SCNEWS – ” KEMERDEKAAN ADALAH TENTANG PERJUANGAN DAN DIPERJUANGKAN, TANPA KEDUANYA MAKA HANYA MENJADI HUTANG BUDI YANG AKAN MEMBELENGGU SEPANJANG HAYAT” – DARTCOMM
Kemerdekaan adalah hak segala bangsa, dan terutama juga hak setiap insan yang menjadi anak bangsa itu sendiri. Di kondisi saat ini, memaknai kemerdekaan tetap dalam konteks kebebasan untuk mendapat hak dasar sebagai manusia, dan kebebasan untuk menunaikan kewajiban. Hak dan kewajiban adalah hal yang melekat pada setiap manusia, yang keduanya menjadi sebuah ikatan yang memberi batasan dengan sendirinya.
Pemenuhan atas hak apapun, terutama yang menjadi hak dasar manusia, kebebasannya dibatas oleh kewajiban yang harus dipenuhi. Jadi di muka bumi ini, tidak ada kemerdekaan yang berasaskan kebebasan tanpa batas. Maka dari itu, saat bersifat komunal, akan disepakati sebuah aturan, baik itu norma, maupun aturan berbasis hukum.
Pemaknaan kemerdekaan secara harfiah tetap sama dulu dan sekarang. Hanya saja momentum dan kondisi membuat pemaknaannya menyesuaikan dengan perubahan yang terjadi. Kemerdekaan yang utama bermula dari diri sendiri. Saat kita sudah mempunyai kemerdekaan untuk berpikir, menentukan tujuan hidup dan tentunya bisa melangkah untuk mewujudkannya, maka setidaknya kita sudah selesai dengan diri sendiri. Karena tidak setiap orang berani untuk menentukan arah hidup, mimpi besarnya dan menentukan cara untuk mencapainya. Masih banyak orang yang terbelenggu dalam ketakutan, kecemasan bahkan intimidasi pihak lain, bahkan untuk sekedar bermimpi terbaik atas hidupnya.
Ketika seseorang terkurung dalam kecemasan dan intimidasi pihak lain, baik sengaja atau tidak sengaja, menunjukkan masih belum merdeka atas diri sendiri. Dan orang yang berada dalam posisi ini, biasanya tidak bisa memberikan kontribusi positif untuk lingkungannya. Mereka yang tidak mempunyai kemerdekaan atas dirinya, cenderung untuk mengurung diri dan asyik mencari aman atas dirinya. Jadi setiap saat hanya berpusat pada dirinya, meski mungkin jika di narasikan seakan dia terbelenggu oleh pihak lain.
Di kondisi saat ini, dimana kompetisi sudah tidak berbatas negeri dan teritori, maka mempunyai kemerdekaan dalam berpikir dan kreatifitas sangat dibutuhkan agar bisa bersaing dengan baik. Hanya anak bangsa yang sudah terbiasa dan membiasakan diri untuk mengasah kreatifitas dan kompetisi dengan baik, akan menjadi modal untuk bisa memenangkan persaingan di masa depan. Untuk bisa mempunyai kreatifitas tingkat global, maka perlu diasah rasa, kepekaan cinta akan negeri. Agar meski terbang tinggi memenangkan persaingan global, tidak membuat tercerabut dari akarnya, yang bisa menyebabkan terombang-ambing tanpa landasan. Mengasah rasa cinta negeri itu menjadi penting, sebagai batas dan pengingat agar kita tidak terjerumus pada kondisi ‘kebablasan’. Meski sebagian orang mungkin saja berpendapat bahwa melekatkan diri terlalu kuat pada sesuatu termasuk pada negeri, hanya akan menghambat langkah besar untuk tercapainya mimpi yang sangat besar.
Seperti dibahas di awal, sesungguhnya kemerdekaan dan kebebasan diikat oleh hak dan kewajiban. Jadi saat haknya adalah terbang tinggi meraih mimpi terbaik tanpa batas wilayah, maka ada batasan atas nama kewajiban yang akan mengikat kita untuk tetap membumi. Karena pohon yang diterbangkan arah angin karena lemahnya akar, setelah melayang dan tercerabut, hanya akan bermanfaat sekejap. Dia tak bisa tumbuh dan berkembang lagi untuk memberi manfaat lebih dalam waktu yang panjang. Dia mudah untuk dihempaskan saat manfaat sesaatnya sudah selesai. Menjadi layu dan mati.
Keterikatan kita kepada negeri atas dasar kebanggan dan rasa cinta, akan menjadi jaket pengaman kita, dan sebagai identitas. Pentingnya identitas kebangsaan adalah untuk mengungkit kemampuan yang kita punyai ke posisi lebih baik, dan pastinya adalah sebagai sebuah kebanggan. Maka dari itu, jangan pernah abaikan ikatan kepada negeri kita, yang akan menjadi kebanggan yang layak kita perjuangkan. Ada sebuah magnet yang tidak terpisahkan, yaitu jika kita mencapai prestasi terbaik di tingkat global, meski bersifat pribadi, tetap ada nama bangsa yang kita bawa. Saat Sang Merah Putih berkibar atau sanjungan atas negeri saat kita meraih prestasi, kebanggaan dan kepuasan pencapaiannya menjadi berlipat.
Untuk menumbuhkan rasa bangga dan cinta tanah air, perlu memahami sejarah dan perjalanan panjang negeri ini. Kemerdekaan itu diperjuangkan, sejarah mencatatnya, bukan sebagai hadiah. Perjuangan para pahlawan dan pendiri negeri ini, menjadi amunisi memori yang mengingatkan kita bahwa para pendahulu kita adalah orang-orang yang mempunyai daya juang yang tinggi. Bangsa kita ditakdirkan bukan sebagai bangsa yang lemah, meski pernah dijajah. Masa penjajahan adalah masa tempaan untuk para pejuang kita. Ada mimpi besar yang digantungkan sedemikian rupa, yang bahkan oleh sebagian mereka pun mungkin diragukan saat itu. Tapi mereka yang bermental baja dengan gigih memperjuangkan mimpi bersama yang akhirnya bisa memberikan jawaban atas rintihan kebebasan negeri ini. Apa yang telah diraih dari perjuangan para pendiri negeri ini, manfaatnya untuk kita semua sampai hari ini. Bahkan untuk mereka yang mungkin saat perjuangan dilakukan, hanya bisa bersembunyi dan meragukan semua mimpi merdeka itu. Karena terbukti bangsa kita adalah bangsa pejuang dan pemenang, maka generasi penerus harus meneladani semangatnya. Kegigihan dalam berjuang, tapi tetap dengan kuat memeluk kebanggan atas negeri, Indonesia.
Di tengah ujian pandemi global ini, daya juang kita semua ditantang. Tidak mungkin berjuang sendiri, dan hanya bisa dimenangkan dengan kebersamaan, sebuah gerakan serentak. Sebuah perjuangan melawan musuh yang tak terlihat tapi dampaknya sangat nyata membuat kekacauan, perpecahan yang jika dibiarkan tanpa penegakan aturan, maka yang terjadi kondisi akan semakin memburuk. Semangat kemerdekaan semoga bisa membuka hati dan rasa dari seluruh anak bangsa, bahwa persatuan dan kegigihan perjuangan yang akan memenangkan dari keterpurukan akibat pandemi global ini.
Selamat Hari Kemerdekaan Indonesia ke-76. Menggali makna, menambah amunisi untuk ketangguhan
DhyRozz
