PAK BEN, SENI DAN DOGMA (SERI OPINI IBG DHARMA PUTRA)

PAK BEN, SENI DAN DOGMA
Oleh : IBG Dharma Putra

SCNEWS.ID-BANJARMASIN. Saya mengenal seorang yang sangat pandai menyusun kata, bernama Robensyah Syahran, Notaris Senior dan manusia yang sudah jadi. Saya sebut mengenal seorang karena kesulitan menempatkan sosok ini, terlalu hebat untuk saya, sehingga saya tak berani sebarang mengidentifikasikannya, tanpa perkenannya. Saya sering membaca tulisannya dan yang terakhir saya baca, tentang Kroasia dan olah raga. Tulisan bernas dan yang terpenting membuat pikiran saya meliar dan menulis opini ini.

Opini tentang pandangan saya terhadap seni dan ajaran dogmatis. Seni yang terbaik dan bisa menjadi karya ikonik sangat terkenal itu menantang dunia, tak ada sebelumnya dan tercipta melalui imajinasi manusia. Lukisan maestro Lempad dengan anatomi aneh serba panjang tapi tetap indah bukanlah hal yang nyata terjadi tetapi ciptaan imajinatifnya. Pemahat lehendaris Cokot, yang menciptakan akar kayu menjadi hasil seni baru dan sekaligus menciptakan aliran cokotisme tidak akan bisa ditiru sampai kapanpun.

Seni termasyur muncul tidak bisa lepas dari kemampuan imajinasi dan kreatifitas serta keberanian dan kejujuran mengungkapnya kepada masyarakat, sehingga selayaknya tetap diapresiasi secara positif tanpa pretensi apapun selain penghargaan terhadap semua diatas dan kemandirian manusia. Apresiasi yang tepat membuat imajinasi dan kreatifitas tumbuh subur dengan daun muda yang segar dan semakin indah.

Melalui pertumbuhan imajinasi yang meliar terkendali manusia mampu menembus batas manuju zaman baru yang tak terbayangkan tapi lebih mirip impiannya. Sebuah mimpi yang menjadi kenyataan. Dalam kondisi yang sama seperti itulah sebuah tulisan tercipta untuk membongkar dan membangun dunia. Diyakini begitu karena pengaruh imajinatif sebuah tulisan bisa berlipat kali besarannya.

Sebuah tulisan bisa membuat tertawa sehabis mafas, menangis menguras air mata, marah sampai tubuh tergetar dan berbagai rasa yang mencapai puncak sensasinya dan hebatnya, bisa terulang setiap teringat kembali. Untuk itulah sebuah tulisan, walaupun dalam bentuk opini harus disikapi sebagai sebuah fakta nyata kehidupan jika inginkan tumbuhnya kreatifitas manusia, pembaharuan masyakat karena adanya perubahan mengikuti kondisi aktual terkininya.

Kreatifitas memanusiakan manusia, sehingga tak terjebak pada rutinitas yang membunuh kemanusiaannya. Hakekat jebakan rutinitas membuat manusia seperti mesin dan hanya beroperasi jika ada yang menghidupkannya, antitesis ekstrim dari kemandirian, kecerdasan dan kemerdekaan. Dalam kondisi inilah, ajaran dogmatis akan berada diseberang rasa seni dan cendrung membunuhnya.

Hasil akhirnya menjadi jelas, bahwa ajaran dogmatis akan berujung pada kemandekan pemikiran, bahkan mungkin kemunduran serta kehancuran bumi dan seluruh isinya. Hancur yang disebabkan oleh sifat ajaran dogmatis yang tidak independen dan tidak mampu memberi apresiasi positif tetapi bersifat memaksakan kehendaknya sendiri.

Banjarmasin
18032023

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini