MADURODAM
“To see the world dapat juga menjadi to be wise”
Oleh : Tjipto Sumadi
SCNEWS.ID-JAKARTA. Pembaca yang Budiman. Ketika kita melakukan perjalanan ke luar negeri, banyak fasilitas kehidupan yang menarik, sehingga banyak yang menyatakan, mengapa negara yang pernah dijajah oleh Inggris lebih maju ketimbang yang dijajah oleh Belanda. Jika pun kita membandingkan negara Inggris dengan negara Belanda, sepertinya Inggris memang lebih menarik dibandingkan dengan Belanda. Patutlah jika negara-negara bekas jajahan Inggris lebih maju daripada negara-negara bekas jajahan Belanda atau jajahan negara lainnya. Namun demikian, bukan berarti bahwa di Belanda, tidak ada fasilitas yang menarik atau tidak memiliki keistimewaan. Salah satu yang penulis kunjungi di Belanda adalah Madurodam.

Madurodam adalah kota miniatur di Scheveningen, Den Haag, Belanda. Kota ini merupakan kota buatan yang memiliki skala antara benda asli dengan tiruannya berbanding 1:25. Berbeda dengan dengan Window of The World di Shenzhen China, yang menampilkan duplikasi keutamaan dari seluruh dunia dengan perbandingan asli dengan tiruannya, 1:3. Berbeda pula dengan fasilitas di Taman Mini Indonesia Indah yang memiliki bangunan sesuai dengan bangunan aslinya, sehingga pengunjung dapat masuk ke dalam bangunan khas dari provinsi tertentu. Bangunan di Madurodam, terdiri atas representasi gedung, bendungan, bahkan bandara yang ada di Belanda, namun dalam bentuk mini. Madurodam dibangun pada tahun 1952, tentu sudah dikunjungi oleh jutaan manusia, sejak berdirinya. Nama taman mini ini diambil dari nama George Maduro, seorang mahasiswa hukum yang meninggal di kamp konsentrasi pada tahun 1945.

Berkunjung ke Madurodam, seolah telah mengelilingi seluruh Belanda. Di sini, dapat ditemukan representasi dari bangunan bersejarah maupun modern. Terdapat juga dam atau bendungan yang dioperasionalkan sebagaimana mestinya. Demikian pula dengan “miniatur bandara”, semua pesawatnya dapat digerakkan secara bebas dari apron ke apron (tempat parkir pesawat di bandara), tentu dengan suara mesinnya yang bergemuruh. Juga kereta api cepat dan trem, semua dibuat dalam bentuk mini, namun dapat bergerak seperti sesungguhnya. Tampak pula representasi taman bunga tulip Keukenhop yang penuh warna-warni.
Pembaca yang Budiman
Setiap perjalanan ada yang dipandang, setiap yang dipandang akan melahirkan pandangan atau gagasan atau pemikiran bagi yang melihatnya. Oleh karena itu, to see the world dapat juga menjadi to be wise. Melihat dunia, tidak tidak harus dimaknai pergi jauh ke negeri seberang, tetapi cukup melihat atau membaca apa yang terjadi di sekitar kita. Dalam bahasa agama dinyatakan “bacalah”. Membaca bukan hanya bermakna mengeja tulisan secara harfiah, tetapi “membaca” dapat dimaknai sebagai melihat fenomena dan perkembangan zaman. Seseorang yang banyak melihat (fenomena) akan menjadi lebih “bijak”. Banyak membaca akan semakin bijak.

Hikmah yang dapat dipetik dari perjalanan ini adalah, setiap negara ingin menunjukkan “jati dirinya” agar dapat dilihat atau dibaca secara komprehensif oleh rakyatnya atau oleh “pihak lain”. Oleh karena itu, selayaknya lah, jika negarawan memberikan keteladanan dalam membangun negeri, agar dapat menjadi inspirasi bagi rakyat yang menghuninya dan atau bagi warga negara lain yang mengunjunginya. Seorang pemimpin lebih baik melahirkan kebijakan tidak tepat tetapi bermanfaat, daripada tidak berbuat sama sekali, apalagi membuat kebijakan mudhorat. Tentu akan lebih baik, jika pemimpin melahirkan kebijakan yang bijak bagi seluruh rakyatnya yang multikultur, multikeyakinan, dan multikepentingan.
Semoga bermanfaat.
Salam Wisdon Indonesia
*) Mahasiswa Teladan Nasional 1987
Dosen Universitas Negeri Jakarta
luar biasa pak Cipto sumadi. Moga sehat dan sukses slalu