RASA DAN FAKTA (SERI OPINI IBG DHARMA PUTRA)

RASA DAN FAKTA
Oleh : IBG Dharma Putra

SCNEWS.ID-BANJARMASIN. Semilir angin malam, menyentuh telinga penuh sayang, elusan halusnya,berbisik teramat mesra mengingatkan untuk berhenti berbicara tentang perasaan karena pengalamannya mengajarkan bahwa ungkapan rasa bisa berbeda pada fakta atau kenyataan yang sama.

Bisik itu benar adanya, sehingga harus berhenti membicarakan rasa, dan menggantinya dengan fakta, keduanya sangat berbeda walau tampak sama dan nyata. Rasa hanyalah sensasi, oleh pengalaman diubah menjadi perasaan, kadang begitu kuat, sehingga terasa sangat nyata dan seolah kebenaran nyata. Rasa memang bukan fakta, karena fakta adalah perbenturan dialogis di benak kita, dapat dibuktikan keberadaannya.

Perasaan adalah hasil penyaringan rasa oleh keyakinan, nilai, keinginan, kebutuhan, maupun ketakutan sehingga bersifat sangat personal, dan itulah menjadi dasar penyebab fakta yang sama, potensial menimbulkan perasaan yang berbeda beda, pada setiap orang, tergantung pengalamannya.

Memurnikan fakta dari rasa, tidaklah mungkin terjadi tetapi memisahkannya supaya dapat dipilah dan dipilih masih mungkin terlaksana. Akan terlihat bahwa fakta itu objektif, netral, akurat dan terbuktikan secara empiris, sedang rasa tidak, sehingga saat melihat fakta maka sebaiknya, rasa disimpan dihati saja. Terselip pesan, berpikirlah sebelum berbicara.

Melupakan fakta dan hanya merasa, membuat kita terombang ambing dalam dua kutub dunia, berupa pesimisme bahkan apatis di satu sisi, dengan optimisme bahkan kejumawaan di sisi lainnya. Keduanya bukan pilihan terbaik karena hendaknya kita tak berada dititik ekstrim itu.

Ekstrim pertama membuat terpenjara perasaan atau bayang perasaan yang tidak ada, ilusi rasa yang diciptakan sendiri. Frustrasi dan tidak enak dihati, seolah tidak berdaya menghadapi nasib , sekaligus tidak percaya kepada takdir. Terlarut oleh rasa sehingga terlupa pada fakta, bahwa nasib bisa diubah dengan upaya.

Pada ekstrim lain, bercokol jumawa kerakusan tanpa empati dan peduli, juang ika ditampilkan polos telanjang, dipastikan akan menimbulkan resistensi disertai caci maki, hingga tak jarang, tampil secara diam diam, tertutupi oleh jubah indah sandiwara, sehingga mampu bertahan lama, walau akhirnya terap mati juga, setelah mengalami siksa berbagai sakit, kendala serta onak duri kehidupan.

Manusia diharapkan meniti diantaranya, hingga wajib benar benar tahu batas tegas keduanya, sebuah kompetensi yang didapatkan melalui berbicara dan bekerja sama. Akan datang lebih cepat jika disertai pikiran kritis dan kreativitas. Itulah yang disebut silaturahmi, menjalin serta mempererat hubungan baik sesama manusia, melalui saling bertemu, saling berbicara, saling membantu untuk kebersamaan persaudaraan.

Sebuah pengembaraan didunia fakta dan rasa, ternyata sebuah pergulatan yang berujung pada suasana di dunia nyata, tentang fakta dan rasa yang memang berbeda serta selalu akan tampil bersama, tidak dapat dipisah tetapi masih bisa dipilah dan keduanya, akan tak terlalu berbeda jika didasari oleh kejujuran, disiplin dan etika.

Banjarmasin
28032025

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini