PAHLAWAN
“Dari ayahanda, saya bisa memahami diam, karena selalu melihat praktik diamnya itu, sebagai diam yang dipenuhi oleh kepedulian, sangat menghormati, sangat memahami dan tak tergoyahkan. Seolah dalam diamnya, ayahanda melakukan kontemplasi spontan dan mengolah segala yang buruk maupun yang baik, semua pemikiran negatif maupun positif menjadi sangat produktif dan kreatif inspiratif”.
Oleh IBG Dharma Putra.
SCNEWS.ID-BANJARMASIN. Di hari ini, yang dijepit oleh Hari Pahlawan dan Hari Kesehatan Nasional, saya teringat pada soal ujian mata ajaran Sejarah Ilmu Kesehatan Masyarakat yang dibimbing oleh Prof. Fahmi D Syaifuddin. Pertanyaan tentang pahlawan dan orang yang berjasa terhadap perkembangan ilmu kesehatan masyarakat, dan selalu saya jawab dengan sebuah nama, Ida Bagus Putra.
Saya tak pernah tahu, bagaimana tanggapan Prof. Fahmi terhadap jawaban saya itu, tetapi saya mendapat nilai A dari beliau, sementara teman yang lain cuma mendapat nilai B. Dan khusus untuk jawaban diatas, tak satu orang temanpun yang pernah tahu, keberadaan tokoh yang namanya saya jadikan jawaban.
Akhirnya semua tersenyum kecut, tanpa saya hendak tahu maknanya, setelah saya jelaskan bahwa nama itu adalah nama ayahanda dan menurut saya berjasa karena mengijinkan anaknya, menjadi seorang epidemiolog, pada saat ayah lain, lebih menginginkan putra dan putrinya, menjadi dokter spesialis.
Itulah pahlawan dalam keseharian saya dan bahkan mungkin malaikat yang nyata dalam kehidupan saya, karena saya takut timbulkan ketersinggungan agamis, jika saya katakan dengan sejujur jujurnya, bahwa dilubuk hati terdalam, saya menempatkan ayahanda dan ibunda, sebagai Tuhan yang hidup bersama saya. Mereka yang mengajarkan kebenaran melalui tambahan pengetahuan, cinta kasih, keadilan, kesabaran dan pengabdian.
Saya sudah sangat sering, menuliskan tentang almarhum ayahanda di berbagai kesempatan dan bukan berarti bahwa ibunda tidak penting dan bukan pahlawan kehidupan. Saya jarang menulis tentang beliau karena Ibunda sangat sulit dijelaskan, akibat posisinya yang teramat khusus. Rasanya, akan lebih mudah untuk menjelaskan sosok ibunda dalam bentuk puisi saja.
Begitu khusus dan istimewanya posisi ibunda karena ibundalah yang dengan amat cerdas, memberikan citra dan peran sebagai seorang ayah bijaksana untuk ayahanda ke kehidupan saya. Dan hal seperti itu, tidaklah mungkin dilakukannya, tanpa didasari oleh kesadaran dan kecendikiawan yang mumpuni.
Saya kira, hampir semua ibunda bersikap begitu, merasa cukup memilih peran sebagai perempuan pendamping dan seolah tampil tersembunyi dalam gemuruh tampilan seluruh anggota keluarganya. Ibunda memilih berada dibalik layar kehidupan suami dan putra putri kesayangannya, tetapi selalu memberi arti dan terbukti nyata keberadaannya.
Jika ayahanda bisa ditampilkan bak pahlawan maka ibunda tidak demikian adanya. Ibunda tersembunyi akibat sebuah proses budaya yang sangat luhur, sekaligus sebagai manefestasi kecintaannya kepada ayahanda, putra putrinya dan keluarga besarnya. Ibunda adalah pahlawan tidak dikenal.
Ayahanda memanglah sosok yang gampang diingat, dengan kecerdasan tak terbayangkan jika dilihat dari pendidikan formalnya. Masalah yang rumit dan memusingkan kepala jebolan pasca sarjana bahkan doktor profesor,menjadi mudah dan sangat sederhana jika disentuh oleh tangan serta pikirannya.
Para ayah dan ibu adalah hasil pendidikan semesta, menjadikannya anak zaman dengan pola pendidikan alamiah secara paripurna, melewati penempaan proses kehidupan yang tidak pernah terbayangkan kesulitannya. Berada dipuncak lara dan derita, adalah sebuah keseharian lazim dalam penempaan alamiah seperti itu.
Kegagalan dalam menjalani proses berakibat sangat fatal. Kegagalan pelaksanakan proses penempaan akan bisa menghasilkan produk cacat, merusak dirinya, merusak sekitarnya, masa depannya dan semua derivat anak cucunya.
Karena proses penempaan sangat keras itu, menjadi wajar jika setiap ayah tercipta menjadi tonggak angker penjaga kemandirian yang tanpa pamrih, tak tergoyahkan dan terlihat mesra tanpa rasa. Paradok diamnya adalah nyata dan mewujud sempurna. Merupakan diam dengan kepedulian serta pemahaman maha sempurna, sering sering membersitkan keharuan amat dalam, untuk keberadaannya.
Setiap ayah akan terlihat diam terkendali, dalam kondisi yang seburuk apapun. Tetap terlihat diam dalam ketenangan pada suasana yang membuat manusia lain melonjak bahagia, tetapi juga tetap diam dalam ketengan pada suasana yang bisa membuat manusia lain menjerit sengsara.
Dalam perbandingan pemikiran yang setara, seorang ibu, akan terlihat sangat biasa pada kondisi yang sebenarnya sama. Ibunda terlihat sangat biasa, sangat awam, mudah didekati, mudah diduga, bahkan mudah ditaklukkan pada kondisi yang sebenarnya tidak begitu.
Sosok setiap ibu, bukanlah sosok yang bisa digambarkan dengan gamblang sejelasnya, seperti sosok ayah, didunia yang didominasi oleh para lelaki ini. Sosok ibunda mengandung berbagai paradok karena tidak misterius, tidak diam, tidak tak tergoyahkan tetapi secara nyata tidak begitu.
Sosok ayahanda dan ibunda pada prinsipnya sama dan sebangun, walaupun ditampilkan berbeda. Dua buah sosok serupa tetapi tidak sama dan saling komplementer bagi putra putrinya. Ayahanda adalah sosok yang nyata, sementara ibunda adalah kefanaan dari dunia nyata itu. Dan disanalah keistimewaan ibunda.
Dari ayahanda, saya bisa memahami diam, karena selalu melihat praktik diamnya itu, sebagai diam yang dipenuhi oleh kepedulian, sangat menghormati, sangat memahami dan tak tergoyahkan. Seolah dalam diamnya, ayahanda melakukan kontemplasi spontan dan mengolah segala yang buruk maupun yang baik, semua pemikiran negatif maupun positif menjadi sangat produktif dan kreatif inspiratif.
Dan karena tak terlalu mempermasalahkan baik atau buruknya manusia, ayahanda berteman dengan hampir semua kalangan bahkan tidak tabu untuk berteman dengan masyarakat yang digolongkan kalangan dunia hitam dalam pemahaman masyarakat awam. Karenanya, pergaulannya menjadi sangat luas karena ayahanda bisa memahami dan tidak menyalahkan, tidak menghakimi serta tidak mencoba meminta keistimewaan dari para sahabatnya. Seolah baginya, poin penting persahabatan adalah saling menjaga dalam kebaikan dan kebenaran.
Sementara ibunda menempel tak terpisahkan bak supra struktur disebuah organisasi pada semua keangkeran sosok ayah. Ibunda yang membuat ayahanda dapat memperlihatkan segala kehebatan yang dimilikinya. Artinya, tanpa adanya ibunda maka ayahanda bukan apa apa dan bukan siapa siapa.
Dan dalam kondisi tersebut, bisa ditemukan simpul gamblang kehidupan, bahwa inti dari semua kehebatan ayahanda adalah ibunda. Artinya, sebenar benarnya, Ibunda lebih diam, lebih misterius, lebih angker, lebih cerdas dan lebih mencerahkan. Dan hebatnya, semua hal istimewa itu diwujudkan dalam wajah sangat tidak istimewa dan cendrung biasa biasa saja. Bak seorang pendekar, ayahanda memiliki berbagai jurus jitu untuk mengalahkan semua lawan lawannya, sedangkan ibunda tidak berjurus tetapi tidak terkalahkan.
Akhirnya, kepada semua ayah dan ibu kita, para pahlawan keluarga, selayaknyalah dihari yang dijepit oleh Hari Pahlawan dan Hari kesehatan Nasional ini, kita semua berharap, agar beliau selalu berada dalam rahmat serta nikmat Tuhan YME.
Banjarmasin
11112021