MEMAKNAI ADAB
DARI PERNYATAAN SEORANG GURU SMKS BANJARBARU-KALSEL
Disclamer :
Pengantar Redaksi scnews.id :
Tulisan ini kami muat seutuhnya didapatkan dari file pdf MEDIA SULUH PENDIDIKAN (MEDIA TERPERCAYA, AKURAT DAN INDEPENDENT), redaksi memuatnya dengan tujuan untuk memberikan keseimbangan analisa dan pemahaman tentang peristewa yang banyak dibicarakan di media sosial dan jadi diskusi di group group WA yang peristewanya berawal dari adanya acara pertemuan Rapat Kordinasi Tim Pencegahan dan Penanganan Kekerasan di Satuan Pendidikan (TPPKSP) Angkatan II yang dilaksanakan pada tanggal 2 sd 4 September 2024 pada salah satu Hotel di Banjarmasin, Guru yang bernama Amalia Wahyuni, A.Md,Keb.,S.Pd ditugaskan peserta dari SMK Bhakti Bangsa Banjarbaru, didapatkan informasi pada acara tersebut Kepala Dinas Pendidikan Provinsi kal-sel datang meninjau acara tersebut, dan saat meninjau acara inilah terjadi “insiden” dimana disebutkan Kepala Dinas datang ke ruangan dengan memakai sandal, baju kaos dan merokok yang kemudian ditegur oleh peserta yang bernama Amalia Wahyuni agar yang bersangkutan tidak merokok di ruangan karena ia tidak tahan dengan asap rokok, selanjutnya disebutkan yang menegur justeru disusuh ke luar ruangan (diusir. menurut istilah guru ini).
Berikut tulisan dan analisa dari Dr.Syahrir (Anggota GIGA INSTITUT Hamburg-Jerman) :
Menyimak dan memperhatikan berita terkait pernyataan seorang guru SMKS di Banjarbaru (Amalia Rosi) mengenai ciutannya di Media sosial yang saat ini sedang Viral dan ditanggapi beragam argumentasi baik oleh kalangan anggota legislatif maupun pemerhati pendidikan lainnya yang nadanya seolah-olah mendukung pernyataan dari Ibu Amalia Rosi tersebut terkait masalah Adab dan Ilmu. Dalam ciutan netizen pada medsos beragam komentar, ada yang memberikan support dan mendukung pernyataan Amalia Rosi dan ada juga sebagian besar dari guru-guru yang bersuara bahwa kami guru-guru yang ikut dalam pertemuan itu tidak mempermasalahkan ketika kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Prov.kalsel merokok saat sedang berada didepan membuka acara kegiatan di salah satu hotel
berbintang di Banjarmasin beberapa waktu yang lalu.
Tulisan ini akan memberikan pandangan mengenai kata-kata Amalia Rosi terkait “Adab dan “Ilmu”.
Semua orang akan sepakat ketika dikatakan bahwa Adab lebih tinggi daripada Ilmu, karena tidak ada artinya ilmu yang kita miliki ketika tidak memiliki Adab. Tetapi dari sisi yang lain perlu dipahami bahwa:
“Mengatakan seseorang tidak BERADAB sementara orang yang mengatakannya juga tidak beradab, adalah sebuah bentuk ketidakkonsistenan dan Hipokrisi.
Ada beberapa poin penting yang ingin saya katakan bahwa:
1. Adab dan Ilmu: Adab (etika atau sopan santun) sering dianggap lebih tinggi daripada ilmu. Seseorang yang berilmu tetapi tidak beradab tidak akan dihormati oleh orang lain, Sebaliknya orang yang beradab meskipun tidak memiliki banyak ilmu akan lebih dihargai.
2.Konsistensi dalam Perilaku: mengkritik orang lain tanpa memperbaiki diri sendiri adalah tindakan yang tidak konsisten. Dalam islam, ada hadist yang menyebutkan bahwa orang yang menyuruh kebaikan tetapi tidak melakukannya sendiri akan mendapatkan hukuman yang berat.
3. Adab mengajarkan kepada kita untuk menghormati orang lain bersikap rendah hati dan tidak sombong.
Ke 3 poin yang saya sampaikan diatas, ada yang menarik untuk ditelusuri lebih jauh terkait
permasalahan ciutan Amalia Rosi di Medsos, yang secara berani mengatakan bahwa kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan prov.Kalsel (Madun) adalah orang yang tidak memiliki ADAB dan tentunya perlu dipertanyakan apa Tolak Ukur dari Amalia Rosi yang mengatakan bahwa Kepala Dinas Tidak Beradab?. Apakah hanya karena merokok dan memakai Sandal Jepit saat Masuk kedalam Ruangan tempat acara berlangsung sehingga ibu Amalia Mengatakan Kepala Dinas tidak Beradab?.Dalam Video yang berselewaran di Medsos pernyataan Amalia Rosi, sesungguhnya masih Ambigu ketika berbicara Adab dan Ilmu kalau dikaitkan dengan merokok dan pakai sandal. Barangkali Amalia Rosi belum
mengerti apa itu “ADAB” dan apa itu “ILMU” sehingga dengan berani mengatakan bahwa kepala dinas pendidikan dan Kebudayaan tidak Beradab hanya karena merokok dan juga pakai Sandal maupun pakai baju kaos, apalagi dalam video tersebut ada narasi berbahasa Inggris dan dia mengatakan bahwa dia pernah keluar negeri (Mungkin dia membandingan kejadian itu dengan Luar negeri).
Ketika kita memahami Konsistensi dalam Prilaku pada poin 2 diatas, pertanyaan yang juga harus dijawab oleh Amalia Rosi, Mana yang lebih beradab Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Prov.Kalsel dibandingkan dengan Amalia Rosi?. (Gunakan Norma universal karena katanya pernah keluar negeri). Mana yang lebih beradab Orang yang Menyebarkan aib orang lain di Medsos dibanding dengan menutupi aib orang lain?. Dalam Agama Islam dikenal istilah “Tabayyun”. yang berasal dari bahasa Arab yang berarti meneliti, menjelaskan, memahami, atau memverifikasi. Secara istilah, tabayyun adalah proses seleksi dan pengecekan dan verifikasi atas sebuah kejadian untuk memastikan kebenarannya. Ini sangat relevan dalam konteks penyebaran informasi yang cepat di era digital, dimana informasi yang tidak akurat atau tidak tepat dengan mudah bisa menyebar dan akan menimbulkan dugaan dan persepsi yang bermacam-macam dan bisa menjurus ke Fitnah dan berdampak rusaknya nama baik seseorang, seperti kejadian yang sengaja Amalia Rosi menviralkan Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Prov.Kalsel. Apakah Amalia Rosi pernah menanyakan kepada pa Madun kenapa pakai Sandal?.
Dari informasi yang saya dengar bahwa kaki beliau sakit ketika menggunakan sepatu sehingga hanya keadaan terpaksa baru beliau pakai sepatu itupun menahan sakit. Kemudian terkait rokok, apakah Amalia Rossi pernah menanyakan kenapa Pa Madun Merokok ?. Apakah pernah Amalia Rossi menanyakan kepada orang lain, kenapa ada ulama maupun para penceramah juga merokok baik itu saat memimpin pengajian maupun saat pertemuan dengan tamu-tamu yang berkunjung kekediaman beliau yang kabarnya almarhum guru kharismatik di Kalsel juga merokok dan bisa mengisap 14 Bungkus rokok setiap hari?. Adakah yang menjustifikasi dan mengatakan kalau para Kiai atau ulama tersebut tidak beradab hanya karena merokok?. Pertanyaan ini mestinya Amalia Rossi jawab supaya faham istilah Beradab atau tidak beradab, sehingga tidak dengan mudah mengatakan orang lain tidak beradab dan jangan-jangan kita lah yang tidak beradab itu. Karena orang-orang sufi pernah mengatakan orang yang mengatakan dirinya paling baik, sesungguhnya dialah yang paling jelek.
Lalu menyimak Video Amalia Rossi di medsos yang mengaitkan lagi dengan pakaian pa Madun yang menggunakan baju kaos saat pertemuan tersebut. Pertanyaan yang harus juga dijawab oleh Amalia Rosi, Apa hubungan memakai baju kaos dengan ADAB?. Dalam pertemuan-pertemuan Internasioanl yang kita lihat, banyak delegasi dari berbagi negara dalam pertemuan resmi tersebut menggunakan baju kaos, maupun pakai jas lengkap dengan dasinya, dan itu tidak menjadi masalah dan bukan problem ketika ada
yang menggunkan baju kaos tersebut, lalu standar adab mana yang digunakan Amalia Rosi sehingga bisa menjustifikasi dan menghubungkan seseorang tidak BERADAB hanya dengan menggunakan baju kaos?.
Karena berbicara ADAB perlu ada standar universal yang mesti dan harus kita pedomani baru kita berani mengatakan beradab atau tidaknya seseorang, sekali lagi saya katakana, Jangan-jangan Kita yang tidak beradab dan berani menjustifikasi kalau orang lain itu yang tidak beradab.
Ada beberapa alasan kenapa saya menyikapi dan memberikan pandangan terkait viralnya dimedia sosial seorang guru SMKS di Banjarbaru (Amalia Rosi) dengan berani menviralkan dan membuat pernyataan yang menyudutkan kepala Dinas pendidikan (Madun) terkait ADAB.
1. Apakah Ibu Amalia Rosi merasa memiliki Adab Yang tinggi sehingga tampa Tabayyun membuat viral video di medsos yang merusak nama baik kepala dinas pendidikan (Madun) ?. Apakah dengan merusak nama baik seseorang dan menyebarkan di media sosial lalu ibu Amalia Rossi dianggap orang Beradab?.
(tolong ini dijawab).
2. Supaya ada keseimbangan pemberitaan, dan masyarakat bisa faham terkait makna “ADAB” sehingga semua faham bahwa memakai sandal, baju kaos, bukan standar universal ketika dikaitkan Beradab atau tidaknya seseorang dengan alasan tertentu.
3. Menggaris bawahi pernyataan lain di Video yang Viral tersebut dengan kata-kata Amalia Rosi “DIUSIR”. keluar dari rungan karena protes dengan merokoknya kepala Dinas pendidikan (Madun) didepan, apakah saat Amalia Rosi melakukan Protes itu juga diucapkan dengan kata-kata Hikmah dan dengan ADAB atau ingin mempermalukan kepala Dinas pendidikan dan kebudayaan (Madun) dihadapan peserta lainnya?. Justru dari pernyataan dari beberapa peserta kegiatan tersebut malah menganggap bahwa
Amalia Rossi lah yang tidak bertadab dengan pernyataan yang seolah-olah membentak Kepala Dinas saat menegur waktu merokok. Lalu timbul pertanyaan, bagaimana ADAB kita kepada Pemimpin kita?.
Pernyataan DIUSIR ini juga pernyataan yang ambigu dan dilebih-lebihkan. Frasa ini memiliki konotasi yang negatif dan kasar, karena mengusir seseorang berarti memaksa seseorang meninggalkan tempat tersebut dengan cara yang tidak sopan atau tidak hormat, padahal dari saksi yang mendengarkan kejadian saat itu, Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan (Madun) mempersilahkan keluar ruangan apabila tidak tahan dengan asap rokok (sebenarnya dari informasi peserta lainnya bahwa Amalia Rosi duduknya ditengah dan masih sangat jauh untuk terkena asap rokok). Hal ini menimbulkan pertanyaan
dari peserta lainnya, yang mengatakan kami saja yang duduk didepan, asap rokok tidak sampai kekami apalagi Amalia Rossi yang duduknya jauh dari sumber asap rokok tersebut. Sehingga pernyataan dari guru-guru yang ikut dalam kegiatan itu yang juga ramai di Status WA nya masing-masing guru “Alhamdulillah tidak atas nama kami guru-guru se kalsel, terima kasih bu Amalia Rosi pian atas nama pribadi yang merasa tidak nyaman, Kami guru-guru se kalsel tidak mempermasalahkan hal Tersebut”. Inilah status guru-guru se kalsel, sehingga mereka menganggap bahwa video yang disebarluaskan tersebut sangat berlebihan dan dilebih-lebihkan.
4. UU ITE sudah sangat jelas, Jika pihak Pa Madun secara pribadi dan atau atas nama Kepala Dinas Pendidikan dan kebudayaan Prov.Kalsel merasa dicemarkan nama baiknya, maka bisa jadi menempuh jalur hukum dan akan berdampak bagi Amalia Rosi sebagai pencemaran nama baik serta sudah merusak nama baiknya karena sesungguhnya apa yang disebar dalam Video tersebut sangat bertolak belakang dari kejadian sesungguhnya.
Dengan melakukan Tabayyun seorang Muslim diharapkan tidak tergesa-gesa dalam menyebarkan informasi yang berdampak rusaknya nama baik seseorang yang akhirnya akan terjadi ketidakharmonisan antar sesama apalagi atara guru dan kepala Dinas pendidikan yang nota bene satu perahu untuk bersama-sama mewujdukan pendidikan yang lebih maju. Mestinya harus bisa menahan diri (ini bagianjuga dari ADAB), karena menceritakan kejelekan orang lain sesungguhnya menceritakan juga kejelekan
kita sesungguhnya, Kita diajari bagaimana adab kepada Pemimpin kita, Adab kepada sesama teman dan Adab kepada yang lebih tua dari kita dan adab kepada yang lebih muda dari kita. Kita mungkin sudah merasa bangga dengan berhasil menviralkan pimpinan kita dan nama baiknya rusak dimasyarakat, padahal pada dasarnya Justru nama baik kitalah yang rusak karena kita tidak memiliki ADAB terhadap Pimpinan kita, karena kita belum menempuh yang namanya Tabayyun.
Semoga Tulisan ini bisa menjadi penyeimbang berita viral yang ketika kita tidak meng-edukasi masyarakat, maka hanya akan menimbulkan perpecahan dan ketidak harmonisan. Berharap setelah tulisan ini dibaca oleh Amalia Rosi maupun kepala Dinas pendidikan dan Kebudayaan (Madun) bisa menjadi jembatan untuk Tabayyun dan saling memahami karena 1 perahu di dinas pendidikan dan kebudayaan Prov.Kalsel untuk bersama-sama mencerdasakan anak bangsa serta berharap bahwa Kejadian ini tidak bernuangsa Politik.
Dr.Syahrir
Anggota GIGA INSTITUT Hamburg-Jerman