PENSIUNAN DAN TELINGGA MODERASI (SERI OPINI IBG DHARMA PUTRA)

PENSIUNAN DAN TELINGGA MODERASI
Oleh : IBG Dharma Putra

Ingatlah bahwa tidak semua orang berkesempatan menjadi tua. sehingga yang punya takdir menjadi tua sebaiknya menikmatinya”

SCNEWS.ID-BANJARMASIN. Seorang teman sesama pensiunan, melakukan panggilan video kepada saya dan secara tidak sengaja memperlihatkan ladang pengabdian setelah pensiun dengan membantu sebuah masjid di dekat tempat tinggalnya. Berbersih dari segala kotor sehabis penyemblihan hewan kurban sambil mengapresiasi keberanian saya menulis opini. Dipagi hari yang sama, saya ikut sembahyang hari raya kurban di mesjid biasa dikunjungi. Kedua peristiwa itu, menginspirasi, tulisan “pensiunan dan telingga moderasi “.

Pensiun adalah saat seseorang diberhentikan dari penugasannya karena usianya mencapai batas tertentu dalam ketentuan hukum tempat kerjanya. Biasanya karena berusia lanjut, tapi bisa karena permintaan sendiri. Karenanya, menjadi saat yang menginspirasi sekaligus mengerikan. Menginspirasi karena banyak hal baru yang bisa dilakukan tanpa menjadi repot dan mengusik kedamaian pensiun. Sedangkan mengerikan karena akan memasuki misteri tak pernah dialami, bersiap menerima informasi tanpa kemampuan mengeksekusi. Informasi tanpa eksekusi wajib dihadapi dengan penuh kearifan karena kepedulian berlebihan akan berujung frustrasi, yang bergejala serupa post power syndrome.

Post power syndrome adalah kumpulan gejala psikologis pada pensiunan yang sebelumnya mempunyai kekuasaan terhadap fasilitas dan kemapanan yang dipaksa rela melepas semua fasilitas dan kemapanan tersebut. Berakibat menurunnya harga diri, merasa tidak lagi dihormati, sehingga mudah tersinggung. Sebenar benarnya, akan lucu jika pensiunan yang dulunya tidak punya power mengalami gejala post power syndrome.

Seorang teman secara berseloroh, berkata bahwa yang dihadapi pensiunan sebenarnya bukan post power syndrome tetapi keperluan pada power point jika hendak memaparkan idenya didepan khalayak. Hal itu terjadi karena para pensiunan tidak lagi punya power seperti sewaktu menjabat dan sekaligus tidak punya point karena terlupa oleh kepikunan tuanya. Pensiunan memerlukan power point karena sudah tak memiliki power dan point.

Jika sudah diketahui begitu, para pensiunan selayaknya mulai menyadari keterbatasan rasa kekiniannya dan dengan pengalamannya wajib mengasah nurani dan mulai terbiasa mengikuti instingnya sebagai pemberi nasehat yang benar dengan cara yang baik. Mengubah pengalaman menjadi insting dapat dilakukan dalam kepekaan emosi bertelingga moderasi. Para pensiunan potensial melaksanakannya karena dukungan ketuaannya.

Janganlah karena tidak lagi punya kekuatan eksekusi, seorang pensiunan menjadi pasif dan tidak berbagi. Tetaplah mendengarkan dengan telingga moderasi, bahkan menuliskan secara mandiri dan sesekali berbicara jika diminta, untuk sebuah jati diri. Ingatlah bahwa tidak semua orang berkesempatan menjadi tua. sehingga yang punya takdir menjadi tua sebaiknya menikmatinya.

Manusia mempunyai takdirnya sendiri dan sebaiknya dengan berani mengikuti takdirnya. Berikan salut pada diri karena telah berani mengikuti takdir, walaupun sebenar benarnya tak tahu cara mengetahui takdir tapi percaya bahwa takdir akan menemukan jalan untuk menemui orang yang taat dan menerima kehidupannya di kekiniannya seperti apa adanya.

Terkadang terpikirkan bahwa takdir bisa saja, hanya sebuah fantasi, tetapi kenyataan hidup memberi bukti yang tidak begitu. Betapa keras upaya yang pernah dilakukan untuk meraih rencana dan cita cita tetapi tak pernah sampai keujung mimpi, sebaliknya tanpa sadar, kita telah berada pada kenyataan yang tak pernah ada didalam asa. Bahwa jalan hidup tidak dibuat sendiri tetapi ditentukan oleh kekuatan maha dahsyat tak terlawan. Itulah takdir, tamparan kemalangan nasib yang harus diterima, dinikmati dan tidak dibandingkan.

Keseharian pensiunan, bisalah dipakai untuk belajar mendengar dengan telingga moderasi sehingga religi bisa berjalan bersama dengan spiritualismenya. Jangan dipakai untuk mulai belajar pasal dan ayat kitab suci Tuhan secara tekstual yang dapat menjauhkan umur tua dengan sikap dan perilaku di keseharian. Pensiunan yang sudah berumur terperangkat dogma, bersikap radikal dan nasehat yang diberikan cendrung kembali kepada kearifan masa taman kanak kanaknya.

Menjadi tua adalah merentanya badan karena bahan terbaik dari badan diambil dan dipakai memperkuat jiwa. Jiwa yang memancarkan sinaran hati yang semakin luhur karena mendapat kiriman paras rupawan dari wajah yang rela menjadi berkeriput buruk rupa. Dan disaat bersamaan kerja keras di sepanjang kehidupnya, berkumpul bergoyong royong melembutkan hatinya hingga mudah peduli dan merasa haru, telingapun menjadi mudah diubah menjadi telinga moderasi yang damai serta sangat menyejukkan.

Kecintaan kepada Tuhan harus lebih tinggi dibandingkan dengan kecintaan apapun yang ada di dunia ini akan didengar oleh telingga moderasi bernarasi, “ kecintaan pada semua makhluk yang ada di bumi adalah manifestasi kecintaan yang tiada banding kepada sang causa prima, pencipta alam semesta, Tuhan YME “.

Sebuah nasehat luhur yang terucap dalam narasi “ perintah Tuhan berada diatas semua perintah dari siapapun dan apapun yang ada di dunia ini “, oleh telingga moderasi akan terdengar , “ setiap perintah berupaya baik oleh siapapun dalam kehidupan, wajib dicoba untuk diupayakan dengan sebaik baiknya dan sekeras kerasnya setelah sebelumnya, ditera dengan perintah Tuhan, sehingga perbuatan baik yang dilakukan berjalan seiring dengan kebenaran”.

Dengan telingga moderasi, kehidupan akan tenang dalam harmoni religi dan spiritualnya. Salah khilafnya manusia akan terlihat sebagai bagian kehidupan yang selalu membutuhkan perbaikan dan beragama tergambarkan dalam kehidupan keseharian, sebagai seorang anak bangsa dan umat manusia yang adil dan penuh kasih sayang. Teladan hidup bahagia, matinya ditunggu sorga, walaupun saya belum bisa.

Banjarmasin
29062023

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini