“MENCABUT” (SERI SECANGKIR KOPI SERIBUSATU INSPIRASI)

MENCABUT

Oleh : Syaifudin

SCNEWS.ID-BANJARMASIN. Sahabat ! sudah menjadi kegiatan rutin saya pada pagi hari saat matahari sudah menampakan sinarnya, tentu setelah menyeruput makanan ringan dengan kopi pahit atau kopi manis, saya memperhatikan tanaman yang ada di halaman dan samping rumah, mengamati satu demi satu dan terkadang sambil berbicara pelan dengan tanaman tersebut atas kondisi perkembangan tumbuhnya, termasuk bunga-bunga yang keluar saat ia berbunga. Saat memperhatikan tersebut secara tidak sadar saya mencabut tanaman “liar” yang tumbuh disekitar tanaman saya, dan pagi tadi kegiatan itu berulang secara refleks, saat ada tanaman liar tumbuh pasti saya cabut dan singkirkan, namun muncul celutukan dalam benak saya yang menanyakan “apa hakmu mencabut tanaman liar tersebut? dan “mengapa kamu mencabutnya”?.

Tanaman liar adalah pemberian label yang selama ini kita “cap”kan pada tanaman yang hidup disekitar tanaman yang kita tanam, sedangkan tanaman liar itu adalah tanaman yang bukan kita tanam, melainkan tanaman yang tumbuh dengan sendirinya. Sebagai tanaman yang tumbuh dengan sendirinya, sesungguhnya ia mempunyai hak untuk tumbuh sebagaimana tanaman-tanaman lainnya, ia bagian dari “makhluk” tanaman yang diciptakan oleh Yang Maha Kuasa. Sebagai tanaman yang diciptakan oleh Yang Maha Kuasa, bukankah ia juga berhak tumbuh pada bumi ini, termasuk di areal halaman saya.

Dari celutukan dalam benak saya ini kemudian saya berfkir dan menanyakan ke dalam diri yaitu atasmotivasi atau dasar apa sehingga saya mencabutnya ?

Setelah saya renungkan lebih dalam, kemudian saya menemukan jawabannya, yaitu pertama, tanaman liar tersebut telah dan akan mengganggu tumbuhnya tanaman saya, dan kedua tanaman liar tersebut akan mengganggu keindahan tanaman saya.

Sahabat ! Atas dasar mengganggu inilah saya menjadi hakim untuk memutuskan mencabut tanaman liar tersebut,  apa memang bisa dibenarkan atas alasan ini saya mencabut hak hidup tanaman yang bukan saya tanam ? ya ialah, bukankah hak saya punya areal tanah untuk menentukan tanaman yang saya pelihara untuk tumbuh dan berkembang sebagaimana yang saya harapkan.  Begitulah jawaban saya pada diri saya sendiri saat mencabut lagi tanaman liar yang tumbuh di sekitar tanaman yang saya tanam itu, yang ringkasnya saya berhak mencabut lantaran menjaga tanaman milik saya.

Begitu pula atas dasar keindahan, telah menjadi alasan saya juga untuk mencabut tanaman liar itu. Mengapa ini saya lakukan ?, kalau tidak saya cabut maka mengganggu keindahan daun dan bunga tanaman saya yang menjadi tanggungjawab saya memeliharanya. Disamping itu bukankah membiarkan tanaman liar itu tumbuh, maka memberikan kesan tanaman yang saya tanam itu menjadi tanaman yang seolah-olah tidak terawat, sehingga kesan sayapun akan dinilai oleh orang yang melihat tanaman di halaman saya memberikan penilaian bahwa saya tidak pandai merawat tanaman karena membiarkan tanaman liar tumbuh.

Sahabat ! Lantas bagaimana kemudian kalau hal tersebut kita tamsilkan pada apa yang terjadi dalam diri kita, saat kita menanam perbuatan baik, menanam keimanan dan ketaqwaan, menanam kesabaran, menanam kesyukuran, menanam keikhlasan ? maka saat tanaman itu mulai tumbuh, lalu tumbuhlah disekitarnya tanaman liar kemunafikan, kekufuran, keingkaran, kemarahan, kesombongan, ke-riaan, ke-ujuban dan lain-lain tanaman liar lainnya yang langsung atau tidak langsung akan meggerogoti tanaman “mulian” kita itu.

Dalam bahasa lain maknanya  semua tanaman liar inilah (sifat-sifat buruk) itulah yang akan merusak tanaman utama (mulia) yang kita tanam tersebut, oleh karena itu dalam posisi  kita sebagai hamba Allah, maka saya berdoa agar Allah mencabut semua bentuk tanaman liar dalam diri kita, agar kemunafikan, kekufuran, keingkaran, kesombongan, keriaan, keujuban itu tercabut dalam diri kita. Dari sinilah saya benar-benar mendapat pencerahan dasar dari tindakan mencabut tanaman liar, sekaligus merefleksikannya dalam diri agar Allah mencabut segala sifat buruk yang tumbuh pada diri saya. Bagaimana dengan sahabat semua ?

Salam secangkir kopi seribusatu inspirasi.

 

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini