MAKRO & MIKRO KEHIDUPAN (SERI SECANGKIR KOPI SERIBUSATU INSPIRASI)

MAKRO DAN MIKRO KEHIDUPAN

Oleh : Syaifudin

SCNEWS.ID-BANJARMASIN. Sahabat ! pada tulisan refleksi akhir tahun saya tentang “bola itu bundar” telah direspon oleh sahabat Robensjah Sjachran dengan mengajukan banyak pertanyaan sebagaimana yang beliau tulis “Dalam pertandingan bola sepak….pemain dihadapkan dgn dua situasi…..”tantangan” dan “tujuan”. Pertandingan kehidupan juga menghadapi situasi yg sama…… Persoalannya…dalam kedua “permainan” itu kita fokus yg mana ? Untuk mendapat kemenangan…“selama hayat dikandung badan, kita harus selalu dan terus berikhtiar”. Persoalannya : mana yg harus kita tuntaskan…fokus mengatasi rintangan & halangan lebih dulu ataukah fokus pd misi yg harus dicapai ? Bagi saya, insipirasi yg didapat dr tulisan bang Syaifudin pagi ini justru menimbulkan pertanyaan…”. Menurut saya pertanyaan ini adalah pertanyaan kritis dan kreatif dari sahabat yang terpelajar dan menyadarkan saya yang terkadang membuat simpel permasalahan yang dihadapi dalam kehidupan ini. Dari sinilah muncul inspirasi saya lagi untuk menuliskan tentang “makro” dan “mikro” kehidupan, sebagai model pendekatan dan pemahaman serta pengamalan terhadap permasalahan kehidupan.

Pada model pendekatan “makro” permasalahan dilihat secara holistik atas berbagai aspek kehidupan yang saling terkait satu dengan yang lainnya, sehingga layaknya pendekatan sistemik ia berkorelasi dan berinterelasi yang saling mempengaruhi, namun terdapat satu titik medan yang menjadi sentral untuk membawa berbagai aspek tersebut pada nilai kehidupan. Titik sentral ini adalah respon, sedangkan respon itu bisa bernilai positif dan bisa bernilai negatif, oleh karenanya respon itu mesti keluar dari qalbu (nurani) yang mampu menjadikannya positif. Hasilnya dalam model pendekatan ini akan menjadikan kehidupan itu apapun yang terjadi akan kita respon secara baik sebagai suatu realitas takdir dari ikhtiar maksimal yang sudah kita lakukan akibat keterbatasan kita sebagai hambaNya, yang tidak mungkin bisa mendekti Yang Maha Kuasa akan hasil dari apa-apa yang sudah kita ikhtiarkan tersebut.

Model pendekatan makro ini seperti menggampangkan masalah dengan hanya mengembalikan pada respon yang bersumber dari qalbu tersebut seolah telah selesailah seluruh masalah dalam kehidupan ini, padahal realitas tentu tidak sesimpel itu banyaknya persoalan yang dihadapi.

Pada model pendekatan “mikro” justeru kebalikannya dari pendekatan makro, kita akan melihat masalah dari satu aspek masalah yang dihadapi, kemudian menguraikannya secara detil pada masalah tersebut, sehingga masalah didekati secara sub sistem dalam masalahan kehidupan dan untuk diselesaikan pada subsistem itu pula agar tuntas.  Ibarat mengurai benang yang kusut, maka satu-satu masalah itu kita urai, karena menurut pendekatan ini, tidak mungkin kita menyelesaikan masalah besar kalau tidak kita urai dan selesaikan satu demi satu masalah yang ada dalam kehidupan tersebut.

Model pendekatan mikro ini bisa saja memerlukan waktu yang lama untuk menyelesaikan masalah kehidupan yang begitu banyak dan beragam, dan kemungkinan saat masalah yang satu bisa diselesaikan, maka akan muncul lagi ,asalah baru pada bidang yang sama, seperti “virus” yang terus bermutasi ke varian baru, sehingga masalah itu tidak akan pernah dapat terselesaikan secara tuntas.

Sahabat ! secara spritual pada saat berdoa dan meminta ampun kepada Yang Maha Kuasa juga kita diajarkan seperti pada dua model di atas, yaitu permohonan yang bersifat makro seperti istighfar dan doa keselamatan di dunia dan akhirat, tetapi saya juga pernah diajarkan do’a dan ishtighfar yang detil, seperti meminta ampun akan dosa mata, dosa telinga, dosa tangan, dosa kaki, dosa, fikiran, dosa hati, dosa kemaluan, dosa perut dan dosa-dosa anggota tubuh lainnya.

Terhadap kedua model tersebut, tentu bisa kita gunakan sesuai dengan keperluan dan suasana atau kondisi kita masing-masing, saya pribadi tidak mengambil sikap mementingkan satu dinataranya, namun memilih sikap menggabungkannya secara dinamis, terkadang elbih ke makro dan terkadang juga lebih ke mikro, hampir tidak pernah memilih yang satu dengan menampikkan yang lainnya.

Sahabat ! terkadang kita perlu menuntaskan masalah kehidupan dengan pendekatan makro seperti yang dicontohkan oleh nenek saya yang di usia 80 tahun lebih masih sehat yang mana beliau saat mendengar ada masalah beliau langsung berucap “sudahlah, itu janji kehidupannya”. Namun terkadang saya juga mesti menuntaskan masalah kehidupan secara mikro saat menyelesaikan pekerjaan profesional dibidang hukum yang mesti berfikir detil. Seterusnya saya yakin model makro dan mikro inipun akan menimbulan pertanyaan lagi, karena memang kita disuruh berfikir dan merenung terus dalam kehidupan ini, bukankah fikiran dan renungan inilah menjadi anugerah terbesar dalam kehidupan kita sebagai insan dan hamba.

Terimakasih Yang Terpelajar Robensjah Sjachran. Salam secangkir kopi seribusatu inspirasi.

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini