MELAWAN PEMBENARAN (SERI OPINI IBG DHARMA PUTRA)

MELAWAN PEMBENARAN
Oleh : IBG Dharma Putra

Kebodohan yang diberi gelar, berbicara dengan percaya diri seolah mengajarkan dunia, padahal hakikatnya hanya menebar kebisingan yang melelahkan”

SCNEW.ID-BANJARMASIN. Di zaman ketika batas antara kebenaran serta pembenaran semakin tidak jelas, bahkan sering sering terlihat sama, masyarakat seolah hidup dalam cuaca berkabut, serba tidak jelas serta menimbulkan perasaan sesak di dada. Situasi seperti itu adalah situasi pasca kebenaran, saat teriakan lantang lebih dipercaya dibandingkan dengan suara lembut kebenaran.

Menemukan kebenaran di era pasca kebenaran, akan terasa semakin sulit, di saat media tak lagi menjadi ruang penyaring informasi, melainkan lorong gaduh yang dipenuhi pernyataan, karena pernyataan atau informasi, tanpa verifikasi, bisa langsung tampil seolah kebenaran. Media padat oleh lebih banyak informasi dibanding berita.

Situasi potensial semakin parah jika pemberian gelar dan ijazah akademik, tidak sejalan dengan proses kecendekiaan, sehingga sebagian orang bergelar kinclong serta mentereng,ngomongnya tidak masuk akal, tak berujung dan berpangkal, serupa dengan anak yang tidak pernah sekolah. Kebodohan berdasi itu tampil percaya diri, dan ironisnya, makin disanjung pula oleh kebodohan yang lebih luas.

Kebodohan akan tampil sama setara dengan kepandaian, karena sebagian kepandaian tak berisi karakter, kompetensi serta literasi, hanya gelar kosong yang hakekatnya kebodohan itu sendiri, setitik nila telah dibiarkan merusakkan segentong susu, merusak makna kepandaian itu sendiri. Kebodohan yang diberi gelar, berbicara dengan percaya diri seolah mengajarkan dunia, padahal hakikatnya hanya menebar kebisingan yang melelahkan.

Maka jangan heran kalau masyarakat terjerat logika palsu. Kebenaran dan pembenaran tampil berdampingan, sama sama mempesona, saling berlomba dalam rayuan kata. Keduanya sama egois, mirip politikus yang hanya mau bertanya dan tidak ingin menjawab. Pertanyaan dijawab dengan tanya sehingga muncul kekonyolan.

Bayangkan berbagai model kesalahpahaman yang ditimbulkan oleh peternak yang bertanya ke dokter hewan, apakah bapak dokter hewan, disahuti dengan, bapak sakit karena melihat si peternak lesu dan pucat pasi. Peristiwa saling bertanya yang tak terjawab dan bisa ditafsirkan dokter hewan menyerupakan peternak dengan hewan.

Sangat pintar ataupun sangat bodoh terkadang sama rumitnya, jika orang pintar merebus telor, harus menunggu airnya mendidih dulu sebelum memasukkan telor kedalam air, berdasarkan logika anat rumit yang dipunyainya, dilain sisi, si bodoh bahkan melakukan kerumitan yang lebih rumit, memasukkan ayam ke dalam air mendidih untuk merebus telornya.

Dalam kondisi seperti itu, pencarian kebenaran sangat tergantung dari kemampuan mendapat sumber bacaan ataupun berita yang bermutu, sejalan dengan kemampuan mendapatkan data bermutu, yang jelas, lengkap, benar, akurat dan tepat waktu didasari oleh pengetahuan disertai kemauan yang kuat. Cari dan baca berita yang bermutu, jangan sekedar mencari sensasinya.

Diperlukan pemahaman substansial bahwa tahu berdasar data tidak bermutu, adalah tahu yang buruk, bahkan lebih buruk dibanding dengan tak tahu apa apa, setara buruknya dengak tak mau tahu. Inilah fajar pemikiran yang wajib mewarnai tiap benak anak bangsa. Fajar yang hanya akan menyingsing jika dipelihara oleh negara, dalam hal ini, adalah pemerintah.

Pada situasi seperti itu, peran Komisi Penyiaran Indonesia ( KPI ) beserta KPI di Daerah, menjadi amat strategis dan sudah saatnya diberi ruang, otoritas dan keberanian menjalankan perannya. Bukan sekadar formalitas, tapi sebagai penjaga mutu siaran, melindungi masyarakat dari bising yang menyesatkan.

KPI di pusat dan daerah,seharusnya diberi jalan, supaya cepat bekerja sesuai kewenangannya dengan jujur dan bertanggung jawab. Untuk itu, pelantikan bukan hanya penting, tetapi sangat mendesak, agar yang benar tak lagi dibungkam oleh yang ramai dan pembenaran tidak menang karena tampil duluan.

Banjarmasin
25072025

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini