KOHORT (SERI OPINI IBG DHARMA PUTRA)

KOHORT
Oleh : IBG Dharma Putra

SCNEWS.ID-BANJARMASIN. Sebuah keprihatinan melihat jebakan rutinitas kerja yang melanda semua, ditengah pandemi karena bercampurnya kelelahan, keterbatasan waktu, kurangnya petugas, sarana prasarana serta alat tidak mencukupi serta mungkin juga kepanikan, membuat ingin menuliskan kohort sebagai jalan keluar strategis yang mulai wajib dilakukan dalam penanggulangan pandemi,

Kohort adalah pendekatan yang tersirat jelas, dalam pola survailan pandemi, hingga tak lagi tersurat dalam perintah penanggulangan. Bagi petugas, melakukan kohort dalam setiap kasus adalah kewajiban yang melekat padanya serta akan menjaminkan tanggung jawabnya, bahwa setiap kegiatan yang dilakukannya, hendaknya mendapat hasil yang bermanfaat.

Mengingatkan para petugas, tentang adanya, langkah sistematik dalam bentuk kohort untuk penanggulangan pandemi, tentunya tak mudah dicerna masyarakat, karena belum sepopuler istilah swab, convalesen, badai sitokin, imunitas, yang seolah sudah menjadi kosa kata sangat umum serta tidak berkesan ilmiah lagi.

Kohort, merupakan kosa kata relatif baru pada telingga masyarakat,jarang didengar serta tak banyak dibicarakan, hingga saya merasa perlu untuk mengawali pembicaran tentang kohort, dengan memperkenalkan teori holistik Gordon, cendekia yang model teoritisnya paling sering dipakai untuk menjelaskan proses terjadinya penyakit menular.

John Gordon, didalam teori holistik timbulnya penyakit menyatakan, bahwa sakit atau sehat, tergantung pola hubungan virus, manusia dan lingkungannya. Jika ketiganya berinteraksi tak seimbang, akan timbul penyakit. Virus semakin banyak serta kuat atau rendahnya daya tahan manusia ataupun lingkungan memburuk, akan menjadi sebab terjadinya sakit.

Turunan praktis dari teori ini, membuat konsep lima tingkat pencegahan penyakit,lebih mudah dijelaskan. Dan level pencegahan yang paling strategis, ditentukan dengan mempelajari sifat virusnya. Untuk Covid-19, tersimpulkan bahwa promosi kesehatan (3M), perlindungan khusus (Vaksinasi) dan diagnosa dini (3T) merupakan titik strategis itu.

Vaksinasi dimaksudkan untuk mencapai herd imunity, yaitu kekebalan kelompok masyarakat terhadap masuk serta menyebarnya penyakit karena lebih dari 85 % anggota masyarakat telah mempunyai kekebalan. Karena karakter antigenicitynya sangat rendah, kekebalan herd untuk Covid-19 , dicapai jika jumlah penyintas beserta anggota masyarakat yang sudah di vaksin dalam 3 bulan,berjumlah lebih dari 85% dari seluruh penduduk.

Mengingat ketersediaan vaksin tak ada dalam kendali, jumlah vaksinator kurang serta rantai dingin kurang optimal, sebaiknya, pemberian vaksinasi untuk penanggulangan Covid-19, tak perlu diandalkan dan dianggap sebagai bonus semata. Dengan demikian, strategi 3M dan 3T wajib diperkuat.

Penguatan pada 3M memerlukan komunikasi, edukasi dan informasi, dilakukan secara masif dalam bentuk kegiatan sistimatik, berjenjang dan terkontrol.Di Kalimantan Selatan, program seperti ini pernah dimotori oleh Hanief FN, dan selayaknya digalakkan kembali. Pada saat itu, pemimpin lapangannya adalah drh Mamiek.

Masyarakat perlu diikutkan, diberi contoh dan diawasi pelaksanaan protokol kesehatannya, disertai pemberian harapan bahwa kepatuhan akan berakibat semakin cepatnya pencapaian keinginan hidup normal berisiko kecil. Mereka akan berperan aktif jika data dikelola secara jujur dan tebuka.

Masyarakat menjadi lebih penurut jika empati terhadap masalah serta keluhan mereka mulai ditunjukkan. Semua keluhan masyarakat harus diakui untuk dicarikan jalan penyelesaiannya. Masyarakat bukan objek yang selalu dijadikan tempat pembuangan kesalahan yang terakhir, tetapi subjek yang wajib dilayani oleh semua petugas pemerintah karena nyata nyata, para petugas itu digaji dari pajak yang dibayar oleh masyarakat.

Sedangkan penguatan 3T disarankan dengan melakukan kohort pada setiap kasus temuan. Selayaknya sebuah penelitian kohort, sebuah studi yang mengikuti sekelompok besar orang selama jangka waktu tertentu, untuk Covid-19 waktunya hanya 10 hari, bahkan lebih singkat dari kohort tersingkat yang dikenal dan sering dilakukan selama ini, yaitu kohort pada bumil.

Dalam kohort Covid-19 informasi dikumpulkan untuk mendapatkan data personal kasus serta dari keseluruhan kasus, setidaknya meliputi antara lain,

1. Kapan dilakukan penelusuran dan berapa jumlah kasus yang ditemukan dalam aksi penelusuran itu.
2. Kapan kasus ditemukan, berapa jumlah yang ditemukan.
3. Kapan kasus dilaporkan serta berapakah jumlah yang dilaporkan
4. Kapan kontak eratnya dilacak dan berapa jumlah kasus yang dilacak kontak eratnya serta berapa jumlah kontak erat berhasil ditemukan.
5. Kapan kasus serta kontak eratnya periksa laboratorium dan berapa hasil positifnya.
6. Kapan kasus di isolasi atau dirawat inap disertai berapa jumlahnya masing masing.
7. Kapan kasus dirujuk, dipindah perawatan dari tempat isolasi ke rumah sakit serta berapa jumlah detaiinya.
8. Kapan mengalami kegawatan dan berapa jumlahnya.
9. Kapan meninggal dan berapa jumlahnya.
10. Kapan dinyatakan sembuh serta berapa jumlahnya.

Kohort mewajibkan setiap petugas, mengikuti setiap kasus, melakukan penelusuran disertai dengan pelaporan secara aktif disaat itu juga. Setiap tindakan terjadap kasus,dengan segera dicatatkan serta dilaporkan sehingga dengan segera pula, dapat terlihat setiap kesenjangan yang terjadi, baik dari segi jumlah, waktu serta kelengkapan tindakannya.

Mengetahui kesenjangan dengan segera bisa mencegah keterlambatan koreksi. Terlambat sehari, dengan bertindak tidak lengkap serta tidak tepat waktu maupun tidak tepat jumlah, merupakan kecerobohan yang bisa berakibat meliarnya covid serta berakhir pada penularan tidak terkendali. Dan bukan tak mungkin, akan menjadi sumber kegagalan.

Kohort bisa dipakai melihat keaktifan petugas berkegiatan, menjalankan tugas pokok serta fungsinya. Kohort juga memantau berjalannya kordinasi petugas dengan petugas lain, secara optimal. Dan dengan kohort, dapat diketahui penyebabnya, sehingga jika diperlukan, dapat dengan segera, ditingkatkan jumlah ataupun mutunya.

Dengan kohort dapat diketahui jumlah serta rasio kontak erat yang dapat dicari untuk tiap kasus, serta bukan hanya mengetahui urutan dan kesenjangan waktunya saja. Hal tersebut berguna untuk melihat mutu pelacakan serta potensi penularan yang diakibatkannya.

Dari sisi manajerial, kohort bisa dipakai dasar pemantapan manajemen dan memantau telah berjalannya kepemimpinan secara terarah dan telah sesuai dengan tujuan kegiatan. Semua atasan akan tahu, cakupan dan kecendrungan pencapaian target di setiap kegiatan sehingga bisa menyusun quadran lokal area monitoring dan melihat kesiapan sarana prasarana, mutu petugas dan pemantapan manajemen

Dengan demikian, tanggung jawab dan kinerja pegawai dapat diukur lebih mantap, pegawai bisa diharapkan berkerja, mencapai hasil yang bermanfaat bagi masyarakat dan tak terjebak dalam kebebalan rutinitasnya. Tanpa dikohort, pegawai cendrung merasa sudah bekerja tapi asal bekerja dan tidak peduli pada hasilnya.

Tanpa kohort,mereka tidak mengetahui bahwa responsibilitas dan akuntabilitas mereka, amat rendah, yang berarti dalam kerja,tidak disertai pertanggung jawaban maupun pertanggung gugatan sehingga tanpa disadarinya, bekerja menghamburkan uang negara secara sia sia.

Penerapan kohort secara konsekuen, adalah momentum mawas diri, menjadi lebih berani, lebih jujur dan lebih bersungguh sungguh serta tidak terlalu gampang menyalah nyalahkan masyarakat, yang sebenarnya harus dilayani.

Demikianlah kohort ditulis disini, merupakan sebuah kesatuan saling melengkapi dengan tulisan pandemi serta Covid-19 yang ditulis sebelumnya.

Banjarmasin
13082021

Terbaru

spot_img

Related Stories

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini