lebih banyak kepada memainkan “rasa” dan “saling bercerita” dengan media-media komunikasi verbal dan tulisan”.
“Kekhawatiran yang mendalam atas ketaatan Nita terhadap ayahnya ini, ternyata “menampar” balik seluruh rasa dan harapan saya, karena berita atau informasi yang didapat dari Teman yang juga mendekati Nita tersebut, yaitu tentang “Nita telah dijodohkan oleh ayahnya dengan lelaki yang masih ada hubungan kerabat dan lagi studi di pulau Jawa”itu. Oh aku mulai mengerti dari alur cerita itu”, kata Santi, “artinya ketaatan kepada ayahnya tersebut akhirnya membuat kamu menganggap sebagai potensi yang sangat besar akan menjadi penghalang kelanjutan hubungan kamu”, kata Santi lagi. “Ya ! seperti itulah yang ada dalam perasaanku, sehingga aku akan mencari cara untuk membuktikan cerita Teman saya tadi, apa benar Nita telah dijodohkan dan bagaimana cara saya mencari informasi serta seperti apa nasib hubungan saya dengan dia …. (Bersambung).