MENGAPA HARUS PAMER ? (SERI SECANGKIR KOPI SERIBU INSPIRASI)

KENAPA HARUS PAMER ?

Memamerkan adalah naluri manusia untuk memperlihatkan seperti apa diri dan kemampuannya dalam proses kehidupan ini, oleh karena itu paling tidak ada dua makna yang terkandung di dalamnya, yaitu makna yang bersifat positif, dan makna yang bersifat negatif.

(Syaifudin)

SCNEWS.ID-BANJARMASIN. Sahabat secangkir kopi seribu inspirasi, saya mulai saja bertutur tentang “pamer” ini dari melihat postingan di media sosial yang sadar atau tidak sadar sudah menjadi menu kesaharian kita melihat, membaca dan memperhatikannya. Ada yang suka memamerkan tubuhnya yang atletis dari usahanya ngegym setiap hari walapun usianya relatif sudah tua, ada yang memamerkan wajahnya yang glowing dari perawatan yang dilakukannya, ada yang memamerkan sertifikat atau ijazah tanda kelulusan mengikuti pendidikan atau pelatihan, ada yang memamerkan buku hasil karyanya, ada yang memamerkan rumah, kendaraan dan barang-barang yang baru dan telah diperolehnya, ada yang memaerkan kondisi atau keadaan kebersamaan atau kesendiriannya di suatu tempat dan waktu, dan seterusnya.

Terlalu panjang kalau kita butiri kergaman postingan tersebut yang memamerkan segala hal dalam kehidupan ini dan keragaman itu juga sangat tergantung pada batasan penglihatan yang muncul dimedia sosial kita dari mereka yang kita terima sebagai teman atau mengkuti atau saling mengikuti.  Oleh karena itu bisa dipastikan keragamannya kalau kita melihat “warna” pertemanan itu dilihat dari sisi profesi atau pekerjaan, pendidikan, status sosial dan wilayah atau negara mereka.

Sahabat ! Tentu saya tidak sedang berbicara dalam hal menilai “baik dan buruknya” karena itu sangat relatif dan sangat tergantung tatanan nilai dan sudut pandang kita dalam melihat dan memaknainya terlebih kita juga tidak mengetahui niat apa dari orang yang memposting tersebut.  Oleh karena itu dalam konteks ini saya mengambil posisi “netral” yang kesemuanya dikembalikan pada tatanan nilai dan niat kita masing-masing, karena tulisan saya inipun juga sampai kepada sahabat karena mempostingnya di online portal dan menyebarkannya via media sosial.

Saya berkesimpulan memamerkan adalah naluri manusia untuk memperlihatkan seperti apa diri dan kemampuannya dalam proses kehidupan ini, oleh karena itu paling tidak ada dua makna yang terkandung di dalamnya, yaitu makna yang bersifat positif, dan makna yang bersifat negatif.

Makna positif pertama adalah untuk memperkuat secara internal diri sendiri akan tekad dan perjuangan atau usahanya dalam mencapai sesuatu, karena dengan memposting ada semacang “kekuatan” untuk mendorong dirinya mencapai itu dan akan malu kalau hal tersebut tidak tercapai dan saat tercapai ia merasa apa yang diusahakannya benar-benar tercapai. “Labeling theorie” dapat dimaksudkan dalam makna ini, karena “orang cenderung berperilaku seperti label yang di “cap” kan kepadanya””. Disamping adanya “kontrol” gratis dari mereka yang melihat postingan yang berfungsi sebagai pihak yang “mengingatkan” akan usaha dan keinginannya tersebut.

Makna positif kedua adalah dalam rangka memberikan contoh atau pelajaran kepada orang yang melihat postingan tersebut agar pada saat mengusahakan sesuatu terdapat cara yang sudah ada buktinya, baik saat proses maupun hasilnya, sehingga manakala ada yang ingin melakukan hal yang sama, maka tinggal mengikutinya baik itu secara utuh ataupun memodifikasi yang disesuaikan dengan kondisi kehidupan pribadi da atau kelompok masing-masing.

Adapun makna negatif dari memposting dapat dilihat dari beberapa yang sifatnya postingan itu adalah untuk mempertontonkan untuk dilihat dan dipuji, sehingga memasuki area “ria” bertujuan “pamer” dan merasa bangga pada diri sendiri “ujub”.  Parameter postingan yang seperti ini manakala kita memposting didasari oleh keinginan orang lain me”like” atau bahkan berharap “komentar” pujian terhadap apa yang sedang dan atau hasil dari apa yang diusakannya dalam postingan tersebut.

Kondisi internal yang diciptakan oleh sisi negatif ini sangat jelas dari setiap saat ia memeriksa akun medsos untuk melihat seberapa banyak orang yang me “like” dan “memuji”, maka semakin banyak yang me”like” dan memujinya ia akan merasa gembira dan sebaliknya apabila sedikit yang me”like” dan memujinya, maka ia akan kecewa.

Sahabat ! sekarang berkembang lagi sisi negatif tersebut, seperti yang dikenal dengan iatilah “panjat sosial” sebagai suatu “pencitraan diri” melalui postingannya di media sosial,  untuk dianggap atau dinilai atau dicitrakan sebagai sosok tertentu, biasanya sosok orang orang terpandang yang sukses ekonomi, sukses kekuasaan politik, sukses ilmu, sosok sholeh dan sosok-sosok lainnya yang sebenarnya tidak sesuai dengan RELAITAS KEHIDUPANNYA.

Sahabat ! apapun yang sahabat maknai saat memposting atau melihat postingan seseorang di media sosial yang bersifat “pamer” tersebut, maka meluruskan, memelihara “niat”nya adalah menjadi kunci utama untuk terhindar dari sisi yang negatif, dan untuk ini kita berhati-hati agar tidak tergelincir pada “sisi negatif” media sosial yang semestinya bisa dijadikan sarana untuk berbuat kebaikan dalam kehidupan.

Salam secangkir kopi seribu inspirasi.

 

Terbaru

spot_img

Related Stories

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini