NIKMAT, INDAH, MELAYANI (SERI OPINI IBG DHARMA PUTRA)

NIKMAT, INDAH, MELAYANI
Oleh : IBG Dharma Putra

SCNEWS.ID-BANJARMASIN. Nuansa kenikmatan, keindahan dan keinginan melayani, didapatkan dari seorang maha bijak didalam kehidupan, seorang ayahanda yang selalu mempunya kalimat paling tepat dalam menginspirasi. Untuk kenikmatan, taklah perlu ditulis lagi, karena nikmat hidup yang paling nikmat adalah kesehatan. Untuk keindahan dan melayani, saya ingin bercerita.

Banyak sekali arti dari indah dan keindahan selain makna formalnya sebagai situasi yang enak dipandang, cantik, bagus benar ataupun elok. Begitu banyak makna karena keindahan bersifat multi faset, mempunya dimensi sosial, estetik, psikologi dan budaya. Ujung semua dimensinya mengarah pada persepsi senang, bermakna, atau kepuasan.

Keindahan terindah tertemukan sesaat setelah curhat kepada ayahanda. Terasa ringan, tidak ada lagi sisa beban dan bahagia. Pada saat perasaan itu diungkapkan, beliau mengatakan bahwa perasaan tersebut merupakan salah satu nuansa keindahan bahkan keindahan yang terindah, karena bisa saling memahami dan akan menjadi lebih indah jika tetap bisa memahami pada saat kebenaran berada di tangan dan orang lain sangat jelas salahnya.

Kesadaran untuk melayani juga terinspirasi dari uniknya perkataan ayahanda, sewaktu diajak berbincang menyampaikan cita cita untuk membahagiakannya, jika kelak sudah berpunya. Dialog panjang sangat mesra itu, ditutupnya dengan simpulan kejutan, bahwa jika ingin melayaninya sebagai bentuk kasih menyayanginya hendaknya dilakukan dengan menyayangi anak keturunannya, sayangilah anakmu bak aku menyayangimu. Ayah memilih melayani bukan dilayani dan memastikan keberadaan kebahagiaan dalam pilihannya tersebut.

Dalam kesempatan berbeda, jika anandanya mengungkit hutang nyawa dan hutang hidup kepadanya maka dengan tegas, dikatakannya bahwa tak ada hutang piutang, semua adalah bentuk tanggung jawab dan kewajiban yang melekat secara hakiki pada setiap orang tua, disertai penegasannya bahwa melayani bukan menolong, serta menyarankan supaya kelak, anandanya melayani cucunya dengan sebaik baiknya.

Menolong ( membantu ) merupakan salah satu wujud sikap kepedulian. Sikap seseorang yang membuka hati dan mengulurkan tangan untuk yang membutuhkan dan jika dilakukan tanpa beban dengan tulus ikhlas dapat disetarakan dengan melayani. Melayani pada prinsipnya merupakan sebuah kesadaran, yang dilakukan dengan dipenuhi kesungguhan hati disertai kehormatan diri, berbentuk perkataan, sikap maupun perbuatan.

Perbedaan mendasar melayani dibandingkan menolong, terletak pada cara pelaksanaannya yang tanpa beban dan tulus ikhlas dengan kondisi puncak berupa kerelaan memberikan ( mewakafkan ) seluruh jiwa raganya. Jika begitu, melayani pada hakekatnya adalah anugrah kehidupan karena dapat menyatukan keahlian, kegunaan, kecintaan dan tujuan hidup serta menjadikannya kebahagiaan. Karenanya, merupakan kesempatan serta kepercayaan yang harus dimanfaatkan sebaik baiknya.

Dalam kehidupan, ternyata nikmat ternikmat adalah sehat, indah terindah adalah paham dan melayani hendaknya menjadi kehormatan. Bayangkan betapa beruntungnya kehidupan jika berada dalam kondisi sehat, bisa saling memahami dan mendapat kesempatan untuk melayani.

Nasib baik seperti itu, potensial dialami oleh para petugas di peyanan masyarakat, hingga sebaiknya tidak dibiarkan hanya berbentuk narasi tetapi segera dieksekusi. Para pemimpin dan jajaran yang diminta menjadi pengawasannya, wajib memastikan melayani sudah menjadi dasar berpikir dan awal dari pola tindak para pegawainya. Kalau perlu pampangkan didepan gerbang masuk institusi pelayanan, sebuah tekad sekaligus keyakinan, pelayanan sangat baik.

Banjarmasin
14082023

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini