SELF CONCEPT (SERI CATATAN TJIPTO SUMADI)

SELF CONCEPT: Konsep Diri

“Self-Concept dimaknai sebagai sikap dan perilaku individu dalam mempersepsi tentang dirinya sendiri. Persepsi terhadap dirinya sendiri itu meliputi dimensi fisik, psikis, mental, potensi, dan kompetensi yang ada di dalam dirinya, baik secara obyektif maupun subyektif”.

Oleh Tjipto Sumadi

SCNEWS.ID-JAKARTA. Dalam perjalanan kehidupan dan kependidikan yang dialami seseorang, pastilah mengenal kosep tentang diri atau Self. Setiap pribadi dipastikan pula memiliki pola hidup yang diyakininya. Pola hidup itulah yang kemudian dikenal dengan istilah konsep diri (Self Concept). Dalam mengimplementasikan konsep diri, tentu setiap orang mempunyai pendekatan yang sesuai dengan pandangannya. Salah satu pendekatan yang banyak dipilih untuk mengembangkan potensi diri seseorang adalah SWOT atau Strength, Weakness, Opportunity, dan Threat (Kekuatan, Kelemahan, Kesempatan, dan Ancaman),

Self-Concept dimaknai sebagai sikap dan perilaku individu dalam mempersepsi tentang dirinya sendiri. Persepsi terhadap dirinya sendiri itu meliputi dimensi fisik, psikis, mental, potensi, dan kompetensi yang ada di dalam dirinya, baik secara obyektif maupun subyektif. Persepsi Self-Concept yang dilakukan secara obyektif, merupakan penilaian seseorang terhadap dirinya sendiri dalam bentuk kesadaran (consciousness) dan kejujuran (fairness). Sebaliknya, penilaian terhadap dirinya sendiri dalam bentuk subyektif, merupakan penilaian yang didasarkan pada kepentingan dan mempertahankan dirinya (needs and self-defend).

Dalam perspektif psikologi, Self-Concept terkait erat dengan konsep Self-Esteem atau “konsep diri” dengan “harga diri”. Konsep “harga diri” merupakan pandangan seseorang tentang tinggi rendahnya kualitas dan “nilai” dirinya secara subyektif. Oleh karena itu, seseorang yang memiliki konsep diri positif tentang dirinya, maka akan memiliki tingkat harga diri yang tinggi pula. Sebaliknya, seseorang yang memiliki konsep diri negatif tentang dirinya, maka seseorang itu pun akan memiliki tingkat harga diri yang rendah pula.

Dalam perspektif keyakinan beribadah, ada ilustrasi bagus yang disampaikan oleh Abu Nawas yang terkait dengan Self-Concept, yang disampaikan dalam bentuk syair, sebagai berikut.

Wahai Tuhanku, aku tak layak masuk ke surga-Mu, tapi aku pun tak kuat jika harus masuk ke neraka-Mu,

Maka ampunilah dosaku, karena sesungguhnya Engkaulah Maha Pengampun dosa-dosa besar,

Dosa-dosaku bagaikan butiran pasir di pantai, maka berilah aku ampunan wahai yang memiliki Keagungan,

Wahai Tuhanku, hamba-Mu yang banyak dosa ini telah datang kepada-Mu dengan pengakuan segala dosa, dan kini memohon ampunan kepada-Mu.

Sebab, Engkaulah yang berhak mengampuni, jika Engkau menolak, kepada siapa lagi kah, aku mengharap selain kepada Engkau?

Syair ini dikenal sebagai Al I’tiraf atau pengakuan yang dilakukan secara subyektif oleh seorang hamba kepada Tuhan-nya.

Untuk mencapai kesuksesan hidup, kiranya Self-Concept memang perlu menjadi salah satu rujukan teoretik. Melalui pendekatan SWOT, seseorang akan memahami posisi potensi dan kompetensi dirinya. Di samping itu, ia dapat pula menyadari kekurangan yang terdapat pada dirinya. Di sisi lain, ia juga menyadari bahwa dirinya memiliki kemampuan untuk mengoptimalkan kesempatan yang ada. Demikian pula, ia pun memahami bahwa di sekitarnya selalu ada ancaman yang mengintainya.

Dengan demikian, melalui optimalisasi Self-Concept diharapkan seseorang dapat lebih mampu memprediksi masa depan kehidupannya. Semoga bermanfaat.

*) Dosen Universitas Negeri Jakarta

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini