“SEMUA KITA DIJODOHKAN” (SERI PAHIT MANISNYA KEHIDUPAN DALAM SECANGKIR KOPI BAGIAN 16)
SCNEWS.ID-BANJARMASIN. Warung Paman Dino terlihat bercahaya di malam hari, cahaya dari lampu-lampu yang dipasang membentang dari satu pohon ke pohon yang lain pada tempat yang bagiannya terbuka yang seolah menyatu dengan cahaya bintang-bintang di langit, terlihat beberapa kelompok pengunjung asik ngobrol dengan santai dan rileks menikmati suasana malam di Warung Paman Dino ini, sesekali terlihat berlarian anak-anak kecil yang juga menikmati suasana malam sambil bermain khas anak kecil dengan teriakan dan tawanya.
“Family time” dengan orang tua atau bahkan dengan kakek dan neneknya di alam terbuka Kawasan pegunungan membawa kesan tersendiri bagi mereka anak-anak kota yang terbiasa hidup dalam kegiatan khas anak perkotaan, mereka benar-benar menikmati “kebebasan” berada di alam yang jauh dari hiruk pikuk kendaraan dan kesibukan mempergunakan smart phone dan laptop yang biasa digunakan menjadi sarana belajar di masa pandemic covid 19, termasuk bebas dari bermain game online dan game yang biasa terdapat dalam aplikasi smart phone atau bahkan dari player game. Saking bebasnya mereka, terkadang ekspresi natural tersalurkan saat mereka berlari-lari kejar-kejaran saling menyusul dari satu pohon ke pohon yang lain, keusilan, kemanjaan, hidup tanpa beban, senda gurau menghiasi perilaku mereka, bahkan memasang tenda di teras penginapan untuk bermalam diluar Kamar Penginapan menjadi keasyikan tersendiri bagi mereka.
Begitulah mengapa Paman Dino suka berwarung di tempat ini, terkadang ia juga memperhatikan apa yang terjadi disekitar warungnya, dan hal inipulalah yang menjadi alasan mengapa Paman Dino betah menjaga warung di usia yang sudah tidak muda lagi. Kegiatan di Warung ini justeru disamping membuatkan kopi dengan doa dan sholawat, akan tetapi juga selalu akan mengingatkan dirinya dari adanya “sinyal alam” yang mengarahkan pada kedamaian hidup. Bayangkan saja di kehidupan masyarakat perkotaan yang Nampak dan selalu dipertontonkan pada drama adanya pengejaran symbol-simbol keduniawian yang berkisar pada harta, tahta dan wanita, sehingga hampir semua kesibukan hidup terarah pada ketiga hal tersebut, lihat saja begitu hiruk pikuk mengejar harta siang malam karena harta dijadikan lambang kesuksesan seseorang, begitu ramainya dunia politik kekuasan yang diperjuangkan dengan libido hewani menghalalkan segala cara untuk dipilih dalam merebut kekuasaan tersebut, wanita dijadikan objek kebanggaaan sekaligus dieksploitasi dalam bisnis dan pergaulan bebas tanpa nilai.
Dikawasan pegunungan inilah akhirnya Paman Dino menemukan ketenangan hidup dan tidak banyak orang tahu sosok Paman Dino yang pernah mengalami hiruk pikuk dunia tersebut dengan symbol yang banyak dibanggakan orang dalam mengejar kebahagiaan semu. Warung kopi tidak lebih dari sekedar tool atau alat bagi Paman untuk menempatkan dirinya dalam kehidupan dan sekaligus ladang amal bisa berbagi secangkir kopi bagi para sahabat dan orang-orang penikmat kopi,ada banyak perilaku orang yang memperlakukan Paman Dino saat menyeduh kopi dan menjaga warungnya, ada yang marah-marah tidak sabaran, ada yang memesan dengan kasar ada juga yang baik dan lemah lembut, khususnya bagi yang kasar dan marah-marah itu biasanya oleh paman Dino justeru digratiskan saat mereka mau membayar.
Kelihatannya terasa aneh orang yang kasar terhadap Paman Dino justeru digratiskan, sehingga suatu saat ditanya oleh Dady yang menjadi asisten di Warung Kopi itu, “Paman kok digratiskan, maunya malah dimahali aja sekalian” gerutu Dady. “Bagi Paman orang yang lemah lembut dan sopan adalah orang yang biasa, artinya hal tersebut kita akan layani dengan baik adalah hal yang lumrah dan sudah selayaknya demikian, akan tetapi terhadap orang yang kasar dan tidak menghargai orang lain ini kita mendapatkan ujian kesabaran, sehingga posisi dia sesungguhnya adalah guru kesabaran bagi kita, sehingga manakala kita mampu meningkatkan kualitas kesabaran kita, maka orang ini perlu diberikan pengharagaan” jawab Paman Dino, “ahk dasar paman” celetuk Dady yang tidak bisa mencerna penjelasan tersebut, karena bagi Dady seseorang harus diganjar yang setimpal dari perilakunya.
Disuasana malam yang semakin hening, terlihat sosok lelaki muda yang tinggi langsing dan boleh dibilang kurus menuju dan memasuki areal Warung Paman Dino, sosok ini tidak lain adalah Darel yang langsung menyapa, “Assalamualaikum Paman”, “alaikum salam warahmatullah hiwabarakatuh” jawab Paman, “Oh alhamdulillah ketemu lagi dengan nak Darel, ngomong-ngomong mana teman-temannya yang lain”, “mereka lagi istirahat masuk kamar penginapan, saya masih belum bisa tidur dan mau menikmati suasana malam” kata Darel, “oh ok nak, mari duduk disini yang sudut pandang kita bisa menatap arah puncak gunung dan kita bisa ngobrol”.
Tidak banyak yang tahu sesungguhnya Darel dengan Paman Dino masih ada hubungan keluarga, sehingga diam-diam Darel menjadikan Paman Dino sebagai mentor kebijaksanaan hidup dalam menghadapi setiap permasalahan dan dalam menggapai cita-citanya. Tidak jarang dalam berbagai kesempatan Darel mengunjungi paman Dino diwarungnya dan semua ini tidak diketahui oleh teman-teman di kampus, oleh karena itu saat diajak oleh Hendra bepergian ke Kawasan Kiram Park ini, Darel sangat suka, disamping bisa menikmati pemandangan alam dan segarnya udara pegunungan, ia juga bisa bertemu paman Dino.
“Paman ! , aku tadi ditanya Santi tentang masa laluku saat aku jatuh cinta pertama di SMA, kan sebagaimana yang pernah kuceritakan dengan Paman, cerita percintaan itu begitu membekas kenangannya dihatiku, sehingga jujur pertanyaan itu telah membuka luka lamaku”. “Lalu apa masalahnya kalau hanya sekedar ditanya dan sudah ditempatkan sebagai “remember history?” sela Paman, “kan begini Paman, dahulu itu tidak jelas apa sesungguhnya yang menjadi penyebab kami berpisah dan sampai sekarangpun masih jadi “problematic history” bagi aku”, “coba ceritakan ke Paman problematic itu ?”, “dulu saya memutuskan untuk mengkahiri hubungan, karena Nita diinformasikan oleh sahabatku bahwa Nita telah dijodohkan oleh ayahnya, bahkan disaat-saat aku memutuskan hanya konsentrasi kuliah dan menghentikan komunikasi dengannya, aku telah mengirim sahabat perempuan untuk memastikan kebenaran informasi itu, jawabannya juga sama bahwa Nita telah dijodohkan oleh ayahnya” Darel terhenti sebentar dan menghela nafasnya, “dua informasi itu menambah keyakinan saya bahwa saya memang sosok yang tidak tepat dengannya, apalagi kepribadian Nita yang sangat mentaati ayahnya tersebut, sehingga bisa ditafsirkan probabilitas saya mendapatkan Nita sangat kecil, karenanya kuputuskan mundur”.
Paman Dino tersenyum mendengarkan cerita Darel ini, iapun berkata “semua kita pada hakikatnya adalah dijodohkan, oleh karena itu mestinya jangan pernah mundur saat mengetahui Nita telah dijodohkan”, “lah gimana paman ini, kok semua kita dijodohkan, kan saya sampai sekarang belum pernah dijodohkan?” sela Darel keheranan. “Coba renungkan yang mendalam, adakah sesuatu yang diciptakan Tuhan di dunia ini yang tidak berpasangan dan dipasangkan, bahkan kondisi dikotomi atau keberduaan yang bertolak belakang atas ciptaanNya juga adalah pasangan yang dijodohkan”.
Darel berusaha keras merenungkan dan mencerna apa yang dikatakan oleh Paman Dino tersebut, namun ia belum memahaminya, mungkin inilah dua sosok manusia bijak yang berbeda usia dan masih berbeda maqamnya dalam melihat gejala kehidupan, persis seperti cerita Nabi Musa dengan Nabi Khidir, saat Nabi Musa berjanji tidak akan bertanya kalau mau mengikuti Nabi Khidir, akan tetapi saat Nabi Khidir merusak perahu nelayan dan saat membunuh seorang anak, akhirnya nabi Musa tidak tahan lagi melihat kelakuan Nabi Khidir dan bertanya sekaligus memprotes perilaku Nabi Khidir tersebut. Namun setelah dijelaskan akan maqam pengetahuan gaib yang dimiliki oleh Nabi Khidir, barulah Nabi Musa tersadar akan hikmah ke-masa depan dari peristewa yang dianggapnya salah secara akal sehat dari apa dilakukan oleh Nabi Khidir tersebut.
“Semua kita dijodohkan, tolong Paman jelaskan ke saya, maklum wawasan dan pengetahuan saya belum bisa memahaminya”, kata Darel…. (Bersambung).