SANGKUNI DALAM PILKADA (SERI OPINI IBG DHARMA PUTRA)

SANGKUNI DALAM PILKADA
Oleh : IBG Dharma Putra

SCNEWS.ID-BANJARMASIN. Sangkuni, antagonis dari Gandara (sekarang Afganistan), cerdik, pandai berjudi, memotivasi hidupnya dengan dendam, kegagalan menjadi suami Dewi Kunti serta menjodohkan sang adik, Dewi Gandari, dengan Pandu, bukan dijadikan istri orang difabel, seperti Drestarata.

Sangkuni bergaul akrab dengan para begundal, seperti kepala preman bernama Purocana dan menjauhi bahkan tidak pernah mengindahkan nasehat para tokoh agama. Niatnya membalas dendam pada Bhisma sebagai penyebab utama kegagalannya, amat terbuka, konsisten disertai niatnya untuk membunuh Tuhan.

Sangat sulit mencari tokoh seperti sangkuni di era saat ini, karena sangkuni tidak bermuka dua dan senang keterus terangan dengan kejujuran antagonis tanpa peduli baik buruk dan benar salah. Sangkuni benar benar jahat, mempunyai kharakter kuat dan tak menutupi keegoisannya.

Saat ini lebih banyak ditemukan para penjilat bermuka dua dengan kemunafikannya sehingga dalang pembuat skenario menyesuaikan sifat Sangkuni dalam versi sastra nusantara, sebagai perlambang orang dengan kemampuan narasi hebat, banyak akalnya, tetapi suka memfitnah, menghasut, dan mencelakakan orang lain.

Sangkuni, si penjilat bermuka dua, dengan puji sanjungan bernarasi hebat, bisa merangsang arogansi calon pemimpinnya sehingga secara tak sadar, mensabotase diri dengan menyaring informasi dari rakyat jelata, membuat benteng hirarki dan memberi pembeda kawan maupun lawan hanya dari satu pihak semata.

Sangkuni versi pilkada di Indonesia, merumitkan dan membelitkan birokrasi untuk keuntungan diri sendiri hingga semua informasi disesuaikan dengan versinya sehingga perlu diwaspadai. Timbunan puji dan pujanya membuat pemimpin mati dalam sepi kesendirian tanpa informasi asli dan pasti.

Sangkuni akan menyiramkan minyak panas iri hati dan kedengkian pada para calon pemimpin sehingga menjadi pemimpin penuh dendam dan berlanjut dengan kebijakan menghiasi kereta kencana kekuasaan, hanya dengan bunga koncoisme semata mata, lupa bahwa dirinya milik seluruh masyarakatnya.

Sangkuni Indonesia wajib dihadapi terbuka, dengan melihat cara berpikir kemanusian pada gerak langkahnya, memperhatikan kandungan kelemahan logika dinarasinya dan melakukan ghost shooping konfirmasi untuk infonya. Jika terbukti sebaiknya disingkirkan. Sangkuni memang hebat tapi membawa bencana, seperti derita kalah yang dialami Kurawa dihadapan Pandawa. Pemimpin potensial, secara intuitif, akan bisa mengenalinya tanpa perlu bantuan.

Banjarmasin
22072024

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini