SEHAT
“Saya kira, kata hemat dan mengedepankan pencegahan tersebut, selayaknya dipahami secara mendasar oleh seluruh praktisi dan ilmuwan kesehatan, khususnya para praktisi, cendikia dan pekerja kesehatan masyarakat sehingga pemikiran dan kegiatan yang mereka dianjurkan tidak bertentangan dengan cara yang dilakukan dan sudah menjadi kebiasaan di masyarakat”.
Oleh: IBG Dharma Putra
SCNEWS.ID-BANJARMASIN. Hakekat sehat adalah berprilaku sehat, bisa terlihat dalam bentuk makan makanan yang bergizi, berolah raga teratur, istirahat cukup, tak merokok, tak pakai narkoba, menvaksinasi diri dan keluarganya, menjaga kebersihan diri, rumah, pemukiman dan lingkungannya.
Sehat bukan berarti tidak boleh sakit tetapi jika sakit, akan mencari pelayanan kesehatan sesegeranya. Menjaga kesehatan diupayakan dengan biaya hemat, dengan mendahulukan pencegahan penyakit dibandingkan dengan pengobatan. Upaya hemat yang sesuai dengan petunjuk pepatah lama yang berbunyi mencegah lebih murah dibandingkan dengan mengobati.
Dan mencegah penyakit, khususnya mencegah penyakit menular sudah diniatkan sejak awal menjadi cara menjaga kesehatan yang dipilih oleh pemerintah Indonesia. Hal ini dicatat sejarah pada ditentukannya tanggal 12 Nopember sebagai Hari Kesehatan Nasional. Pada tanggal inilah si Bung Besar, mengawali pemberantasan malaria dan mencanangkan dalam bentuk penyemprotan DDT di rumah penduduk.
Saya kira, kata hemat dan mengedepankan pencegahan tersebut, selayaknya dipahami secara mendasar oleh seluruh praktisi dan ilmuwan kesehatan, khususnya para praktisi, cendikia dan pekerja kesehatan masyarakat sehingga pemikiran dan kegiatan yang mereka dianjurkan tidak bertentangan dengan cara yang dilakukan dan sudah menjadi kebiasaan di masyarakat.
Tugas itu selayaknya dilakukan sesuai dengan cara masyarakat karena masyarakatlah yang paling tahu tentang masyarakat. Penekanan tentang cara yang menjadi pilihan, sengaja diungkapkan karena ditenggarai banyak pendapat keblinger yang melawan kehendak tersebut. Saya duga karena berpikir ala pemberi hutang dan para nekolim.
Para nekolim pada hakekatnya ingin menjajah dan sekaligus mencegah kemandirian Indonesia dengan membangun issue global yang memojokkan kondisi kesehatan masyarakat Indonesia sehingga Indonesia mau berhutang untuk dihabiskan di sektor kesehatan secara konsumtif karena tak ada perencanaan yang bersifat investatif produktif.
Para nekolim akan lebih senang jika sebagian besar pinjaman diselewengkan secara sengaja dan bersifat langsung melalui tindakan koruptif atau diselewengkan secara tidak sengaja dan bersifat tidak langsung akibat kebodohan dalam penyusunan rencana sehingga hanya kurang dari 5 persen anggaran di sektor kesehatan merupakan belanja kesehatan yang sebenarnya. Sebagian besar anggaran digunakan untuk pertemuan, seminar tak jelas dan perjalanan dinas serta honor honor kegiatan.
Kalau kita kembali ke masa awal berdirinya negara ini maka kita akan melihat bahwa menjaga kesehatan masyarakat merupakan tugas yang diberikan masyarakat kepada pemerintah, sejak awal kemerdekaan. Tugas ini tersirat dan tersurat dalam pembukaan UUD 45 yaitu melindungi segenap bangsa, memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa dan ikut memelihara ketertiban dunia,
Menjadi sejahtera dalam pandangan sebagian besar masyarakat adalah menjadi kaya terlebih dahulu, barulah dikuti atau secara bersama sama menjadi pintar serta sehat. Dengan begitu, prioritas penggunaan uang oleh keluarga indonesia adalah untuk makan serta jaminan kelangsungan kerjanya, yang sebagian besar adalah petani.
Dengan uang yang dimilikinya, mereka menyekolahkan anak dan menjaga kesehatan atau mencari pengobatan jika tertimpa sakit. Tak pernah ditemukan masyarakat kebanyakan yang menghabiskan hartanya untuk menjaga kesehatan sehingga lupa menyisakan untuk makan, memperbaiki tempat tinggal dan tempat kerja serta menyekolahkan putra putrinya.
Seorang kepala keluarga baru akan berpikir untuk menghabiskan semua harta demi kesembuhan anggota keluarganya jika terdesak pada kondisi gawat serta darurat. Artinya dalam kondisi keseharian yang biasa, yang prioritas adalah kerja mencari uang, tersedia makanan dan bisa menyekolahkan anak. Dan dalam kondisi keseharian, sakit adalah bencana yang tidak terduga.
Melihat kenyataan itu, terlihat bahwa secara konsep tidak ada yang salah dalam perencanaan anggaran oleh pemerintah. Kalau toh harus ada salah maka kemungkinan salah, potensial terjadi dalam pelaksanaannya jika dikorupsi atau banyak digunakan secara tidak bertanggung jawab dan tak bertanggung gugat.
Tuntutan para ilmuwan, praktisi, pengamat dan pekerja kesehatan, terhadap jumlah tertentu dari anggaran bagi kesehatan, selayaknya didahului oleh pemantapan manajemen kesehatan secara umum, khususnya dalam pengendalian korupsi dan gratifikasi serta kedisplinan penyusunan anggaran dalam bentuk biaya kesehatan yang sebenar benarnya.
Pemberian anggaran sesuai tuntutan tanpa didahului oleh pemantapan manajemen kesehatan, akan berpotensi rawan korupsi dan penyelewengan lain dan diujungnya akan menghancurkan niat baik pemerintah dalam menjaga kesehatan masyarakat. Bukankah korupsi selalu bersembunyi dibalik kegiatan yang tampak populis. Dan hal seperti ini, sering terbukti telah terjadi di pembangunan kesehatan.
Marilah berbenah dan sambil berbenah ada baiknya anggaran diguyurkan untuk kegiatan produktif di bidang pertanian secara umum agar dapat kembali berlipat dan hasil lipatan keuntungan tersebut, dapat dipakai untuk menyekolahkan serta menjaga kesehatan masyarakat. Begitulah pengelolaan angaran di masyarakat, didalam keluarga Indonesia oleh ayahanda masing masing.
Jika sudah begitu, tak sulit bagi masyarakat untuk memahaminya dan diharapkan berujung pada peran sertanya untuk membantu pelaksanaan pembangunan, khususnya pembangunan kesejahteraan, lebih khusus pembangunan kesehatan masyarakat, setidaknya dalam bentuk membantu mengawasi agar semua anggaran yang digunakan dapat memperlihatkan hasil yang berguna bagi mereka semua.
Jangan terlalu ribut kekurangan anggaran, dan lakukan saja pemantapan manajemen, gunakan anggaran untuk belanja kesehatan yang sebenar benarnya, lalukan pengawasan dan pengendalian anggaran agar tidak ada penyimpangan ataupun dikorupsi.
Selamat Hari Kesehatan Nasional .
Banjarmasin
12112021