MASIH ADAKAH PANCA SILA
Oleh : IBG Dharma Putra
SCNEWS.ID-BANJARMASIN. Secara sistimatik sederhana dan awam, akan ditemukan adanya, lima nilai Panca Sila dalam pergaulan dan kehidupan keseharian, sesuai dengan jumlah sila yang dikandungnya. Nilai tersebut meliputi antara lain nikai ketuhanan, nilai kemanusiaan, nilai persatuan, kerakyatan dan nilai keadilan.
Nilai ketuhanan mengandung ketaqwaan serta toleransi sehingga memberi keleluasaan pada kebebasan beribadah. Nilai kemanusiaan yang dikedepankan adalah kepedulian, merupakan bentuk tenggang rasa disertai penghormatan pada martabat manusia. Nilai persatuan berisi keberagaman dan menempatkan kepentingan bersama diatas kepentingan pribadi ataupun golongan. Nilai kerakyatan berupa pengakuan tulus kepada kedaulatan ditangan rakyat dan selalu mengupayakan musyawarah mencapai mufakat. Nilai keadilan lebih menekanlan pada keadilan egaliter dan bukan liberter, dilengkapi dengan penghargaan kepada kewajiban serta hak setiap orang.
Nilai diatas wajib menjadi prilaku setiap anak bangsa sehingga selayaknya proses belajar mengamalkan Panca Sila wajib berlangsung disepanjang hayatnya. Dengan adanya proses pembelajaran, diharapkan sendi kehidupan berbangsa, secara menyeluruh, bisa diwarnai oleh nilai luhur Panca Sila. Jika bisa begitu, diyakini tidak ada lagi semburat kecut diatas wajah wajah anak bangsa, karena semua mereka akan selalu tersenyum bahagia. Siapakah yang tidak bahagia jika nilai luhur dilaksanakan secara murni dan konsekuen.
Secara ideologi, Panca Sila selayaknya dijaga agar tidak ada satu orangpun anak bangsa tertarik untuk menerapkan ideologi lain di bumi pertiwi yang indah dan damai ini. Diharapkan semua nilai luhur Panca Sila, dipahami sampai ke sanubari terdalam sebagai ideologi paling pas serta paling cocok bagi bumi nusantara tercinta. Ketaqwaan dan toleransi, kepedulian, mendahulukan kepentingan umum, membina kerukunan dengan selalu bermusyawarah dan memperoleh rejeki sesuai kerja kerasnya akan menjadi dasar kemakmuran.
Begitu juga halnya di bidang politik, ekonomi, sosial, budaya serta pertahanan keamanan, selayaknya semua nilai Panca Sila diterapkan secara murni dengan penuh tanggung jawab.
Ada banyak ulah tingkah yang bisa membuat rakyat jelata meragukan keberadaan Panca Sila secara menyeluruh utuh dalam kegiatan politik, ekonomi dan sosial budaya saat ini. Tidak menyeluruhnya pelaksanaan Panca Sila inilah yang menjadi sumber ketidak puasan yang bisa berujung pada ketertarikan untuk menerapkan ideologi selain Panca Sila.
Kerakusan dan lebih mementingkan diri, istri, anak, keluarga serta kelompoknya merupakan tindakan yang sangat bertentangan dengan nilai luhur Panca Sila, sehingga sejak awal wajib dijauhi. Tingkah polah memualkan perut, membuat kecewa semacam ini, layak segera dihilangkan. Hiduplah sederhana, jangan mencoba hidup bermewah ria diatas hakmu sebagai pejabat, gunakan kendaraan dinas sesuai standar dan jangan terlalu berlebihan menyamankan diri dengan hasil uang pajak keringat rakyat. Singkirkan para pembisik dan penjilat yang membenarkan ternikmatinya kemewahan berlebihan itu.
Kita terbiasa melihat contoh dan takut pada atasan, sehingga contoh dari para pemimpin sangat diperlukan. Presiden, Gubernur, Bupati, Walikota, anggota DPR maupun DPRD, Kapolri, Panglima TNI, Menteri, wajib memberi contoh sekaligus berupaya keras agar bawahannya mengikuti prilaku berdasarkan nilai Panca Sila tersebut. Menjadi pemimpin mementingkan rakyat bukan mengedepankan kepentingan pribadi atau kelompoknya saja.
Panca Sila akan ada jika pemimpin, bersedia menjadi contoh, hidup sederhana, memastikan terlaksananya kepentingan masyarakat tanpa terganggu oleh kepentingan pribadi siapapun dan kepentingan kelompok manapun. Dengan begitu, maka rakyat tak sedikitpun ragu serta berteriak, Aku Panca Sila, NKRI harga mati.
Banjarmasin
17122022