
MEMPERINGATI HARI TUBERKULOSIS SEDUNIA.
Oleh : dr. Mohamad Isa SpP*
SCNEWS.ID-BANJARMASIN. Setiap tanggal 24 Maret selalu diperingati sebagai Hari Tuberkulosis Sedunia, karena pada tanggal tersebut tahun 1882 telah ditemukan kuman penyebab TB oleh seorang dokter peneliti yang bernama Robert Koch. Penemuan ini sangat spektakuler, karena dengan penemuan ini bisa diketahui penyebab dari pasien-pasien yang menderita sesak nafas, batuk,batuk darah, berat menurun yang menyebabkan banyak kematian yang disebut Penyakit Tuberkulosis. Kuman tersebut yang disebut Mycobacterium Tuberculosis, berukuran panjang 1-4 µm, tebal 0,3-0,4 µm, berbentuk bulat dengan pewarnaan Zieln Nelsen akan terlihat berbentuk batang, berwarna kemerahan. Penyakit ini terutama menyerang paru dan bisa menyerang organ diluar paru (Ekstra Paru).
Keberadaan penyakit TB sebenarnya sudah ada sebelum penemuan kuman ini. dengan ditemukan adanya relief di Piramid Mesir yang menggambarkan adanya orang yang
berpostur bungkuk, dengan benjolan di punggung. Orang belum tahu penyakit tersebut,
dengan penemuan kuman penyebab penyakit itu maka diketahui bahwa penyakit itu
disebut dengan TB Tulang Belakang ( Spondilitis TB).
Sudah hampir 131 tahun semenjak kuman TB ditemukan, para ilmuwan berlombalomba melakukan penelitian untuk menemukan obat yang bisa melawan kuman TB tersebut. Telah ditemukan obat-obat tersebut yang dipakai dalam pengobatan pasien TB sampai sekarang, Seperti Rifampicin, Isoniazid, Ethambutol, Pirazinamid dan obat-obat lain
sebagai pengembangan pengobatan tersebut. Dengan pengobatan tersebut, pasien TB
banyak tertolong dan angka kematian jadi menurun.
Orang tentu akan bertanya-tanya, kenapa orang bisa terkena penyakit TB. Penyakit
ini ditularkan melalui pernafasan ( droplet Infection). Setelah orang terpapar kuman TB,
maka ada 2 faktor penting yang bisa mempengaruhi proses perkembangan penyakit
tersebut. Faktor pertama yaitu virulensi kuman TB tersebut, faktor kedua yaitu daya tahan tubuh seseorang. 2 Faktor ini sangat berperan akan kelanjutan orang yang terkena paparan kuman TB. Bila daya tahan tubuh lebih kuat dari jumlah kumannya maka orang tersebut bisa tidak sakit TB, karena daya tahan tubuh bisa melawan kuman tersebut. Daya tahan yang kuat bisa menyebabkan kuman tidak bisa bergerak “dikurung” sama bagian daya tahan tubuh yaitu Macrofag, keadaan ini dikenal dengan Dormant ( Tertidur). Namun bila virulensi besar ( Kuman banyak) sementara daya tahan tubuh menurun, maka orang tersebut bisa terkena TB. Peristiwa ini disebut dengan Reaktivasi ( aktif kembali).
Daya tubuh yang rendah bisa disebabkan beberapa hal antara lain :
1. Pola hidup yang kurang baik, seperti mudah stress, stress yang
berlebihan/berkelanjutan, pola hidup yang tidak teratur, kurang ibada, Negative
Thinking yang berlebihan dan sebagainya.
2. Pola makanan yang kurang baik, seperti minum alkohol , makanan yang kurang
bergisi.
3. Adanya penyakit penyerta ( Komorbid) seperti: HIV, Diabetes Melitus, Gagal Ginjal,
Pemakaian imuno supresan, Pemakaian Kortikostreroid yang tidak terkontrol.
Komorbid ini membuat daya tahan tubuh turun sehingga memudahkan kuman TB
muncul lagi ( Reaktivasi).
Keberadaan penyakit penyerta ini jadi bagian problematika yang harus dihadapi,
karena penyakit ini bisa menimbulkan TB dan potensi untuk bisa terjadi kebal obat (Multi
Drug Resistan/MDR).Problamatika yang lain berupa adanya pasien-pasien dengan kebal obat (MDR) ,yang memerlukan pengobatan yang cukup lama dan jumlah obat yang lebih banyak.
WHO mencanangkan program End TB tahun 2050, yang artinya pada tahun 2050 diharap
didunia angka TB menurun /minimal sehingga tema Hari TB Sedunia tahun 2023 adalah
“Yes! We Can End”.
Problematika ini harus kita hadapi dan dicari solusinya, berupa :
1. Pendididikan Kesehatan. Dengan pendidikan Kesehatan diharapkan angka penularan
TB menurun.
2. Menjaga gaya hudup dengan pola hidup yang baik seperti mengurangi stress yang
berkepanjangan, banyak bersyukur, positive thinking, menjaga keharmonisan
keluarga dan masyarakat.
3. Program TOSS ( Temukan Obati Sampai Sembuh).
4. Goodwill dari pemerintah dengan mengalokasi dana untuk penanganan TB.
5. Melakukan penelitian untuk menciptakan panduan obat yang lebih efektif,
penemuan vaksin baru TB.
Mudah-mudahan dengan peringatan Hari TB sedunia kali ini, menyadarkan adanya penyakit TB yang perlu diatasi Bersama-sama. Tanpa kebersamaan dari semua pihak, program End TB 2050 tidak bisa tercapai.
“Ayo Bersama akhiri TB , Indonesia Bisa”
*Penulis Praktisi Kesehatan Tinggal di Banjarmasin