MELIHAT STUNTING
Oleh : IBG Dharma Putra
SCNWES.ID-BANJARMASIN. Praktik tanpa teori buta, teori tanpa praktik lumpuh, itulah bunyi pepatah lama yang tidak hanya perlu dihapal, diomongkan tetapi yang terpenting adalah dilaksanakan. Pelaksanaan kearifan ini disarankan untuk menyelesaikan semua masalah yang menimpa masyarakat, termasuk masalah stunting.
Bolehlah bahkan dianjurkan untuk berteori tentang hubungan stunting dengan asupan gizi, khususnya asupan gizi semasih dalam kandungan bundanya, tetapi lakukanlah check dan recheck untuk melihat penyebab masalah yang nyata di masyarakat. Jangan sampai kita terjebak seperti jebakan ilmu pengetahuan tentang adanya dominasi mutu gizi terhadap kepintaran manusia, padahal tidak demikian kenyataannya.
Kepintaran tak melulu karena asupan gizi saja, karena terbukti bangsa asia timur yang suka makan sayur dengan bumbu bumbu komplit dan sangat nikmat sama pandainya dengan bangsa eropa pemakan daging, bahkan bagi yang tak cukup kaya, daging tetap tersedia dan dimakan tanpa bumbu sehingga masih terasa dan berbau daging.
Rumus untuk melihat penyebab nyata, kasus stunting, hanya tiga, yaitu frekuensi, distribusi dan determinan. Begitu mudah serta mampu dilakukan oleh semua orang, asal diawali oleh penemuan kasus dan mengunakan bekal teori untuk mengolah, menganalisa semua kasus yang telah ditemukan tersebut.
Frekuensi bisa berupa angka absolut tetapi untuk bisa diperbandingkan dengan daerah lain ataupun cakupan nasional, sebaiknya ditampilkan dalam bentuk ratio, proporsi atau rate. Dari berbagai informasi kesehatan yang ada, diduga frekuensi sudah dihitung tetapi disarankan tidak hanya sampai disini, karena masih perlu dilengkapi dengan data olahan distribusi dan determinan.
Distribusi secara umum, berupa trias distribusi yaitu menurut orang, menurut waktu dan menurut tempat. Trias tersebut sekaligus menginspirasi bahwa ada tempat tempat dengan kasus tinggi yang perlu dilihat detail penyebabnya, ada orang yang cendrung terkena masalah yang wajib dilihat detail masalahnya ( tentunya dimulai dari konsep yang sudah adandan dari kenyataan yang ditemukan akan bisa dikembangkan dengan bekal pengalaman lapangan serta intuisi ) dan adanya dimensi waktu untuk melihat perkembangan membaik atau memburuknya kasus di masyarakat.
Dengan terdistribusikan kasus secara komplit, dugaan penyebab terjadinya kasus, sebenar benarnya sudah diketahui dan jika dilanjutkan dengan analisis yang sesuai akan dapat menemukan penyebab nyata dari masalah tersebut. Sangat mungkin sesuai teori, atau sesuai teori tapi tak semuanya ada dalam kasus temuan, atau bahkan ditemukan penyebab baru yang tak tercatat dalam teori.
Penyebab biasanya mempunyai hubungan kuat yang konsisten artinya jika penyebab tinggi kasuspun banyak dan jika penyebab rendah kasuspun akan sedikit. Pola hubungan tersebut wajib disertai oleh adanya dose respon ( semakin besar terpapar semakin sakit ), time respon ( semakin lama terpapar semakin sakit), biological flausibility dan yang terpenting dibuktikan bahwa penyebab lebih dulu ada dari terjadinya kasus.
Dengan begitu, intervensi yang dilakukan akan sesuai dengan penyebab nyata di lapangan dan bukan mengintervensi khayalan teoritis semata. Intervensi khayal dipastikan tak akan bermanfaat bagi penyelesaian kasus stunting di masyarakat.
Hal diatas bisa diawali dengan meningkatkan kompetensi semua petugas lapangan. Sudah saatnya mereka dimasukkan kedalam bengkel kawah candra dimuka dan diberi bekal nyata tentang praktik survailan epidemiologi, agar menjelma menjadi petugas yang mumpuni. Workshop bisa dilakukan secara merdeka dan mandiri.
Banjarmasin
28022023