STRESS (SERI CATATAN TJIPTO SUMADI)

STRESS: Stres

“…ternyata Stress juga memiliki sifat ganda; positif dan negatif”.

Oleh Tjipto Sumadi

SCNEWS.ID-JAKARTA. Setiap orang dapat dipastikan pernah mengalami tekanan dalam kehidupannya. Tekanan itu sering disebut sebagai Stress. Secara teoretik, Stress dimaknai sebagai sistem tekanan yang terjadi di dalam tubuh, baik disadari atau pun tidak disadari. Stress ini dapat berakibat pada kondisi fisik maupun psikis seseorang cenderung akan menjadikan fisiknya terasa lemah.

Jika seseorang mengalami Stress, maka seolah dirinya “hilang“ dari peredaran, enggan melakukan pekerjaan produktif, enggan berkomunikasi, dan inginnya hanya bermalas-malasan, serta melepaskan diri dari keadaan lingkungannya. Sepanjang yang diketahui secara umum, bahwa Stress hanya merupakan tekanan yang bersifat negatif dan membuat seseorang depresi. Padahal, ternyata Stress juga memiliki sifat ganda; positif dan negatif.

Pada tahun 1979, seorang peneliti psikologi bernama Hans Selye menyatakan bahwa Stress terdiri atas distress dan eustress. Stress yang dikategorikan distress merupakan Stress yang bersifat destruktif. Seseorang yang tengah mengalami distress cenderung menunjukkan perilaku yang tidak produktif, menghindar dari lingkungannya, menutup diri, dan dapat menimbulkan depresi, bahkan dapat pula berakibat pada perilaku menyimpang yang lebih fatal. Dalam kondisi seperti ini, seseorang yang mengalami distress perlu dibantu atau setidaknya ditemani agar dapat berbagi cerita, sehingga ketegangan yang berkecamuk dalam pikirannya dapat melentur dan membuat hatinya menjadi tenang.

Hans Selye, juga menjelaskan bahwa terdapat pula Stress yang bersifat positif, yaitu eustress. Eustress justru banyak diharapkan oleh orang-orang tertentu untuk membangkitkan potensi yang ada di dalam dirinya. Eustress merupakan tekanan yang dapat memotivasi seseorang untuk berjuang dan melawan tantangan yang dihadapinya. Bahkan ada yang menyatakan bahwa hidup tanpa Eustress tidak akan menarik, karena seolah tidak ada tantangan.

Sehebat apapun pribadi seseorang, dapat dipastikan pernah mengalami Stress, baik distress maupun eustress. Sebab, Stress merupakan fenomena yang bisa datang dari segala arah, boleh jadi muncul dari orang yang sangat disayangi, yang tiba-tiba berubah perilakunya, sehingga membuat ketidaknyamanan dan tekanan dalam hidup; yang sering disebut sebagai Stress. Oleh karena itu, yang utama adalah bukan menghidar dari Stress (terutama distress), tetapi bagaimana mengelola distress menjadi eustress. Betapa banyak kisah sukses seseorang, yang bermula dari mengalami tekanan hidup yang terasa berat atau distress, namun pada akhirnya, ia mampu mengelola keadaan tersebut, hingga menjadi motivasi hidup guna meraih keberhasilan (eustress).

Dalam perspektif religi, Stress dimaknai sebagai ujian dalam hidup. Stress, merupakan akibat dari perilaku dan sikap yang menjadi pilihan bagi seseorang dalam menghadapi tantangan hidup yang menghadang. Oleh sebab itu, cara mengatasi Stress dalam perspektif religi adalah dengan mendekatkan diri kepada Sang Khaliq, yaitu taqarrub ilallah. Taqarrub ilallah ini dilakukan dengan niat, sabar, dan ikhlas menerima ketentuan yang sudah disuratkan oleh-Nya. Membangun kesadaran bahwa segala sesuatu datangnya dari Sang Khaliq; La yushibana illa ma kataballahu lana (tak akan ada satu musibah pun menimpa seseorang, kecuali itu sudah ditakdirkan atas dirinya).

Wallahu ‘alam bishowab. Semoga bermanfaat.

*) Dosen Universitas Negeri Jakarta

 

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini