
MEMORY: Ingatan
“Memory merupakan bagian tak terpisahkan dari perception (persepsi), image (citra), dan concept (konsep). Jadi memory hanya merupakan satu bagian dari empat bagian yang menjadikan seseorang selalu teringat pada suatu peristiwa yang dialaminya”
Oleh Tjipto Sumadi
SCNEWS.ID-JAKARTA. Memory atau ingatan merupakan proses mental yang berkaitan dengan penerimaan, penyimpanan, dan pemunculan kembali informasi yang pernah diterima oleh seseorang. Dalam pandangan filsafat klasik, memory atau ingatan merupakan salah satu ukuran kemampuan manusia dalam mengaktualisasikan pikirannya. Oleh karena itu, dalam kurun waktu yang lama, terdapat pandangan bahwa ada manusia yang memiliki daya ingatan yang kuat dan daya ingatan yang lemah. Pandangan itu pun lalu berkembang menjadi ingatan yang bersifat jangka pendek (short term memory) dan ingatan yang bersifat jangka panjang (long term memory).
Sesungguhnya ingatan merupakan penyaluran pengalaman fisik yang sedemikian rupa sehingga seseorang dapat “memanggil” kembali pengalaman tersebut, jika diperlukan. Sejak seseorang dilahirkan, lalu hingga ia memiliki kesadaran, maka sejak itu pulalah seseorang memiliki ingatan. Bahkan begitu kuatnya ingatan seseorang, maka semakin seseorang berusaha ingin melupakan suatu kenangan, justru kenangan itu semakin kuat untuk diingat.
Secara teoretik, mengapa suatu peristiwa yang menjadi kenangan sulit dilupakan? David Russel mengingatkan dalam Children’s Thinking; bahwa memory tidak berdiri sendirian di dalam pikiran manusia. Memory merupakan bagian tak terpisahkan dari perception (persepsi), image (citra), dan concept (konsep). Jadi memory hanya merupakan satu bagian dari empat bagian yang menjadikan seseorang selalu teringat pada suatu peristiwa yang dialaminya. Kata Russel, peristiwa yang menimpa seseorang, pertama kali akan direkam dapal pikirannya sebagai sesuatu yang dapat dipersepsi. Tahap kedua setelah dipersepsi, lalu diimaginasikan dalam kehidupannya, dan tahap ketiga barulah disimpan sebagai memory. Tahap keempat adalah memory tersebut dapat menjadi konsep dalam kehidupan selanjutnya. Bahkan, dalam sebuah ananilis dinyatakan, ketika seseorang tengah mengalami peristiwa menjelang akhir hayatnya (sakaratul maut atau dying), Sebagian memory itu akan terlintas di hadapannya.
Dalam perspektif religi, ingatan menjadi salah satu kunci untuk mendapatkan ketenangan diri dan ketenteraman hati. Hal ini dinyatakan pada Ar-Rad (28) yang menyebutkan “Ala bidzikrillahi tathmainul qulub”, hanya dengan mengingatkan diri kepada Sang Khaliq-lah, hidup ini akan menjadi tenteram.
Semakin lama seseorang hidup, maka akan semakin banyak pula peristiwa yang dialami dalam hidupnya. Demikian pula, semakin jauh seseorang berjalan, maka akan semakin banyak pula pengalaman yang disimpan di dalam pikirannya. Tanpa terasa, kian hari akan semakin banyak pula kesalahan-kesalahan yang menerpa dirinya. Kesalahan-kesalahan perilaku itulah yang dapat membuat seseorang merasa gundah-gulana. Dalam konteks seperti inilah, diperlukan mengingat Sang Pencipta, guna menenangkan diri dan menenteramkan hati… “Ala bidzikrillahi tathmainul qulub”. Wallahu a’lam, semoga bermanfaat.
*) Mahasiswa Teladan Nasional 1987
*) Dosen Universitas Negeri Jakarta
hanya dengan mengingatkan diri kepada Sang Khaliq-lah, hidup ini akan menjadi tenteram.
Sangat menyentuh, jujur saya setiap malam selalu berfikir apakah besok masih bisa melihat dunia
Terima kasih sharingnya Prof. Cukup inspiratif dan mengingatksn saya untuk melangkah ke depan lebih bijak