MAKNA BERWISATA (SERI 1 PERJALANAN WISATA BALI)
“Dari sinilah pengalaman batin saya terhenyak seolah ada yang membawa fikiran dan nurani saya pada kekuatan dibalik gempuran ombak pada tebing batu dan pantai tersebut, dialah yang Maha Kuasa yang telah menciptakan alam ini, Dialah yang Maha Indah bagi kita yang mampu menangkap keindahanNya, Dialah yang Maha Perkasa yang mampu membolak balikan lautan dengan ombaknya yang besar, dan seterusnya … dan tiba-tiba saya merasa kecil dan sangat lemah berhadapatan dengan luasnya lautan dan perkasanya gelombang tersebut.”
Oleh : Syaifudin
SCNEWS.ID-DENPASAR. Sahabat secangkir kopi seribu inspirasi, pada saat Bus rombongan wisata kami (Alumni Fakultas Hukum ULM angkatan 83) meluncur pada jam 06.15 WITA dari kawasan Legian menuju Bandara untuk pulang balik ke Banjarmasin dengan transit di Juanda Surabaya, dalam kata-kata perpisahannya guide dari Bali Putu Agustina D Putra (Bli Agus) dan Rohidin Eka Mumin (Yudi) pendamping robongan KARITA TRAVEL dari Banjarmasin menyampaikan terimakasih atas kunjungan wisatanya ke Pulau Dewata suatu usaha yang gigih dikordinir oleh Jamilah yang hasilnya penuh dihiasi dengan kegembiraan dan persaudaraan, dan tiba-tiba meminta kepada saya untuk juga memberikan kesan dan pesan sekaligus doa. Dari kesan dan pesan inilah saya menceritakan pengalaman “wisdom’ saat berwisata dengan mengungkapkan “makna” saat menikmati keindahan alam tempat wisata yang kami kunjungi.
Sahabat ! pertanyaan tentang “makna” sebenarnya memasuki wilayah yang khas melekat pada manusia yang diberikan oleh Yang Maha Kuasa dengan berbagai macam perangkat kecerdasan untuk memikirkan, merasakan dan memaknai segala pengalaman kehidupan di dunia yang dianugerahkanNya kepada kita. Tentu terdapat perangkat lain yang bersifat universal ada pada setiap makhluk ciptaaanNya, seperti kemampuan melihat, kemampuan mendengar, kemampuan bergerak, kemampuan mencium dan berbagai kemampuan lainnya yang berfungsi sebagai “alat” untuk menjalani kehidupan tersebut.
Kemampuan secara fisik rata rata rombongan kami memang sudah sangat terbatas, dan berbeda jauh saat usia masa mahasiswa dahulu dan terlebih seperti saya pernah ikut komunitas pencinta alam yang suka jalan dan menjelajah lembah dan pegunungan. Namun keterbatasan kekuatan gerak fisik ini ternyata ditutupi oleh perangkat emosional dengan kemampuan merasakan persahabatan, ke akraban, kekeluargaan, dengan berbagai macam tingkah polah yang seolah-olah melupakan usianya, dari sinilah perangkat emosianal telah menjadikan kami mampu merasakan “kebahagiaan” dalam kebersamaan yang tidak dapat ditemukan saat berwisata hanya dengan pasangan atau keluarga kecil, apalagi kalau sendirian.
Sahabat ! begitu juga kalau kita dekati dari sisi “makna”, maka kemampuan mencari dan menemukan makna, serta memaknai seluruh pengalaman perjalanan wisata adalah memasuki wilayah kecerdasan “spritual”, sebagai suatu kecerdasan yang tidak hanya mampu menangkap keindahan dari sisi pandangan mata, namun merasukan keindahan itu pada sesuatu yang berada dibalik adanya keindahan tersebut. Begitulah saat rombongan terbagi dua saat berada di pulau Nusa Penida, ada rombongan yang mencoba mendekati tebing batu dan pantai, dan ada rombongan yang duduk di kedai kedai kopi bagian dengan tidak ikut jalan ke tebing tersebut.
Saya dan isteri serta sebagian lainnya termasuk yang mencari kedai minum kopi namun posisinya tetap bisa memandang tebing yang tinggi dan hempasan gelombang besar pada tebing yang mampu mencuratkan air sampai ke atas tebing sehingga terbentuk suatu pemnadangan yang sangat indah dengan jernih birunya laut, hemburan air membentuk partikel kecil dari yang besar sampai menjadi embun, dan sayapun larut melihat setiap deburan dan hempasan ombak tersebut.
Dari sinilah pengalaman batin saya terhenyak seolah ada yang membawa fikiran dan nurani saya pada kekuatan dibalik gempuran ombak pada tebing batu dan pantai tersebut, Dialah yang Maha Kuasa yang telah menciptakan alam ini, Dialah yang Maha Indah bagi kita yang mampu menangkap keindahanNya, Dialah yang Maha Perkasa yang mampu membolak balikan lautan dengan ombaknya yang besar, dan seterusnya … dan tiba-tiba saya merasa kecil dan sangat lemah berhadapatan dengan luasnya lautan dan perkasanya gelombang tersebut.
Sahabat ! diakhir sambutan pun saya mengajak berdoa kepada semua rombongan disamping memohon keselamatan dalam perjalanan, juga berharap kepada Nya agar kita mampu menangkap makna berwisata ini sebagai bagian dari rasa syukur kita akan anugerah kehidupan dan diberikanNya, kesempatan untuk memandang luasnya kehidupan dengan keindahan ciptaanNya serta dapat membagi rejeki pada setiap tempat yang kita kunjungi sebagai bagian dari membagi kebahagiaan kepada sesama HambaNya. (Bersambung)
Salam secangkir kopi seribu inspirasi