MENOLAK KOTAK KOSONG! (SERI AMBIN DEMOKRASI NOORHALIS MAJID)

MENOLAK KOTAK KOSONG!
Oleh: Noorhalis Majid

SCNEWS.ID-BANJARMASIN. Putusan Mahkamah Konstitusi (MK) Nomor 60/PUU-XXII/2024, membuka peluang batalnya strategi pengkondisian kotak kosong dalam Pilkada. Parpol tanpa kursi di DPRD, dapat mengajukan calon kepala daerah. Peluang ini, berpotensi mengubah peta pecalonan Pilkada.

Daerah-daerah yang sebelumnya dirancang hanya berhadapan dengan kotak kosong, diprediksi akan batal. Terutama pada daerah yang bereaksi atas arogansi kuasa modal yang sudah memborong semua parpol dan berharap hanya melawan kotak kosong.

Peluang atas putusan MK ini harus ditangkap oleh parpol untuk mendengarkan suara warga, bahwa kotak kosong tidak memberi alternatif apapun bagi kemajuan demokrasi dan politik. Kotak kosong, potret ketiadaan perlawanan atas arogansi kuasa modal yang angkuh membeli segalanya.

Warga dengan segala keterbatasannya, tentu tidak dapat melakukan apapun, namun parpol yang mengerti aspirasi warga dan menjadi bagian dari suara warga, pasti akan melakukan perlawanan terhadap segala bentuk arogansi, termasuk nafsu menghadirkan kotak kosong.

Karenanya, Parpol-parpol yang tidak memperoleh kursi di DPRD, di tengah sempitnya waktu, harus segera membangun koalisi, menjadi bagian dari alternatif perlawanan arogansi politik dan kuasa modal, untuk menolak sekuatnya skenario kotak kosong.

Peluang calon alternatif yang didukung parpol yang tidak memperoleh kursi di DPRD, sama besarnya dengan calon dominan yang didukung parpol-parpol yang memperoleh kursi di DPRD. Karenanya jangan pesimis. Dengan segala strategi, pendekatan dan komunikasi dari hati kehati kepada warga, sangat mungkin calon yang semula dominan, kemudian kalah oleh calon alternatif.

Mampu melawan arogansi skenario kotak kosong, sudah satu tahap kemenangan yang harus dirayakan. Tinggal melanjutkan strategi berikutnya untuk dapat menghadirkan calon yang benar-benar alternatif. Sehingga warga memiliki pilihan lain dalam memperbaiki situasi demokrasi, agar benar-benar mampu mewujudkan kesejahtraan bersama. Bukan mengukuhkan kesejahtraan para aktor dominan yang arogan. (nm)

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini