MENYALAKAN “CAHAYA” DIRI (SERI SECANGKIR KOPI SERIBU INSPIRASI)

MENYALAKAN CAHAYA

Oleh : Syaifudin

SCNEWS.ID-BANJARMASIN. Sahabat ! ada banyak perbincangan dikalangan ahli hikmah tentang “cahaya” ini, baik itu berupa “cahaya” yang dilihat dari mata fisik, maupun sebagai “istilah” atau “perumpamaan” untuk menggambarkan suatu kondisi yang membawa kepada “pencerahan” kehidupan. Dari berbagai pandangan tersebut terdapat adanya kesamaan dalam memberikan pengertian dan pemahamannya, bahwa yang disebut cahaya itu sebagai sesuatu yang terang dan bukan sesuatu yang gelap, dan justeru dari adanya yang gelap itu kemudian cahaya akan eksis yang terlihat wujudnya.

Sebagai sesuatu yang terang, maka cahaya itu akan dapat menerangi keadaan disekitarnya atau dengan kata lain, ia mampu membuat sekitarnya menjadi terang. Hal inilah kemudian yang menjadikan pertanyaan terhadap diri kita, apakah sesungguhnya wujud cahaya yang kita miliki dan ada dalam diri kita yang bisa kita nyalakan untuk menerangi diri kita dan kemudian menerangi sekitarnya ?

Kemampuan untuk Melihat potensi dan eksistensi cahaya yang ada dalam diri kita akan menyadarkan kita bagaimana langkah-langkah untuk menyalakannya agar diri kita itu ada potensi cahaya dan akan bercahaya dan mampu terlebih dahulu menerangi diri kita sendiri dan kemudian berkontribusi menerangi sekitarnya (baca=rang lain).

Cahaya dalam diri berupa potensi yang ada dalam diri kita yang bisa kita wujudkan sebagai sarana berbuat kebaikan dalam hidup dan kehidupan ini, oleh karenanya sebagai fitrah maka  cahaya selalu ada dalam diri kita. Mari kita lihat wujudnya, umpama potensi gerak fisik yang bisa kita gunakan untuk membantu berbuat atau mengerjakan sesuatu bagi orang lain, potensi fikiran yang bisa kita gunakan untuk membantu pemikiran untuk mencerahkan kehidupan, potensi ilmu pengetahuan yang bisa kita gunakan untuk berbagi ilmu pengetahuan, potensi intuisitf yang bisa kita gunakan untuk menyenangkan hati orang lain, potensi berbicara yang bisa kita gunakan membangkitkan semangat atau menggugah pada kebaikan, potensi menulis yang bisa kita gunakan sebagai alat berbagi pengalaman dan wawasan, potensi hati yang bisa kita gunakan untuk memberikan contoh akhlak yang yang baik, potensi harta yang kita miliki bisa kita gunakan untuk berinfaq dan sedekah, potensi kekuasaan yang ada pada diri kita dapat digunakan untuk membuat kebijakan yang maslahat, dan seterusnya….

Dengan demikian dalam pandangan saya, cahaya dalam diri kita bisa kita hidupkan dengan merealisasikan potensi itu pada realitas kehidupan, semakin besar dari segi kuantitas dan kualitasnya yang bisa kita wujudkan, maka semakin terang cahaya yang kita pancarkan dalam diri kita, yang nantinya secara otomatis akan semakin menerangi orang- orang disekitar kita dalam artian merasakan segala kebaikan yang kita berikan tersebut.

Berfukosnya diri sebagai sumber cahaya akan mempunyai makna yang membahagiakan manakala kita belajar dari sifat meneranginya matahari, yaitu saat ia dengan rutin dan setia menerangi semesta ini tanpa mengharapkan apapun dari objek objek yang diteranginya, bahkan ia tetap bersinar saat awan mendung dan hujan yang menutupinya. Sifat matahari ini benar benar mengajarkan pada keikhlasan dalam berbuat kebaikan sebagai bentuk rasa syukur atas anugerah kehidupan yang telah diberikan olehNya kepada kita, dan semua potensi kehidupan yang dititipkanNya kepada kita mampu kita gunakan untuk ikut memancarkan cahayaNya.

Salam secangkir kopi seribu inspirasi.

 

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini