SCNEWS – “Cinta mengubah kekasaran menjadi kelembutan, mengubah orang tak berpendirian menjadi teguh berpendirian, mengubah pengecut menjadi pemberani, mengubah penderitaan menjadi kebahagiaan, dan cinta membawa perubahan-perubahan bagi siang dan malam.” – Rumi
Larik-larik kalimat itu menyadarkan, betapa sesungguhnya ada banyak kekuatan terpendam, yang bisa terus diasah untuk menjadi potensi luar biasa, tapi hanya akan muncul jika terdorong dengan kekuatan cinta. Cinta yang dimaksud bukan hanya sekedar dikaitkan dengan asmara, tetapi ada banyak cinta yang luar biasa yang bisa membuat seseorang terdorong untuk bisa mengeluarkan potensi terbaiknya.
Rasa cinta adalah pemberian yang muncul tak terduga dan kadang mengalahkan logika. Karena itu banyak yang beranggapan bahwa rasa cinta adalah pemberian dari Sang Maha, yang tidak mungkin direkayasa. Ada benarnya tapi juga banyak sisi yang tidak terjelaskan, bahwa Tuhan saja memberikan isyarat sebuah proses untuk kehidupan manusia, sunatullah. Artinya selain pemberian yang datang begitu saja, rasa cinta bisa diupayakan hadir dengan interaksi dan komitmen. Bahkan dengan berjalannya waktu, ikatan kebiasaan dan pembiasaan bisa menumbuhkan rasa cinta pada apapun. Ini berlaku pada ‘cinta’ yang bukan hanya tentang asmara, tapi pada hal-hal lain yang bersifat universal.
Karenanya ada istilah, agar kita mencintai apa yang kita kerjakan dan mengerjakan apa yang kita cintai. Mengisyaratkan sebuah pilihan sebagaimana lazimnya kehidupan. Setiap pilihan pasti ada konsekuensi, dan konsekuensi yang diambil dengan tanggung jawab berdasarkan komitmen akan menumbuhkan rasa cinta pada apa yang menjadi pilihan. Ini adalah hal lumrah pada setiap keadaan dan pilihan kehidupan, baik pada pilihan akan pasangan hidup, pekerjaan, organisasi atau hal lainnya.
Maka, jika kita memahami bahwa cinta adalah ‘suluh’ atau ‘motor’ yang bisa mengubah sesuatu yang biasa menjadi luar biasa, tumbuhkanlah cinta itu berlaku pada apapun dalam kehidupan. Entah dengan cara memilih atau menerima apa yang ada dihadapan kita, karena pada setiap tahap kehidupan, pilihannya memang hanya dua, memilih apa yang menjadi keinginan kita atau menerima dan mulai mencintai dengan kesungguhan.
Jika pilihannya adalah memilih dan memilah, konsekuensi harus bersabar dengan proses serta waktu, sampai menemukan cinta yang sesuai harapan, baru melesat dengan pesat. Tetapi resikonya adalah sebuah ketidakpastian dan waktu yang terbuang. Untuk yang terlatih bersabar mendapat yang terbaik, maka memilih dan memilah ini akan sabar dilakukan. Dalam hubungan asmara, biasanya tidak akan berani mengambil komitmen, sampai betul-betul merasakan pasangan yang klik dihati dan sesuai mimpi. Sedangkan dalam pekerjaan atau karir, jika memilih dan memilah, cenderung akan terus berpindah sampai menemukan yang cocok. Ada yang bisa sukses dan bahagia dengan cara ini, tapi tidak jarang akhirnya justru menemukan hal yang tidak lebih baik dari kesempatan awal yang ditemukan. Bahkan tidak jarang, pilihan terakhir yang dijalani adalah pilihan yang terpaksa dijalani karena sudah lelah dengan proses mencari.
Berbeda dengan yang memilih menekuni apa yang ada, termasuk mencintai apapun pada kesempatan awal, maka ini menjadikannya sebagai tantangan yang harus dikalahkan. Kesungguhnnya akan berproses sejak dimulai. Perjalanan waktu akan semakin memahami kekuatan dan kekurangannya. Sehingga saat semua sudah bisa dipelajari dan dipahami, lebih mudah untuk menentukan langkah antisipasi. Jika pemahaman menekuni sesuatu dengan cinta dan rasa syukur, maka tidak mudah goyah oleh terpaan angin bahkan badai. Pilihan jenis ini, hanya akan berhenti jika sudah selesai atau memang sudah tidak ada jalan lain. Bahkan jika harus sedikit berputar jalannya sebagai strategi dengan fokus tetap tujuan akhir.
Saat kita bisa mencintai apa yang ditekuni, dan telah menumbuhkan cinta yang kuat seiring jalan, sehingga lebih menghargai suka duka perjalannya, mengenang sebagai sebuah sejarah yang menarik. Menumbuhkan rasa cinta pada apa yang ditekuni merupakan bagian dari mencintai diri sendiri. Karena apa yang dikerjakan haruslah yang membuat kita bahagia. Jadi yang harus selesai pada langkah awal adalah pemahaman siapa, apa serta bagaimana kita. Jika itu sudah bisa kita pahami dan diterima dengan baik oleh diri sendiri, maka kita bisa melihat dan menentukan dengan cara apa dan kapan tahapan menuju tujuan dan mimpi yang ingin diraih.
Dengan memahami diri sendiri dan latar belakang saat melangkah untuk meraih tujuan, maka kita tidak akan jumawa dalam kehidupan, sebab kita paham selalu ada dua sisi dalam diri, kekuatan dan kekurangan. Saat kita selesai dengan diri kita, mudah melihat dan memahami kelebihan juga kekurangan kita. Ini menjadi benteng untuk menghadapi berbagai tantangan, kritikan dari luar, sehingga tidak akan mudah menggoyahkan langkah kita.
Saat kita mencintai diri kita, maka kita memahami cara membuat kita bahagia. Dan kebahagiaan dari dalam diri adalah bahan bakar terbaik untuk membuat kita terus melangkah. Memahami diri, membuat kita tidak mudah tumbang karena cacian dan kegagalan, juga tidak gampang terbang jika ada pujian, tepuk tangan saat meraih prestasi. Karena kita akan sadar, di balik hal buruk yang membuat kita gagal, ada hal baik yang jika diperkuat akan bisa menyeimbangkannya. Kita hadapi kegagalan, kritik, cacian, makian bagai batu-batu yang dilempar, dikumpulkan dan disusun ulang menjadi benteng kekuatan tangguh. Ketika ada banyak tawa, senyum dan tepuk tangan bahkan pujian atas prestasi atau kebaikan lainnya, jangan terbang karena kita menjadi sadar semua itu bisa terjadi karena Allah sedang menutupi kekurangan kita.
Mencintai diri adalah bentuk rasa syukur, pilihlah hal-hal yang menjadi minat dan kita bisa menaklukannya dengan kesungguhan, mengasah kemampuan, kompetensi dan mendorong untuk tidak lelah belajar baik formal maupun informal. Semua yang menjadi pilihan dilakukan dengan sungguh-sungguh penuh rasa cinta. Meluruskan niat juga menjadi penting, agar apa yang tersirat, tersurat dan terjalani menjadi satu kesatuan yang bisa memberi manfaat.
Jika kita selalu berpikir positif, maka kita akan selalu melihat banyak cara untuk terus membangun bahagia. Dari hal besar yang menjadi konsekuensi pilihan hidup, hingga hal-hal kecil yang akan memberikan pemenatik-pemantik bahagia yang sederhana. Sangat penting menentukan warna dalam kehidupan agar tidak monoton. Jika hidup kita penuh warna, maka kita bisa melihat segala sesuatu dari berbagai pers[pektif. Bahkan kadang pilihan yang dikerjakan adalah sesuatu yang tampak berlawanan tapi memberikan keseimbangan dalam jiwa kita. Hidup menjadi segar tidak kering, dan mungkin semua potensi diri menjadi akan terasah. Jangan menyepelekan sesuatu yang kecil yang kadang justru bisa menjadi pemantik untuk nyala kebahagiaan yang besar.
DhyRozz ❤🌹