OH… SAN FRANSISCO (SERI CATATAN TJIPTO SUMADI)

OH SAN FRANSISCO

Kisah kunjungan ke San Francisco kali ini, memberikan pembelajaran bagi kita, yaitu pertama, negara (state atau province) wajib hadir untuk memberikan kesejahteraan bagi penduduk yang tinggal di dalamnya. Di samping itu, berkewajiban pula memberikan perlindungan dan kenyamanan serta keamanan bagi para pengunjungnya. Sebab pengunjung yang datang akan membawa keuntungan bagi devisa negara, meskipun tidak dapat dipungkiri, terdapat pula dampak negatif iringannya. Kedua, upaya melestarikan peninggalan atau warisan budaya bangsa perlu dilakukan. Bukan hanya bernilai sebagai kekayaan kebudayaan belaka, tetapi juga dapat menjadi media dalam melakukan transformasi nilai-nilai kearifan lokal, agar bangsa Indonesia tetap menjadi bangsa Indonesia yang tidak tercerabut dari akar budaya bangsanya.

Oleh Tjipto Sumadi*

 SCNEWS.ID-JAKARTA. Pembaca yang Budiman, Lantunan merdu lagu yang dinyanyikan oleh Scott McKenzie berikut ini, menyisakan kenangan indah selama di San Faransisco. Berikut potongan syairnya;  If you’re going to San Francisco, Be sure to wear some flowers in your hair, If you’re going to San Francisco, You’re gonna meet some gentle people there…  Jika diartikan secara bebas, syair itu bermakna; Jika Anda datang ke San Francisco, Pastikan memakai bunga di rambut Anda, Jika Anda datang ke San Francisco, Anda akan bertemu dengan orang-orang yang lembut di sana…

San Fransisco memang bukan hanya Golden Gate yang terkenal dan menjulang hingga ke awan, jembatan ini menghubungkan San Fransisco dengan North Marin County. Meskipun sama-sama menjadi icon di AS, namun Golden Gate ini berbeda penampilan dengan Manhattan Bridge di New York. Manhattan Bridge di New York dibuat dengan gaya klasik, sedangkan Golden Gate dibuat dengan penampilan yang kokoh dan menjulang ke awan. Dari arah Golden Gate, pengunjung dapat melihat pulau penjara Alcatraz yang “legendaris” bagi para pesakitan yang pernah menghuninya. Pulau penjara ini, tidak hanya dijaga oleh para sipir, tetapi juga dijaga oleh singa laut liar.

Pier 39: Memang Menarik (Dok.Pribadi)

Seperti bentuk segitiga Bermuda-Miami-Puerto Rico, Golden Gate pun membentuk segitiga panorama menarik, yaitu Golden Gate, Alcatraz, dan Pier 39. Dermaga Tiga Sembilan ini juga telah menjadi pusat kunjungan wisata. Di sini, pengunjung dapat menikmati pemandangan Alcatraz dari daratan, lalu naik boat mengelilinginya, atau sekedar menikmati indahnya Golden Gate di ketinggian dan “seramnya” Alcatraz dari kejauhan. Dari sini, bisa juga menuju Lombard Street dengan naik bus Hop Off – Hop On atau trem yang berjalan di atas rel, di tengah-tengah hiruk-pikuk kota. Di Pier 39, pengunjung juga dapat membeli coklat sebanyak yang diinginkan dan sesuka yang menjadi kesenangan.

Fakta lain yang menarik tentang San Francisco adalah banyaknya jumlah grup kesenian karawitan, terutama Jawa, Sunda, dan Bali. Berbeda dengan di Jepang yang banyak memiliki grup musik keroncong dengan senandung wajibnya “Bengawan Solo”. Di San Francisco justru menjamur grup kesenian karawitan. Kelompok pecinta seni tradisional Indonesia ini, difasilitasi untuk meningkatkan kemahirannya di Asian Art Museum. Dalam kurun waktu tertentu, di museum ini ditampilkan parade kesenian tradisional Indonesia, dan negara-negara Asia lainnya. Jadi jangan kaget, jika generasi muda Indonesia tidak berupaya melestarikan seni tradisionalnya, maka suatu hari nanti generasi Indonesia akan belajar seni tradisional Indonesia ke San Francisco.

Bersama Presiden Asian Art Museum: Memang Beda (Dok.Pribadi
Jajanan Coklat di Pier 39: Memang Banyak (Dok.Pribadi)

Pembaca yang Budiman

Membangun kota dengan fasilitas yang komprehensif dan integratif merupakan dambaan semua warga dunia. San Francisco telah memberikan pembelajaran bagi semua orang yang pernah berkunjung ke sana. Bagaimana cara menata kota, sehingga penghuninya merasa nyaman, tenteram, dan bahagia. Kisah kunjungan ke San Francisco kali ini, memberikan pembelajaran bagi kita, yaitu pertama, negara (state atau province) wajib hadir untuk memberikan kesejahteraan bagi penduduk yang tinggal di dalamnya. Di samping itu, berkewajiban pula memberikan perlindungan dan kenyamanan serta keamanan bagi para pengunjungnya. Sebab pengunjung yang datang akan membawa keuntungan bagi devisa negara, meskipun tidak dapat dipungkiri, terdapat pula dampak negatif iringannya. Kedua, upaya melestarikan peninggalan atau warisan budaya bangsa perlu dilakukan. Bukan hanya bernilai sebagai kekayaan kebudayaan belaka, tetapi juga dapat menjadi media dalam melakukan transformasi nilai-nilai kearifan lokal, agar bangsa Indonesia tetap menjadi bangsa Indonesia yang tidak tercerabut dari akar budaya bangsanya.

Menjadi modern bukan berarti harus western, tetapi menjadi modern merupakan wujud dari konsistensi seseorang yang mampu berpikir global namun tetap berperilaku sesuai dengan kaidah dan nilai-nilai religi ke-Indonesiaan.

Semoga Bermanfaat.

Salam Wisdom Indonesia

*) Mahasiswa Teladan Nasional 1987

Dosen Universitas Negeri Jakarta

Terbaru

spot_img

Related Stories

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini