KUDA
“Tapi itulah manusia yang sering terlena serta kehilangan kontrol jika melihat popularitas. Manusia selalu ingin seperti yang lain, karena melihat yang lain selalu lebih populer, lebih sempurna dari dirinya. Rumput rumah tetangga selalu tampak lebih hijau dari rumput dirumah sendiri”.
(Oleh: IBG Dharma Putra)
SCNEWS.ID-BANJARMASIN. Tiba tiba saja, saya teringat kepada kuda pengangkut kopi, dari kebun kopi milik kakek dipuncak bukit nan sepi ke pinggir jalan raya beraspal, tempat tinggal pengepulnya untuk dijual.
Hasil kerja kuda itulah, yang dipakai kakek, untuk membiayai sekolah kedua anaknya, ibu saya dan adik lelakinya Dan ingatan itu pula, yang menyebabkan saya, ingin menulis tentang kuda.
Menulis tentang kuda juga disebabkan karena kuda layak ditampilkan dalam sebuah tulisan, karena setahu saya, kekuatan kudalah yang mendapat kehormatan, disetarakan dengan kekuatan mesin dan disebut sebagai tenaga kuda atau daya kuda.
Tenaga kuda pada awalnya, digunakan untuk membandingkan kekuatan tarikan mesin uap dengan kekuatan tarikan kuda. Dikatakan mempunyai kekuatan satu tenaga kuda, jika kekuatan tarikan mesin uap itu, mampu melaju setara dengan kekuatan dan kencangnya lari seekor kuda yang sedang membawa beban berat.
Di era modern, terjadi penyesuaian hitungan daya kuda (HP) menjadi 746 watt. Dan bukan hitungan itu yang penting, tapi sebuah hormat yang didapat oleh kuda karena mempunyai dua keistimewaan dalam dirinya, kekuatan dan kecepatan.
Menelaah kondisi itu, terasakan bahwa dunia kuda, ternyata lebih konsisten serta memberi peluang yang lebih adil, dalam memberikan kehormatan bagi semua kuda. Mereka memilih cara mendapatkan kehormatan yang berbau kesetaraan, yaitu melalui unjuk kemampuan sebagai jalan satu satunya.
Dan secara jujur harus diakui, bahwa cara memperoleh penghormatan di bumi manusia, berada jauh dibawah kualitas cara perolehan kehormatan di dunia kuda. Manusia sering memdapatkan kehormatan melalui unjuk kaya dan hanya segelintir manusia, yang mendapat kehormatan melalui unjuk kemampuan.
Kuda juga, saya jadikan tulisan bukan hanya untuk nostalgia dan posisinya yang terhormat itu, tapi juga karena adanya beberapa cerita tentang kuda, yang sangat inspiratif.
Salah satu cerita tentang kuda yang lazim diperdengarkan didalam pertemuan diantara para sahabat, baik yang bersifat resmi maupun tak resmi, adalah cerita tentang beberapa jenis kuda, dengan keahlian dan kegunaannya masing masing.
Setidaknya akan dibandingan empat jenis kuda yaitu, kuda perang, zebra, bagal dan keledai. Keempatnya, mempunyai kecerdasan dan kemanfaatan, yang berbeda beda, seolah secara lengkap bisa mengisi kuadran kinerja kehidupan di dunia kuda.
Kuda perang adalah kuda ideal, yang sengaja dilatih sehingga sangat terampil sekaligus sangat berguna dalam perang. Kuda ini bisa melakukan gerakan tak berbunyi, berguling, berlari cepat sesuai dengan strategi yang diperintahkan kepadanya untuk mendukung perolehan kemenangan dalam perang.
Zebra, merupakan jenis kuda yang menjadi pembicaraan juga. Zebra sebenarnya mempunyai keterampilan setara dengan kuda perang, apa yang bisa dilatihkan pada kuda perang akan bisa juga dilakukan oleh zebra.
Zebra terkenal sangat cerdas dan mudah memahami pelatihan, namun sayang kecerdasan tersebut seolah sia sia dan tak berguna bagi kehidupan, karena zebra lebih banyak berada di kebun binatang, dan keteampilannya melulu untuk dipamerkan saja.
Lain halnya dengan Bagal, jenis kuda ini sangat berguna, bahkan pada masa keemasannya, bagal menjadi pilihan utama untuk mengangkut dan memasukkan barang berat ke kapal di pelabulan laut untuk dikirim keseluruh dunia.
Kegunaan bagal bagi kehidupan, sebenarnya bertolak belakang dengan kepandaiannya. Bagal tercatat dalam sejarah, sebagai jenis kuda bodoh dengan tingkat kecerdasan sangat rendah.
Tingkat kecerdasan bagal setara dengan tingkat kecerdasan keledai, dan keduanya digolongkan kedalam golongan kuda bodoh.
Keledai dan bagal, memang sama sama susah dilatih dan susah memahami kehendak
Keledai mempunya perbedaan yang sangat menyedihkan dibandingkan dengan bagal, karena disamping bodoh, keledai juga tidak berguna bagi kehidupan, selain sebagai bahan olok olok serta sebagai objek lelucon maupun humor.
Jika penuturnya pintar menyusun kata, maka cerita tentang keempat jenis kuda ini akan menjadi cerita yang sangat mengasyikkan.
Semangat bercerita si pembual, tidak jarang melarutkan pendengarnya dalam khayal terdalamnya dan tanpa sadar akan berteriak ingin jadi kuda perang jika di akhir cerita ingin memilih jadi apa.
Begitulah manusia, sering sering karena terlenakan oleh cerita, issue, gosip, menjadi tak sadar akan keberadaannya sebagai manusia, homo sapien yang punya sejarah evolusi sempurna.
Lupa bahwa manusia adalah makhluk yang dirancang paling sempurna oleh sang pencipta. Manusia lebih unggul dari kuda apapun, termasuk kuda perang. Dan tak layak seorang manusia ingin menjadi kuda perang.
Tapi itulah manusia yang sering terlena serta kehilangan kontrol jika melihat popularitas. Manusia selalu ingin seperti yang lain, karena melihat yang lain selalu lebih populer, lebih sempurna dari dirinya. Rumput rumah tetangga selalu tampak lebih hijau dari rumput dirumah sendiri.
Sebuah kebiasaan yang akan berakhir dengan kecenderungan meniru dan tidak berminat untuk mengembangkan keunikan karakternya secara mandiri. Dan tentunya, kebiasaan itu, akan berujung dalam sebuah ketidak puasan serta jauh dari kebahagiaan,
Sebenarnya, selain 4 jenis kuda yang secara nyata bisa ditemukan, terdapat satu jenis kuda imajiner yang tidak kalah inspiratifnya, yaitu kuda hitam.
Kuda hitam merupakan istilah yang diberikan kepada seorang anak bawang, yang awalnya diremehkan, dan jarang dijagokan, akan tetapi tiba-tiba muncul sebagai sosok pemenang.
Sebuah kondisi yang sangat keren, elegan menyenangkan, karena berada dalam situasi yang bisa tampil biasa, tanpa beban, sebagai orang awam, yang bukan siapa siapa, yang tak punya apa apa, juga tak punya hubungan dengan siapa siapa.
Orang biasa dari masyarakat kebanyakan, tapi mempunyai kekuatan tersembunyi, berupa kerendah hati yang tercampur dengan etos serta gairah seorang petarung, dengan perspektif pantang menyerah serta bermental juara.
Sebuah kerendahan hati tingkat dewa, yang pastinya akan terbayar dengan sempurna oleh kehidupan karena kerendahan hati itulah yang membuat gampang mendengar serta mudah memahami situasi dan kondisi, sekaligus menjauhkannya dari kelecewaan.
Dan begitu banyak cerita tentang kuda, baik yang nyata maupun imajiner, dengan segala inspirasi yang menyertainya, membuat khayal, tembus kembali ke masa anak anak bersama kuda milik kakek saya
Dan masa kanak kanak yang sangat indah, penuh imajinasi, dikombinasi dengan cerita kuda, membuat saya kembali ingin bermain kuda kudaan. Ayolah dicari bersama, siapa tahu, ada yang mau jadi kudanya.
Banjarmasin
28052021