MANUSIA ZAMAN
Oleh : IBG Dharma Putra
SCNEWS.ID-BANJARMASIN. Dalam pengamatan saya yang sangat awam, pemimpin yang diidolakan pada komunitasnya adalah pemimpin yang bepikir dan mempunyai cita cita serta harapan sama dengan anggota masyarakatnya. Dan akan tetap menjadi idola selama sang pemimpin bisa mempertahankan kesamaan tersebut. Artinya seorang pemimpin idola adalah manusia yang tahu serta paham pada kehendak zamannya, seorang manusia zaman.
Mencoba menulis tentang pemimpin yang tergolongkan kedalam manusia zaman dalam pengertian diatas akan membawa ingatan kita pada salah satu pahlawan proklamator, Bung Karno. Si Bung Besar menjadi Manusia Zaman karena ide revolusinya, sama dengan pikiran masyarakat untuk menjebol kekuasaan penjajah dan membangun kembali dalam alam kebangsaan melalui persatuan dan kesatuan yang adil dalam musyawarah kerakyatan yang dipenuhi oleh bijaksana dan tidak memungkiri keberadaan Tuhan YME.
Bung Karno, bisa diturunkan dan digantikan secara sangat tragis, karena si Bung Besar, lupa berubah, lupa menyesuaikan diri dengan kemauan zamannya. Si Bung asyik dengan ide revolusi dan bahkan membiarkan orang orang disekitarnya, untuk mengangkatnya menjadi bapak revolusi. Si Bung, mau diajak sekaligus berkeinginan untuk melakukan revolusi seumur hidup. Si Bung memimpin aksi untuk menjebol pemerintahannya, para lawan politik, sesama anak bangsa yang tampak berbeda strategi padahal hakekatnya mempunyai cita cita sama, yaitu berkeinginan untuk menciptakan kemerdekaan, kesejahteraan sosial serta perdamaian abadi.
Sebuah revolusi yang menciptakan era saling menyakiti dan membuat kondisi bernegara serta berbangsa yang tidak terlalu nyaman. Rakyat yang mulai gerah tapi tetap hormat pada sang idola, menjadi lebih mudah untuk diajak menganti presiden walaupun tak akan mau jika diajak menyingkirkan sang idola. Sebagian besar masyarakat tak berkehendak menyingkirkan karena sebuah hormat tidak terhingga tapi sebagian kecilnya ingin si Bung diganti karena merasa tak lagi sejalan. Dan menurut saya, proses pengantiannya menjadi tragis karena keingin kecil itu, dipaksakan terlaksana oleh kepentingan asing.
Saya tak ingin menuliskan hal samar yang kenyataannya tidak sepenuhnya saya ketahui karena saya cuma ingin menulis tentang manusia zaman. Dan menurut saya, ide pada zaman itu ditangkap jelas oleh Pak Harto. Ide menjadi lebih sejahtera merupakan harapan masyarakat di zaman itu, sehingga pak Harto terkriteriakan sebagai manusia zaman. Karena kesamaan ide, namanya menjadi moncer, sampai akhirnya dinobatkan sebagai Bapak Pembangunan. Dan bersamaan dengan kesediaannya menjadi bapak pembangunan, terlihatlah pertanda bahwa Pak Harto telah lupa berubah, akan terus begitu dengan alasan terus membangun sehingga lupa menyesuaikan dirinya dengan perubahan kemauan zamannya.
Pak Harto asyik mengumpulkan kapital agar lebih mudah mendapat keuntungan besar serta membuat beberapa anak bangsa, mampu bersaing dengan para kompetitor asing tapi melupakan cita cita paripurna, yang tak hanya menginginkan laba besar tapi juga membagikan laba dengan prinsip keadilan sosial bagi seluruh rakyat indonesia. Dan menjadi lebih meresahkan karena pengumpulan kapital memerlukan pemusatan kekayaan dan modal ditangan sedikit orang secara eklusif dan menimbulkan isu korupsi, kolusi dan nepotisme. Pak Harto diturunkan karena setelah membangun, melupakan pembagian hasil pembangunan secara adil kepada seluruh anak bangsa.
Seorang idealis cendekia bernama Habibie, didapuk untuk mengantikan dalam waktu yang singkat dalam pusaran politik yang sangat dinamis sehingga tidak menutup kemungkinan akan adanya pengkhianatan para politisi bunglon yang membuat Habibie wajib berhenti dan tak etis untuk mencalonkan dirinya lagi. Habibie adalah manusia zaman yang tertimpa zamannya. Dan peristiwa tamparan zaman kepada pak Habibie, membuat kita tahu bahwa potensi pro kontra, perpecahan dan bunglon pengkhianat memang ada disekitar kita.
Demokrasi riuh rendah yang letaknya sangat berimpitan dengan anarki, mulai terjadi dan diperkenalkan pada masyarakat. Dan di era yang mirip zaman edan tersebut, diperlukan presiden nyeleneh, brilian dan berani benar walaupun berpotensi tidak populer, seperti Gus Dur. Beliau adalah manusia zaman. Tak banyak orang yang berani benar, apalagi jika berani benar tersebut, membuatnya dimusuhi banyak orang. Orang akan lebih memilih berani baik karena baik, disukai oleh banyak orang, walaupun baiknya itu tidak benar.
Gus Dur menginspirasi bahwa kebenaran akan selalu sendiri dan memang terkadang tanpa kompromi. Tentu saja menjadi sebuah prilaku yang sangat bertentangan dengan hakekat politik yang dipenuhi oleh kompromi. Gus Dur tidak berdaya dalam politik praktis yang tidak sesuai hakekatnya untuk sebanyak banyaknya mensejahterakan masyarakat. Menurut hemat saya untuk berdaya, harus dimiliki tiga hal pokok secara bersamaan yaitu tahu, mau dan mampu. Gus Dur tak berdaya karena cuma punya tahu dan mampu tetapi tidak mau melakukan berkompromi. Gus Dur tak mau berubah menjadi salah dan memilih kebenaran walaupun harus berhenti berkuasa.
Mbak Mega karena kehendak komprominya, memilih untuk mengantikannya. Era kompromi memerlukan pemimpin kompromis sehingga mbak mega bisa dikatagorikan sebagai manusia zaman. Dan karena kompromi di era tersebut, semua kegiatan dapat mulai berjalan dengan baik. Dalam hemat saya, kompromi memprioritaskan penerimaan dan bukan kebenarannya ( karena katanya, kebenaran itu sudah dengan sendirinya ada disemua peserta kompromi ). Kebanyakan kompromi dengan berbagai kepentingan, berpotensi tata kelola dikesampingkan dan menjadi tidak tuntas proses penyelesaian maupun hasilnya.
Kompromi membuat banyak pekerjaan tersisa yang harus dikerjakan oleh presiden SBY. Masyarakat ingin semua sisa pekerjaan ini dituntaskan dan secara kebetulan SBY adalah seorang administrator, yang jika dilihat dari karirnya secara formal merupakan seorang administrator mumpuni. Gayung bersambut sehingga SBY pun merupakan seorang manusia zaman. Tumpukan tugas yang begitu banyak sehingga perlu dilanjutkan penuntasannya oleh penggantinya. Penganti SBY sebaiknya tak banyak berteori dan lebih banyak kerja yang nyata saja dan keinginan zaman mirip dengan kharakter pak Jokowi, sehingga pak Jokowipun seorang manusia zaman.
Selanjutnya, kita tetap memerlukan manusia zaman, yang belum bisa dituntaskan oleh pemimpin sebelumnya. Terlalu banyak masalah dinegeri luas dengan penduduk banyak serta beragam ini sehingga semua presiden hebat yang merupakan manusia zaman, tak punya cukup waktu untuk menyelesaikan semuanya dan selalu ada yang tersisa. Kedepan kemandirian dan kedaulatan perlu terus ditingkatkan, potensi perpecahan diselesaikan untuk bisa bersatu lagi dan korupsi, narkoba serta terorisme harus tetap dibina dan dikembalikan pada hakekat kebangsaan. Mungkin diperlukan manusia zaman yang punya keinginan dan kemampuan tersebut. Siapakah dia ????
Banjarmasin
25052022