MEMAKNAI CACIAN DAN HINAAN ?

MEMAKNAI CACIAN DAN HINAAN ?

“Semuanya dikembalikan kepada diri pribadi kita amsing-masing, karena respon apapun yang akan kita berikan terhadap hinaan dan cacian itu sesungguhnya pilihan kita secara subjektif denga pertimbangan masing-masing.  Namun bagi saya pribadi mendahulukan respon rational dan spritual adalah bijak untuk kita terapkan dalam kehidupan ini”.

(Syaifudin)

SCNEWS.ID-BANJARMASIN. Sahabat secangkir kopi seribu inspirasi, dakam sesi secangkir kopi seribu inspirasi Talk di dutatv saya bersama Diana Rosianti membahas tema “JANGAN JATUH KARENA HINAAN DAN JANGAN TERBANG KARENA PUJIAN”, yang dalam obrolan ini terdapat poin-poin menarik untuk saya tuliskan di edisi kali ini, khususnya yang berkenaan dengan cacian dan hinaan dan insyaallah dikesampatan berikutnya akan saya bahas pula tentang memaknai sebuah pujian.

Sahabat ! adanya cacian dan hinaan itu sesungguhnya hal yang biasa kita alami dalam kehidupan ini, karena dalam suatu pergaulan sosial hampir bisa dipastikan ada orang yang tidak suka dengan kita dan ada pula orang yang suka dengan kita serta ada juga orang tidak peduli dengan kita.  Oleh karena itu dari kelompok orang yang tidak suka dengan kita inilah sering muncul cacian dan hinaan, sedangkan dari orang yang suka justeru sering muncul pujian, jadi dalam kehidupan yang terpenting justeru bukan mempersoalkan adanya hinaan atau cacian dari orang yang menghina atau mencaci tersebut, melainkan bagaimana respon kita terhadap adanya hinaan dan cacian itu.

Sahabat ! respon atau reaksi kita terhadap hinaan dan cacian ini dapat kita klasisikasikan pada dua posisi, yaitu posisi kita sebagai pribadi (privat respon) dan posisi kita sebagai anggota masyarakat (sosial respon). Dan dalam hal privat respon kita biasanya merespon dengan beberapa cara pandang, yaitu cara pandang yang rasional, emosional dan spritual.

Sahabat ! secara rational adanya hinaan dan cacian itu akan membuat kita berfikir dan menelusuri “karena apa ?” sampai muncul hinaan dan cacian dari seseorang itu, apakah memang ada sikap, perbuatan kita yang salah dan pantas untuk dihina atau dicaci atau tidak ada ? sehingga dalam respon yang seperti ini kita jadikan sebagai bahan intropeksi diri, bukankah kehidupan sering bertutur bahwa “dari orang yang membenci” kita terkadang sangat jujur berkata atas kekuarangan dan kesalahan kita.

Sahabat ! respon emosional justeru menempatkan kita mengambil sikap emosi dengan balas menghina dan mencaci orang yang menghina dan mencaci kita tersebut, atau bahkan kita balas dengan hinaan dan cacian yang bobotnya lebih dari yang kita terima.  Oleh karena itu respon emosional tidak menyelesaikan masalah dan bahkan justeru menimbulkan saling permusuhan dan kebencian yang suatu saat bisa menjadi “letupan” kekerasan fisik.

Sahabat ! respon spritual akan menjadikan kita mengambil sikap menempatkan diri kita sebagai “hamba” yang memang penuh dengan dosa dan kesalahan, sehingga adanya hinaan dan cacian sesungguhnya bentuk “teguran” dari Yang Maha Kuasa kepada kita untuk selalu mawas diri dalam kehidupan agar tidak melakukan dosa dan kesalahan lagi.  Oleh karena itu adanya hinaan dan cacian kita terima sebagai suatu kewajaran dan justeru berterimakasih kepada orang yang menghina dan mencaci tersebut, bukankah kita ini pantas untuk dicaci dan dihina karena banyaknya dosa yang kita lakukan, hanya karena ditutupi Yang Maha Kuasa saja sehingga kita masih dihormati orang lain.

Sahabat ! sayangnya respon rational, emosiaonal dan spritual itu sesungguhnya menyatu dalam diri kita secara serentak dan bersamaan saat kita menerima hinaan dan cacian, oleh karena itu akan banyak ragam reaksi yang bisa muncul atas hinaan dan cacian itu.  Ditambah lagi dalam posisi reaksi sosial, maka terkadang hinaan itu tidak hanya menyangkut diri kita, akan tetapi juga menyangkut nama baik keluarga dan masyarakat kita, sehingga menuntut secara hukum dan mengklarifikasi secara sosial juga bisa menjadi pilihan kita.

Semuanya dikembalikan kepada diri pribadi kita amsing-masing, karena respon apapun yang akan kita berikan terhadap hinaan dan cacian itu sesungguhnya pilihan kita secara subjektif denga pertimbangan masing-masing.  Namun bagi saya pribadi mendahulukan respon rational dan spritual adalah bijak untuk kita terapkan dalam kehidupan ini. Silahkan sahabat simak link edisi bertuturnya di SKSI Talk di bawah ini.

Salam secangkir kopi seribu inspirasi.

 

 

Terbaru

spot_img

Related Stories

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini