KEUNIKAN HIDUP DAN CURAHAN HATI SAHABAT DI MASA PANDEMI

KEUNIKAN HIDUP DAN CURAHAN HATI SAHABAT DI MASA PANDEMI

“Hidup kita tidak boleh jatuh dan tersungkur karena pandemi ini, kecuali tersungkur dihadapan Yang Maha Kuasa, karena diingatkan dan ditegur akibat kesombongan dan keserakahan kita selama ini”. 

(Syaifudin)

SCNEWS.ID-BANJARMASIN. Sahabat secangkir kopi seribu inspirasi, siapaun tak pernah membayang sebelumnya hidup disuasana pandemi seperti yang sudah kita alami dari Maret 2020 sampai sekarang Akhir Agustus 2021, ada kegundahan, kesusahan, ketakutan, kesakitan, optimisme dan harapan semua campur aduk dalam diri kita dengan berbagai bobot atau skala yang berbeda diantara kita semua, namun satu kata yang bisa melukiskannya yaitu “keunikan”, karena mempunyai karakteristik suasana yang berbeda dari kehidupan-kehidupan sebelumnya yang kita sebut sebagai kehidupan “normal”.

Sahabat ! rasanya seluruh aspek dimensi kehidupan kita telah dirumah oleh suasana pandemi ini, hubungan sosial, budaya, ekonomi, hukum, spritual dan terlebih kesehatan, semuanya disadari atau tidak telah merubah cara pandang (paradigma) dan cara tindak kita dalam menjalani kehidupan sekarang yang kita tidak tahu entah sampai kapan ini kita rasakan sementara satu demi satu sahabat kita meninggalkan suasana pandemi ini karena dipanggil oleh Yang Kuasa, sementara kita yang masih berada didalamnya bergelut dengan berbagai konsekwensi dari perubahan yang dibawa oleh pandemi tersebut.

Sahabat ! kita menjadi terbelah dan berbelah-belah dalam menyikapi dan memandang serta memberikan reaksi atas kondisi pandemi ini, ada diantara kita melihatnya dengan pandangan sangat kritis yang melihatnya sebagai kondisi yang didesain secara konspirasi politik dan bisnis global dan elit, ada yang melihatnya dari pandangan “alamiah” sebagai bagian dari proses alam yang sudah tidak seimbang lagi, ada yang memandang sebagai uapaya Alam atau yang Maha Kuasa menyeleksi kehidupan yang sudah sedemikian padat dan runyam, ada yang melihat sebagai suatu bencana dan ujian atau cobaan dari yang Maha Kuasa, dan seterusnya yang melahirkan pendapat-pendapat turunannya dari cara pandangan tersebut, serta berbagai cara perilaku kepatuhan mencegah dan mengobatinya.

Sahabat ! apapun cara pandang dan cara laku kita terhadap suasana pandemi ini, yang pasti SEMUA INI MENJADI REALITAS dalam kehidupan kita sekarang ini, yang tidak bisa kita hindari dan kita berada dalam susana hidup pandemi.  Kesadaran inilah yang menurut saya melahirkan keunikan yang dalam pandangan positif bisa kita syukuri dan dalam pandangan negatif bisa kita sesali atau keluhkan atau dua-duanya bercampur dalam diri kita, termasuk  cerita sahabat di persahabat kami Alumni Mahasiswa teladan 87 yang kemaren mengadakan silaturahmi virtual 34 tahun  mengenang kembali pertemuan saat diundang ke Jakarta mengikuti detik-detik Proklamasi 17 Agustus 1997.

Sahabat ! saya punya keyakinan semua sahabat pasti mempunyai masalah yang diakibatkan oleh pandemi ini, namun kalau masalah itu bersifat personal maka ada yang menceritakannya dan ada juga yang diam menyikapinya sendiri dengan berbagai cara pandang pribadi. Akan tetapi yang menonjol diutarakan oleh sahabat Mawadan justeru kondisi masyarakat di daerah tempat tinggalnya yang “memprihatinkan”, yang artinya kita justeru melihat “penderitaan” akibat pandemi ini sebagai “penderitaan bersama”.  Dititik inilah saya merenungkan akan adanya gerakan atau usaha bersama untuk sama-sama berjuang menghadapi segala permasalahan yang ada.

Sahabat ! cerita (fabel) tentang sepasang tikus yang berjalan di lorong-lorong jalan untuk menemukan makanan, dan saat sampai pada satu lorong yang banyak makanan iapun menetap disana, akan tetapi lama kelamaan makanan itu telah habis, lantas apa yang dilakukan oleh sepasang tikus itu ? naluri ketikusannya tidak banyak fikir, karena ia langsung berjalan lagi ke lorong-lorong baru untuk menemukan lorong lain yang ada makanannya.  Lantas bagaimana dengan kita sebagai manusia, saat kita mengalami pandemi, ada yang kehilangan penghasilan berharap bantuan dan bingung melakukan apa, ada yang gelisah mengeluh dan berharap kondisi bisa segera normal kembali, ada yang masih mengkaji penyebab dan jalan keluarnya sementara waktu pandemi terus berjalan, ada yang terus berdoa agar pandemi segera berakhir dan seterusnya yang posisinya tidak bergerak pada tempat ia semula berada saat menerima segala kenyamanan hidup yang selama ini ia dapatkan.

Sahabat ! terkadang naluri tikus yang tidak banyak mikir dan memulai lagi dari nol untuk mendapatkan lorong makanan baru, lebih “bijak” dari pada kita yang berdiam diri, terus meratapi kondisi dan masih fikir sana-sini untuk memulai lagi hidup diera pandemi dan menjadikan pandemi ini menjadi “jebakan” dan kita terjebak didalamnya. Kita tentu bukan tikus, apalagi disamakan dengan tikus, tapi setidaknya tidak berlama-lama mengeluh dan meratapi serta berharap kondisi normal segera datang,  terjebak dalam kesusahan, adalah bijak kita memulai lagi hidup “baru”, hidup bisa dari “nol” lagi atau bahkan dari “minus” untuk memperjuangkan hidup kita lagi.

Sahabat ! segala permasalahan yang kita tidak pernah alami saat pandemi itulah uniknya hidup ditengah pandemi, dan hal ini kita anggap saja sebagai liku-liku perjalan hidup kita di dunia ini, karena sudah sekian lama kita menikmati “kenormalan” kehidupan, dan kini baru relatif sebentar kita ditimpa kondisi ketidaknormalan pandemi”, masa kita masih tidak mensyukuri segala anugerah nikmatnya kehidupan yang pernah kita raih dan rasakan sebelum pandemi ini.

Sahabat ! hidup kita tidak boleh jatuh dan tersungkur karena pandemi ini, kecuali tersungkur dihadapan Yang Maha Kuasa, karena diingatkan dan ditegur akibat kesombongan dan keserakahan kita selama ini. Salam secangkir kopi seribu inspirasi.

 

Terbaru

spot_img

Related Stories

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini