SEKOLAH DAN KAMPUS (SERI OPINI IBG DHARMA PUTRA)

SEKOLAH DAN KAMPUS
Oleh : IBG Dharma Putra

SCNEWS.ID-BANJARMASIN. Sekolah adalah lembaga yang dirancang untuk pengajaran siswa di bawah pengawasan guru, di sekolah, siswa diberi pengetahuan, diminta untuk mengerjakan, bermain peran menjadi ahli dan dioptimalkan fisik, moral, sosial, spiritualnya sebagai pribadi atau kelompok hingga akhirnya mampu mandiri, dengan meneladani para guru, yang sekaligus membiasakan bersikap begitu.

Kuncinya adalah proses untuk menghasilkan kemandirian, bukan yang lain karena setelah mandiri mereka jadi mahasiswa, mempelajari pohon keilmuan sesuai minat dan bakat, dari ahli yang kompeten dan berpengalaman yang disebut dosen. Proses penting yang wajib dilalui untuk menjadi Sarjana,

Pada tahapan selanjutnya, dosen mendampingi para mahasiswanya untuk menelusuri cabang ilmu seperti yang pernah dilakukannya, secara sistematik menggunakan metode ilmiah, hingga mahasiswa dianggap punya kemampuan untuk melakukan penelusuran sendiri. Proses rumit itu menghasilkan seorang master, sarjana utama

Selanjutnya karena keingintahuan dan tuntutan nurani, seorang sarjana utama, akan selalu usil dan jahil serta terus menerus tanpa henti atau lelah, melakukan penelusuran mandiri dalam keilmuannya hingga menemukan cabang baru, yang belum tertemukan sebelumnya. Sebuah pergulatan proses berisi dialektika dan frustrasi sampai berhasil menjadi doktor.

Proses yang dialami oleh seorang mahasiswa disederhanakan menjadi S1, S2 dan S3, dengan berbagai sebutan lain yang kinclong dan keren sebagai tanda hormat, Tempatnya dinamakan kampus, bukan hanya tempat belajar mengajar, ataupun penelitian semata tapi tempat interaksi yang dilandasi kebenaran dan dialektika antara mahasiswa dan dosen, pengembangan diri dan kegiatan ekstrakurikuler lain, seperti diskusi lintas ilmu, organisasi, bahkan ruang kegagalan yang dilindungi.

Penahapan untuk penyederhanaan melawan sistematika pencarian kebenaran yang unik dan personal, sudah diterima karena kelaziman atau sudah biasa dilihat, wajib dijaga ketat, supaya tak menambah pengkhianatan melalui arogansi sifat, sikap atau perilaku yang berujung pada upaya mengutamakan hasil dengan melupakan proses.

Kritik tajam wajib disampaikan terhadap praktik pendidikan yang menyimpang dari nilai ideal, menyimpang dari prosesnya, memanusiakan manusia, memerdekakan serta mandiri dalam membuat keputusan beretika serta bermoral, bukan hanya berlatar akademis dan teknis. Kampus harus menjadi ruang hidup bagi logika, bukan panggung kematian etika.

Janganlan menciptakan zombie berotak kosong dengan keteladanan melompong, sebab zombie ciptaan kampus akan mendapat pengakuan pemerintah dan potensial menjadi sumber serta penyebar kebingungan di masyarakat melalui bicaranya di acara pemerintah, memaksakan kebohongan jadi kebenaran sehingga semakin mengaburkan perbedaan kebenaran dengan pembenaran.

Kemandirian secara praktis, berarti perbaikan mindset, dari sekedar memperoleh ijasah atau gelar sebagai syarat menjadi pegawai negeri, ke arah kemampuan untuk membuka lapangan pekerjaan. Kemandirian lulusan, menjadikan kampus sebagai penjaga kebenaran dan bukan juru bicara serta pembenar kebijakan pejabat pemerintah,

Mari menjaga kampus dari proses abal abal yang hanya mementingkan hasil semata karena jika tak ikut menjaga berarti bukan semata ikut berperan membiarkan kebodohan tapi memberi dukungan bagi kebodohan untuk meraja lela. Perbaikan setidaknya bisa dimulai dari mutu dosen dengan berbagai pendekatan sehingga dosen bisa sepenuhnya menjadi dosen, bukan sekedar bekerja menggugurkan kewajibannya.

Banjarmasin
27072025.

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini