RINTIHAN SI TUA UNTUK GENERASI MUDA (SERI OPINI IBG DHARMA PUTRA)

RINTIHAN SI TUA UNTUK GENERASI MUDA
Oleh : IBG Dharma Putra

…Tampillah berani menata kembali negara, menegakkan legitimasi yang kokoh, mengendalikan ekonomi agar tidak dikuasai kerakusan, memberantas kolusi, korupsi tanpa pandang bulu, menumbuh kembangkan kembali patriotisme dan kesetiaan kepada ideologi bangsa di hati para cendekia, ulama, pekerja, dan terutama para prajurit yang menjaga tegaknya kedaulatan.”

SCNEWS.ID-BANJARMASIN. Negeri ini adalah tanah air yang dicintai bukan sekadar karena menjadi tempat berpijak, tetapi karena dalam setiap butir tanahnya tersimpan harapan dan kenangan yang menjelma menjadi identitas kebangsaan. Pada kondisi seperti itu, menjadi wajar, jika timbulkan luka dan kecewa, ketika kenyataan tidak seindah asa, bak cinta bertepuk sebelah tangan. Sakitnya tuh di sini.

Di dalam suka dan duka, kecewa atau bahagia, setiap warga, seharusnya menyadari, adanya hukum waktu, sebuah era dan kekuatan usia. Hukum besi yang menulis bahwa ada masa jaya serta bekerja di saat masih muda dan ada juga masa tua yang perlu dinikmati juga. Bahwa tua berarti bukan lagi sebagai pemain tapi hanyalah penonton belaka. Penonton bijak, mengetahui saat tepat bertepuk tangan, menunduk prihatin, ataupun reaksi yang lain.

Pemahaman hidupnya, memperlihatkan sebuah kenyataan hidup,bahwa yang sekarang berumur adalah penulis babak awal cerita dan kemudian menyerahkannya kepada generasi lebih muda supaya kisahnya terus berlanjut. Dapat berarti
keberhasilan ataupun kegagalan di era lanjutan adalah gema dari hasil pendidikan dan teladan para pendahulunya, buah dari pohon tua yang ditanam oleh tangan masa lalu, sehingga wajib diterima sebagai takdir semesta.

Kemungkinan yang tidak mustahil, di era lanjut, kondisi tidak baik baik saja, era yang diwarnai kondisi tanah air, bangsa dan negara dalam keadaan konyol, ditandai tayangan media sosial dengan tega, memarodikan bobroknya mental pemimpin bangsa, diunggah oleh generasi muda calon pemimpin teruntuk ayah ibunya, yang sedang memimpin sekaligus dicurigainya sebagai pembuat kotor pemerintah disertai oleh sandiwara penuh kemunafikan sebagai pejabat.

Kebobrokan menjadi bahan tertawaan, sebagai inti kepahitan rasa putus asa, karena koruptor tampil seperti pahlawan, pejabat bicara tanpa makna, membiarkan rakyatnya tersesat antara kebenaran dan pembenaran. Absurditas yang harus bisa diterima dengan lapang hati, sesakit sakitnya perasaan yang ditimbulkannya karena merupakan karya lanjutan si tua juga.

Di tengah absurditas itu, bukan tidak mungkin akan diikuti serta berlanjut dengan pemilihan umum yang hanya berbentuk ritual tanpa jiwa, bilik suara hanya dihadiri oleh 40 persen rakyat dan tak satu pun partai mampu menggerakkan kepercayaan lebih dari secuil persen, berakibat skandal kemacetan politik, perdebatan di ruang hampa, rakyat kehilangan arah, tidak tahu lagi tempatnya kejujuran.

Sebagai bentuk tanggung jawab, para penonton berumur, berkewajiban mengingatkan generasi muda untuk tak ragu berjuang penuh semangat karena si tua mengetahui, bahwa skandal selalu ditakdirkan hancur dalam harmoninya semesta dan terpuruk berat berujung mampu melahirkan keberanian.

Berani yang tegas tanpa kompromi, memotong lidah si penjilat, menelanjangi para pengkhianat, menyingkap tabir kemunafikan dari balik basa basi dan menemukan kembali kebenaran yang disembunyikan di balik puing puing narasi indah pembenaran, hingga berbagai kekonyolan dari skandal politik dihindari dan bahkan tak terjadi.

Para pemimpin muda seharusnya bekerja keras disertai doa kakak, orang tua terutama ibunya, yang sekarang menjadi penonton berumur, bagi perbaikan dan keberuntungan bangsa, mampu menciptakan masa depan yang semakin baik dan semakin gemilang.

Generasi penerus wajib tahu, bahwa perubahan besar tidak pernah lahir dari nyamannya ramai yang dipenuhi sorak melainkan dari jiwa yang siap dimusuhi demi kebenaran. Tak pernah ada revolusi tanpa pengorbanan, tak ada perubahan tanpa luka. Diperlukan keberanian yang disertai dengan kesanggupan menanggung akibatnya. Kebutuhan prioritas karena langkah menuju adil, dihadang oleh iri, dengki, dan kepentingan.

Bertindaklah, jangan gentar dibenci, apalagi hanya tidak populer, karena diam, bukan jawab yang dikehendaki kegelisahan zaman. Tampillah berani menata kembali negara, menegakkan legitimasi yang kokoh, mengendalikan ekonomi agar tidak dikuasai kerakusan, memberantas kolusi, korupsi tanpa pandang bulu, menumbuh kembangkan kembali patriotisme dan kesetiaan kepada ideologi bangsa di hati para cendekia, ulama, pekerja, dan terutama para prajurit yang menjaga tegaknya kedaulatan.

Semua itu harus dilakukan dengan perencanaan nyata dan waktu yang pasti, karena pada ujung segala khayal, tentang masa depan bangsa ini, harus bermuara pada satu cita, masyarakat adil dan makmur yang berjiwa Pancasila. Di sanalah seluruh luka dan harapan menemukan makna, bahwa cinta kepada tanah air bukan sekadar romantisme sejarah, melainkan tekad untuk terus memperbaiki, menjaga, dan memuliakan, bahkan di tengah keputusasaan sekalipun.

Dengarkanlah suara rintihan ini, tanpa disertai kenyinyiran atau pembelaan dogmatis, sebagai bentuk pertanggungjawaban dan kebersamaan dalam kecintaan kita pada nusantara.

Banjarmasin
21102025

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini