MEMULAI LAGI (SERI OPINI IBG DHARMA PUTRA)

MEMULAI KEMBALI
Oleh : IBG Dharma Putra

SCNEWS.ID-BANJARMASIN. Beberapa saat belakangan ini, jumlah kasus serta kematian karena covid-19 yang dicatat dan dilaporkan mengalami penurunan serta terus menurun. Kondisi tersebut, membawa optimisme masyarakat awam, bahwa situasi sudah terkendali dan pandemi akan segera berakhir.

Sebuah optimisme yang wajib dijaga dengan penuh kesungguhan disertai kesiapan untuk menghadapi potensi terjadinya penambahan kasus diwaktu mendatang, karena turunnya jumlah kasus saat ini, pada prinsipnya belum nyata, disebabkan oleh upaya pengendalian kita.

Pendapat diatas dikemukakan, sebagai cara menjaga kewaspadaan, karena penurunan jumlah kasus, tidak terlihat jelas diakibatkan oleh adanya perbaikan kepatuhan terhadap protokol kesehatan, membaiknya cakupan vaksinasi atau rasio pelacakan terlampai.

Dengan kondisi seperti itu, maka penurunan jumlah kasus ataupun jumlah kematian yang sedang terjadi, bukanlah sebuah tanda akan berakhirnya pandemi, tapi hanyalah sebuah “ Jeda Pandemi “, karena masih bisa timbul lonjakan kasus lagi, jika tidak disertai upaya pengendalian pandemi yang semakin baik.

Pengendalian pandemi merupakan kegiatan sistimatik terdiri tiga tahap saling berkaitan erat, dimulai dari tahap pra pandemi, tahap pandemi serta tahap pasca pandemi. Untuk pandemi covid-19 kali ini, pengelolaan tahap pra pandemi dilakukan bersamaan dengan pengelolaan tahap pandemi. Pengelolaan tahap pasca pandemi, belum jelas diketahui karena prediksi berakhirnya pandemi masih belum diketahui.

Dalam prinsip pengelolaan seperti itu, maka Jeda Pandemi, yang sedang terjadi saat ini, meskipun bukan kondisi pasca pandemi tapi dapat dikelola dengan pengelolaan tahapan pasca pandemi karena yang dibutuhkannya sama, adanya informasi berlandaskan data faktual, yang dapat dipakai untuk membuat upaya terbaik setelahnya.

Informasi yang didapat dari analisis lengkap dapat dipakai landasan penetapan kegiatan untuk menghindari lonjakan kasus kesakitan dan meningkatnya kematian dan bisa berarti sebuah alih kendali pandemi, dari pandemi yang dikendalikan virus menuju dikendalikan sepenuhnya oleh manusia.

Dan kondisi setelah jeda pandemi, menjadi “memulai kembali “,yaitu cara pengendalian pandemi berlandaskan teori ilmiah disertai analisis data emperik lokal sehingga dapat meramu upaya kombinasi berupa kewajiban pusat dengan sentuhan kearifan lokal.

Memulai kembali, secara prinsip merupakan sebuah revolusi mental. Berisikan tiga aspek pokok yang saling menguatkan. Tiga aspek tersebut meliputi tetap menjalan upaya yang sudah baik, menghentikan upaya yang tidak baik dan membuat upaya terobosan baru.

Upaya inovatif, diharapkan berbentuk upaya bersentuhkan kearifan lokal, yang digali dari data yang sudah dimiliki sebelumnya, sejak mulai pandemi sampai saat sebelum terjadi jeda pandemi.

Upaya memulai kembali, dilakukan secara bertahap, meliputi beberapa langkah pokok yaitu,persiapan, pematangan konsep, kajian pembenahan, pelaksanaan upaya baru, KIE, lomba kepatuhan, pantau serta manfaatkan setiap momentum dan membudaya evaluasi.

Pola penanggulangan pasca jeda pandemi, sebaiknya lebih didekatkan pada kebutuhan masyarakat sesuai dengan tuntutan otonomi daerah dan desentralisai. Diharapkan akan berakibat timbal balik berupa membaiknya kepuasan masyarakat dan derasnya aliran aspirasi serta partisipasi.

Perubahan cara lama yang rutin dan pasif menuju cara baru yang proaktif dan atraktif, memerlukan kerja keras, cerdas dan tuntas. Semua data yang sudah tersedia, diolah dan dianalisa untuk didapatkan informasi sahih sebagai landas awal penentuan kebijakan.

Data tersebut bukan sekedar diambil serta digunakan seperti adanya, tapi ditingkatkan mutunya melalui perhitungan ilmiah sampai didapat “ nilai ajusted “, karena kesadaran bahwa data yang tersedia, perlu diperbaiki dan sebenarnya merupakan data yang jauh dibawah angka sebenarnya(underreported).

Selanjutnya, model atau konsep pengelolaan sesuai tuntutan otonomi serta desentralisasi tersebut, selayaknya dimatangkan sebelum dilaksanakan di masyarakat. Konsep dapat didudukan dibumi serta dapat dilaksanakan jika telah memperhitungkan situasi kondisi ipoleksosbudhankam daerah.

Model dimatangkan dengan melibatkan tim para ahli, yang berisi akademisi dan praktisi. Berbagai aspek pengelolaan diperhitungkan dengan cermat, seperti ketersediaan infra struktur, sarana prasarana, keterjangkauan, cakupan, mutu, kesiapan petugas, geografi demografi dan potensi aspirasi partisipasi.

Pelibatan para ahli baik secara teoritis stau praktis, diperlukan untuk memberi kepastian bahwa konsep akan bisa dioperasionalisasi, dengan metode sederhana sehingga mudah ditiru untuk diterapkan disemua wilayah dan berbiaya hemat hingga berkesinambungan. Secara lebih keren dapat dikatakan sebagai konsep yang telah lulus uji replikabilitas dan sustainibilitas.

Pembenahan dilakukan dengan perhitungan cermat sisi aspirasi serta partisipasi hingga dapat merebut kembali kepercayaan publik yang terasa mulai luntur. Pengelolaan upaya berpola baru,wajib diterima masyarakat dan dipatuhi semua ajakannya.

Pengubahan citra, yang dalam bisnis dikenal dengan istilah “ rebranding “, menjadi wajib. Disarankan untuk memoles semua kegiatan dengan sentuhan keterbukaan, merangsang peran serta dan berisikan tanggung jawab.

Keberpihakan pada masyarakat, terutama yang miskin, keterbukaan dengan pemberian akses informasi seluas luasnya pada publik, perbaikan sistem pencatatan pelaporan dan pelembagaan peran serta atau pemantapan pengelolaan keluhan, perlu dibenahi dengan cermat dan cepat.

Rebranding wajib disegerakan karena alarm pertanda ketidak puasan masyarakat pada tata kelola lama sudah mulai berbunyi.Unjuk rasa yang mulai marak seharusnya disikapi dengan pergeseran citra pengelolaan, dari gaya lama yang berkonotasi sangat lamban, cuma menunggu dan meniru serta tertutup, menuju cara yang ramah, terbuka, adil dan bebas dari korupsi.

Promosi terhadap pengelolaan bergaya baru dilakukan bersamaan dengan kegiatan KIE, komunikasi, informasi serta edukasi secara masif keseluruh wilayah secara kompak dan serentak, tanpa jeda dan dengan melibatkan semua komponen kepemerintahan. KIE akan memberikan penyegaran ingatan pada cara menghindari penularan sedangkan promosi akan meningkatkan kepatuhan.

Pemberian hadiah kepada masyarakat yang patuh dalam bentuk nomor undian yang bisa ducabut sewaktu waktu jika ditemukan tidak patuh selama periode undian perlu dicoba untuk dilakukan. Hadiah yang menggiurkan, karena melampaui mimpi dan khayalan, bisa berupa brumah dilengkapi dengan peralatan dan sembako selama setahun. Bisa disertai tabungan dan deposito.

Membuat sistem pemantauan wilayah yang tepat guna perlu diprioritaskan. Pengalaman pandemi berkepanjangan akan berguna bagi pemilihan kriterianya. PWS yang tepat guna menjaminkan kemudahan untuk dilakukan secara mandiri sehingga akan bisa dipatuhi dengan penuh kesungguhan.

Maanfaatkan semua hari besar dan nasional untuk memperkuat kepatuhan pada budaya berprotokol kesehatan, pencapaian target vaksinasi prioritas serta pencapaian target rasio lacak dan testing dengan memadai.

Marlah memulai kembali dengan semangat menggebu dan pencitraan yang baru. Diikuti dengan metradisinya kegiatan evaluasi rutin berjenjang untuk perbaikan sehingga upaya semakin hari menjadi semakin baik.

Ada beberapa kata kunci yang bisa menjadi jaminan sukses dalam nemulai kembali yaitu pembagian tugas serta kewenangan secara jelas sejak awal, sharing pembiayaan untuk menghindari tumpang tindih dan terlupakan, penyiapan aturan dengan prinsip demokrasi, menghindari berbelitnya birokrasi dan tidak lupa melibatkan peran serta masyarakat.

Banjarmasin
21092021

Terbaru

spot_img

Related Stories

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini