“MALAM PERTAMA” & “SIANG PERTAMA”
Gambaran dari sinar cahaya siang inilah saya mengibaratkan adanya perubahan yang mendasar dari gelapnya malam kepada cahaya terangnya siang, yang penafsirannya meluas kepada kondisi perpindahan dari duka kepada bahagia, dari sedih kepada gembira, dari perilaku jahat kepada perilaku baik, dari berbuat dosa kepada berbuat pahala, dari pecundang kepada pahlawan, dari terpuruk kepada bangkit, dari pendendam kepada pemaaf, dari pendusta kepada jujur, dari kikir kepada dermawan, dari tergesa-gesa kepada penyabar, dari pemalas kepada rajin, dan seterusnya dalam bentuk apapun yang menunjukan adanya perubahan dari “keburukan” kepada “kebaikan”
(Syaifudin)
SCNEWS.ID-BANJARMASI. Sahabat secangkir kopi seribu inspirasi, ungkapan kata “malam pertama” sudah sangat umum kita mendengarnya dan terdapat sugesti keindahan dan kepuasan serta kebahagiaan saat mendengarkan dan meresapinya, karena ungkapan kata ini adalah “malam pertama” sepasang kekasih tidur bersama, satu rumah, satu kamar dan satu ranjang. Oleh karena itu walaupun disebutkan sebagai “pertama”, akan tetapi ia semacam puncak klimak dari perjuangan yang panjang untuk meraih dan merasakan apa yang selama ini terpendang dalam jiwa dan nafsunya, inilah kondisi dan moment semacam “ledakan” dari hasrat yang membuat segalanya terasa indah.
Sahabat ! dari itulah saya menyimpulkan istilah malam pertama lebih menitik beratkan kepada “kepuasan” dan “kebahagiaan” yang bersifat personal dan “privat” sebagai suatu puncak keinginan bersama yang begitu mendalam antara sepasang manusia yang menjalin asmara. Sehingga melalui malam pertama ini waktu terasa begitu cepat berlalu, dan seolah-olah tidak mengharapkan datangnya siang hari, kare adanya siang menjadi pembatas berakhirnya kebersamaan di malam itu.
Sahabat ! tentu kata-kata tidak mampu merumuskan bagaimana kita berbahagianya malam itu, yang mampu kita ungkapkan adalah ekspresi “kelembutan” dan “kemesraan” yang hanya bisa dirasakan dan tidak bisa diungkapkan. Walaupun bisa saja setiap kita mengalami dan merasakan hal yang berbeda “kedalaman” kebahagiaannya, tapi yang jelas nyaris tidak kita temukan kondisi sebaliknya saat melalui malam pertama tersebut.
Sahabat ! yang perlu kita catat sesungguhnya “istilah malam” itu identik dengan “gelap”, namun justeru “kegelapan itulah” yang menjadi nuansa indahnya malam pertama, dalam hal ini terjadi perbauran antara, gelapnya malam dengan keheningan malam itu sendiri yang sampai pada titik tertentu kita bisa mendengar setiap “desahan” pada tarikan nafas kita, bahkan bisikan yang sangat pelanpun menambah susana yang romantis itu.
Sahabat ! sampai disitu kita berhenti dulu bercerita tentang malam pertama ini, silahkan sahabat mengenangnya kembali atau mencoba membayangkannya kembali… he he… kali ini saya mencoba membuat terminologi baru sebagai pasangan istilah malam pertama tersebut, yaitu “siang pertama”, sayangnya pada saat mencari makna kata “siang pertama” ini, saya tidak menemukannya, oleh karena itu saya mencoba merumuskannya berdasarkan “karakteristik” yang dapat diumpakan dengan kata “siang” dan “pertama” tersebut.
Sahabat ! istilah “siang” menunjukan suasana cahaya terang benderang sebagai kebalikan dari malam yang gelap, oleh karena itulah “siang” berarti penuh dengan cahaya dan cahaya ini berfungsi sebagai penerang yang menerangani alam, lingkungan dan jalan kita, yang sekaligus juga berfungsi “mengusir” gelapnya” malam. Cahaya siang inilah yang memantulkan pada benda, sehingga mata kita mampu melihat benda-benda yang dekat atapun yang jauh dalam radius jarak pandang mata kita.
Sahabat ! gambaran dari sinar cahaya siang inilah saya mengibaratkan adanya perubahan yang mendasar dari gelapnya malam kepada cahaya terangnya siang, yang penafsirannya meluas kepada kondisi perpindahan dari duka kepada bahagia, dari sedih kepada gembira, dari perilaku jahat kepada perilaku baik, dari berbuat dosa kepada berbuat pahala, dari pecundang kepada pahlawan, dari terpuruk kepada bangkit, dari pendendam kepada pemaaf, dari pendusta kepada jujur, dari kikir kepada dermawan, dari tergesa-gesa kepada penyabar, dari pemalas kepada rajin, dan seterusnya dalam bentuk apapun yang menunjukan adanya perubahan dari “keburukan” kepada “kebaikan”.
Sahabat ! saat pertama kali berada pada kondisi sebaliknya yang baik atau positif itulah yang sebut sebagai “siang pertama”, artinya saat kita memasuki babakan baru yang merubah babakan sebelumnya yang kini telah membuat kita berada pada zona “kebaikan” hidup. Dan saat memasuki “siang pertama” inilah saya yakin adanya kedamaian dan kebahagiaan hidup kita, karena kita telah diberi petunjuk dan hidayah untuk mengenal dan mampu merubah dari kondisi “gelap” kepada “terang” tersebut.
Sahabat ! saya punya keyakinan yang seyakin-yakinnya, kondisi “siang pertama” yang saya maksudkan akan membawa perasaan yang lebih damai dan bahagia, karena sensasinya akan melebihi damai dan bahagianya “malam pertama”, bukankah kondisi “siang pertama” ini dampaknya tidak hanya untuk kebahagiaan kita sendiri saja, melainkan juga kebahagiaan pada keluarga dan sahabat serta masyarakat serta alam semesta kita.
Sahabat ! akhirnya inspirasi tentang malam dan siang ini menemukan basic spritual, bahwa “Sesungguhnya, dalam penciptaan langit dan bumi, dan pergantian malam dan siang, terdapat tanda-tanda (kebesaran Allah) bagi orang yang berakal, (yaitu) orang-orang yang mengingat Allah sambil berdiri, duduk, atau dalam keadaan berbaring, dan mereka memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi (seraya berkata), “Ya Tuhan kami, tidaklah Engkau menciptakan semua ini sia-sia; Mahasuci Engkau, lindungilah kami dari azab neraka.” (QS. Ali-‘Imran: 190-191).
Ya Allah… sinarilah kami selalu dengan rahmat dan hidayahMu agar kami selalu dan tetap pada jalan yang lurus yang terang benderang sehingga kami selalu berada dalam “barisan” hambaMu … amin…
Salam secangkir kopi seribu inspirasi.