NYEPI (SERI OPINI IBG DHARMA PUTRA)

NYEPI

“Saya tidak tahu, dan tentunya tidak akan bisa menyikapi Nyepi sesuai anjuran yang hakiki dan saya hanya mencoba melihatnya secara pribadi. Dan saya mencaba menggunakan Nyepi sebagai salah satu momentum dalam kehidupan saya”

Oleh : IBG Dharma Putra

SCNEWS.ID-BALI. Saya saat ini sedang berada di Bali dan teringat pada salah satu keunikan yang dapat ditemukan di Bali adalah Hari Raya Nyepi, dilakukan sebagai sambutan terhadap datang tahun baru Saka dan dimaksudkan untuk membersihkan diri dan alam semesta.

Berbagai rangkaian acara dilakukan sebelum hari puncaknya dalam bentuk Nyepi. Tapi kali ini, saya tak ingin hanya melihatnya sebagai sebuh prosesi unik yang laku dijual sebagai sajian wisata tetapi juga mencoba untuk melihatnya sebagai sebuah paradok sekaligus inspirasi pribadi.

Paradok pertama dari Nyepi tersimpulkan karena hampir semua tahun baru dibelahan dunia manapun disamput dengan ramainya perayaan tapi tahun baru Saka disambut dengan Nyepi. Kegembiraan tahun baru sudah umum dirayakan dengan semarak keramaian dan tidak lazim disikapi dengan berdiam sepi sendiri.

Keanehan yang menimbulkan paradok kedua adalah bahwa ramainya perayaaan ataupun pilihan untuk sepi, merupakan dua peristiwa yang bisa dipromosikan untuk dijual dan menjadi ajang bisnis mencari keuntungan. Begitulah prilaku bisnis dengan jaring jaring pemasarannya, membuat paradok lain dari Nyepi ini. Jaringan itu telah masuk terlalu dalam di isi benak semua orang yang menyebabkan terlupa pada hakekat dan hasil akhirnya adalah banyak orang datang ke Bali untuk meramaikan perayaan Nyepi.

Mereka datang untuk sebuah kesia-siaan saja, ingin melihat sepi yang tak pernah bisa dilihat dan ingin mendengar sepi yang pasti tidak akan bicara dan ingin merasakan sepi yang tidak mungkin terasa dalam keramaian. Sehingga diujungnya tak akan pernah bersua serta tetap merindukannya.

Selayaknya Nyepi ditempatkan sebagai sebuah penghormatan kepada keheningan, sepi yang bukan sekedar sepi tapi sepi berisi kontemplasi. Dan dengan begitu dia tidak berada di Bali tapi pada diri kita sendiri. Amati diri, lihatlah sepi, tak perlu sampai ke Bali.

Pada diri, Nyepi menjadi berdiam diri, sebuah diam yang amat berarti dan dipenuhi filosofi dan bukan diam tanpa isi karena tak mengerti.
Sebuah momentum yang selalu bisa dijadikan awal dari pilihan hidup selanjutnya, yang hanya menyediakan dua pilihan yaitu, diam atau berkata baik. Sederhana tapi sangat berarti.

Ada banyak hal yang teringat akan dilakukan di hari Nyepi seperti mematikan api, yang bisa ditempatkan sebagai simbolisasi bahwa ada hidup abadi setelah mati di dunia yang bebas dari segala bunyian iri dengki berisi caci maki.
Hakekatnya cacian adalah ribut yang tidak berarti karena penyelesaian ada pada diam.

Di hari Nyepi, orang dilarang bekerja dan tentu akan memerlukan kejelasan bening tentang pengertian bekerja dan tidak bekerja. Apa saja kegiatan yang bisa dianggap bekerja dan akan bisa menjadi momentum untuk bekerja secara bersungguh sungguh di tahun selanjutnya.

Bekerja pada hakekatnya sebuah amanah yang wajib dipertanggung jawabkan bahkan dipertanggung gugatkan, sehingga bekerja harusnya berujung pada didapatkannya hasil yang bermanfaat bagi kehidupan. Jika tidak begitu berarti belum bahkan tidak bekerja.

Nyepi bukan perenungan mengenai misteri mimpi tapi merupakan kenyataan keseharian yang dibuat manusia dengan berbagai aturan termasuk tak boleh bepergian. Bagian yang ini, rasanya akan bisa dimanfastkan untuk bisa menempatkan diri. Karena tahu lokasi diri, lokasi rumah sendiri.

Dengan tahu menempatkan diri, akan bisa membedakan dalam dan luar, bisa menyikapi kekuatan dan kelemahan serta peluang maupun tantangan. Termasuk arti dari pulang, pergi serta berdiam diri. Nyepi adalah momentum untuk menyusun strategi kehidupan.

Saya tidak tahu, dan tentunya tidak akan bisa menyikapi Nyepi sesuai anjuran yang hakiki dan saya hanya mencoba melihatnya secara pribadi. Dan saya mencaba menggunakan Nyepi sebagai salah satu momentum dalam kehidupan saya.

Di saat Nyepi diwajibkan untuk tidak menghamburkan nafsu, bahkan dengan istri sendiri, apalagi untuk aksi yang dicari cari. Sebuah anjuran yang bisa tempatkan sebagai pengingat diri, bahwa nafsu merupakan aspek yang melekat serta menyatu pada kehidupan. Nafsu tak mungkin dihilangkan tetapi bisa dikendalikan. Pengendalianya wajib dilakukan disepanjang ingatan dan menjadi bagian dari kesadaran untuk belajar sepanjang hayat.

Dan akhirnya harus saya harus katakan bahwa tulisan ini ditulis karena saya temukan tulisan cakar ayam berbahasa inggris, ditumpukan kertas tak terpakai di laci meja di kamar tidur yang selalu kosong di rumah ayah ( kamar ini seolah dikosongkan karena disedikan untuk saya jika sedang mudik ).

Saya menuliskannya kembali sebagai berikut,

Nyepi is beutiful moment,
Beautiful inside and out,
Looks really good.

With Nyepi celebration, let’s empty your mind,
be formless.

Shapeless, like water.
If you put water into a cup, it becomes the cup.
You put water into a bottle and it becomes the bottle.
You put it in a teapot it becomes the teapot.

Now,
After Nyepi
You look like a water,
Water can flow or it can crash.

Be water with Nyepi celebration

Saya belum sempat bertanya kepada anak saya tentang tulisan ini, tulisan lama terlihat dari bahasanya yang sderhana dan karena saya menduga, dialah penulisnya. Mungkin dimaknainya, berdasarkan pemahamannya setelah sering mendengar cerita tentang Nyepi.

Sebaiknya, saya memilih diam, membiarkan dia mengalir mengikuti jalan hidupnya, dalam lindungan kasih sayang penuh ketulusan yang bisa saya berikan kepadanya.

Bali Barat
23102021

Terbaru

spot_img

Related Stories

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini