
MEWARISI DIRI SENDIRI
Oleh : IBG Dharma Putra
SCNEWS.ID-BANJARMASIN. Beruntunglah orang yang lahir dari rahim kasih sayang seorang ibu disertai sentuhan keadilan seorang ayah hingga secara mandiri dibiarkan untuk mewarisi diri sendiri dalam kehidupannya. Membuat hatinya tentram serta damai, karena tidak perlu bersandiwara sekaligus sadar untuk berhenti berupaya menjadi sempurna.
Hidup memang tidak sempurna sehingga wajar jika dibiarkan mengalir seperti apa adanya dan berpotensi memberi sinyal serta mengarahkan kehidupan untuk digunakan menjadi pengikut kebaikan sekaligus pembela kebenaran, disertai sebuah kesadaran bahwa menjadi benar adalah proses sistematik, bertahap sehingga tak perlu digapai terburu buru dan diawali belajar menjadi jernih, tentunya dengan memahami keruh.
Mewarisi diri sendiri, potensial menjadi dasar pilihan menjadi pengikut kebaikan dan pembela kebenaran, dengan menjadikan baik dan benar sebagai pilihan yang tetap penting dalam dunia yang pragmatis yang memberikan bukti bahwa kuasa dan kaya adalah pilihan yang terpenting. Kuasa dan kaya lebih menjadi pilihan dibanding baik dan benar.
Mewarisi diri sendiri seolah tidak penting sebab kehidupan absurd, mencuatkan satu simpulan bahwa berbuat jahat tanpa disesali bisa terjadi jika mampu bertahan dalam situasi kebodohan dan jangan pernah menjadi orang baik, seolah mereka lupa, bahwa hanya kebaikan yang bisa menjadi penyelesai semua masalah kehidupan, secara tuntas.
Terselip pesan penting, bahwa menjadi baik dan benar tidak dilakukan dengan membutakan diri dari kejahatan maupun kesalahan, tapi dengan mempelajarinya sampai mengetahui saat timbul serta penyebabnya dan dengan demikian dapat terhindar dalam melaksanakannya.
Mewarisi diri sendiri berarti bersepakat bahwa baik serta benar adalah prestasi pribadi dalam mendekat pada standar kehidupan serta tidak berhubungan dengan capaian hidup orang lain.
Pesan prinsip bagi pengikutnya untuk bertindak kolaboratif dan bukan kompetitif, melalui sikap, tindakan dan pembicaraan dengan baik disertai pikiran tulus dengan sekuat dan semampunya.
Mewarisi diri sendiri adalah kebahagiaan lebih lanjut seorang manusia, dikatakan begitu sebab menjadi manusia dengan berbagai polarisasi pilihan dari terburuk sampai terbaik berpotensi sangat bahagia jika tidak salah pilih. Bayangan tersebut muncul dikala membanding kehidupan manusia dengan keberadaan malaikat ataupun setan.
Dua makhluk pembanding, hidup tanpa pilihan, tidak harus memilih, yang satu wajib baik, yang lainnya wajib buruk, sudah pasti begitu, hingga tak pernah merasakan bahagia karena berhasil membuat pilihan benar. Manusia berbeda, diberi pilihan dan akan bahagia jika berhasil memilih dengan benar, mewarisi diri sendiri yang berarti menjadi pengikut kebaikan, pembela kebenaran,
Banjarmasin
03052025