MENDEKATI TUHAN
“Cara mendekati Tuhan yang terbaik adalah berupaya selalu “membaca” (memahami dan mengamalkan) kitab suci, belajar ilmu pengetahuan dan teknologi sesuai profesi sehingga bisa bekerja serius serta setulus hati, tanpa lupa berdoa, menjalankan perintah serta menghindarkan diri dari laranganNya”.
Oleh : IBG Dharma Putra
SCNEWS.ID-BANJARMASIN. Setelah menulis tentang mencari sorga, ingin juga mengamati cara mendekati Tuhan, yang dipraktikan di kehidupan keseharian manusia,
sehingga lengkap memberi inspirasi, tentang misteri setelah mati.
Sebagian besar manusia, didalam perjalanan hidupnya, terkadang terlalu yakin akan dirinya, keunggulannya serta keberadaannya, sebagai makhluk berakal. Sebuah keyakinan, yang tak jarang membuatnya sombong, hingga terjebak kedalam lumpur kekhilafan dan lupa diri.
Pandangan optimitis, berasumsi bahwa segala masalah akan ada solusinya, tidak selamanya membuat tenang hidup manusia,karena dapat timbulkan sombong. Biasanya, temuan solusi menjadi kebanggaan dan dipamerkan sebagai puncak pencapaian prestasi.
Dibalik sombong, juga berada kerendah hatian karena puncak bisa berarti naik dari ataupun turun ke lembah, tempat sangat dalam. Kalau itu terjadi, sewaktu dillema, frustrasi menemui jalan buntu, maka Tuhan mulai didekati, hingga tak jelas alasan mendekatiNya, apakah karena rendah hati ataukah tertemui jalan buntu.
Apapun dalihnya, seolah menempatkan Tuhan sangat tinggi, sebagai guru serta nara sumber tertinggi bagi deraan masalah yang menimpa, setelah orang tua di rumah, guru sekolah serta pemerintah.
Di kesempatan yang lain, orang berbeda, akan mendekati Tuhan dengan cara yang lain. Bisa terlihat lebih bernuansa spiritual atau nuansa mistis purba kala. Semua disesuaikan dengan pengalaman hidupnya masing masing.
Ada yang mendekati Tuhan dengan cara puasa mutih di pesantren terpencil, ada dengan ikut kegiatan para bhiksu di Biara Shaolin, ada juga dengan program bermusik serta berpuisi yang dipimpin oleh seorang pelatih spiritual. Dan tak jarang, dipakai cara lain yang lebih personal.
Semua cara, dinilai efektif oleh pesertanya jika dilihat dari testimoni mereka. Mereka mengaku tercerahkan dan sekaligus sadar bahwa hidup lebih ditentukan oleh kekuatan jiwa, sedangkan badan hanyalah wujud yang merana.
Mungkin karena anggapan bahwa hidup lebih ditentukan oleh jiwa, maka mereka mempunyai keyakinan bahwa Tuhan itu berada dijiwa yang tetap bertahan walaupun badan tersiksa. Dan diujung akhirnya, dalam semua testimoni yang saya dengar serta baca, bahwa mereka rasa, Tuhan tetap persepsi misteri.
Tuhan didekati secara hitung dagang, untung dan rugi serta terkadang agak lebih rumit bak matematika yang penuh dengan tanda, disertai peluang dan logikanya. Dengan cara berpikir begitu, Tuhan hanya dicari disaat kepepet saja sehingga menjadi lumrah, dalam duka bersua Tuhan, dikala suka entah dimana.
Fenomena, ingin ditemani Tuhan, disaat derita, tampak menjadi nyata di keseharian. Manusia tidak sadar bahwa, Tuhan adalah sumber dari kekuatan hidupnya. Karena Tuhan yang kuasa, hanya diingat saat sedang susah, maka semua manusia mudah lulus jika menghadapi siksaan derita tetapi cenderung gagal saat berhadapan dengan suka cita kenikmatan.
Tuhan yang penuh kasih serta sayang, kadang dipahami terlalu rumit hingga terlupakan cara menekatiNya dengan mudah, sederhana serta tidak berliku. Kata ayahandaku, Tuhan senang pada yang biasa biasa saja, sehingga pilihan mendekatiNya, hendaknya disesuaikan dengan jalan hidup dan tugas keseharian manusia.
Bagi seorang cendikia, jalan untuk mendekati Tuhan adalah dengan belajar bidang ilmunya dengan bersungguh sungguh. Membaca serta belajar, dilakukan secara teratur di keseharian. Membaca kitab suciNya untuk semua manusia dan membaca buku tentang ilmu pengetahuan dan teknologi bagi sebagiannya, adalah jalan lurus sederhana untuk mendekatkan manusia pada Tuhan.
Bagi para pekerja, yang sudah melewati masa masa sekolahnya dan harus membanting raga bagi kehidupan keluarganya, maka jalan untuk mendekati Tuhan yang direkomendasi, adalah dengan bekerja tanpa pamrih lain selain yang sudah diperjanjikan sebelumnya dengan boleh ditambahkan sesuai tugasnya secara berakal serta dapat dihitung.
Bagi yang sedang belum atau tidak beruntung, karena sudah tidak bersekolah lagi tapi belum terikat pada pekerjaan tertentu secara mantap disarankan untuk memilih jalan mendekatiNya melalui melaksanakan perintah agamanya dan menjauhi larangannya, secara konsisten, tanpa kompromi.
Ketiganya jalan diatas, niscaya bisa dilakukan dengan mudah karena sesuai dengan profesi serta bidang tugas di keseharian. Pilihan pada salah satu jalan dari ketiga jalan, merupakan proses menuju pendekatan yang sempurna.
Pada akhirnya, semuanya akan sampai pada jalan mendekatiNya secara ideal, yaitu berupa pelaksanaan ketiga cara secara bersamaan, disertai dengan disiplin dan pengendalian diri.
Cara cendikia, cara pekerja serta cara ulama, terkombinasikan dalam kesungguhan disertai kejujuran tanpa sedikitpun ada kepura puraan.
Cara mendekati Tuhan yang terbaik adalah berupaya selalu membaca kitab suci, belajar ilmu pengetahuan dan teknologi sesuai profesi sehingga bisa bekerja serius serta setulus hati, tanpa lupa berdoa,menjalankan perintah serta menghindarkan diri dari laranganNya.
Dengan pengetahuan, dibedakan benar serta salah, selanjutnya berani memilih yang benar serta cukup kuat menghindari salah. Barulah diupayakan, melakukan kebenaran itu, dengan baik dan sesedikit mungkin buruknya.
Semuanya terkunci pada kejujuran diri, karena profil wajah bermoral disertai kesungguhannya mendekati Tuhan, terlihat sama, serupa serta tak sedikitpun bebeda dengan profil wajah tak bermoral, tapi belum ketahuan. Maka diamlah, jangan sekali kali menghakimi agar tidak malu nanti.
Banjarmasin
30072021