SUDUT PANDANG
Oleh : Syaifudin
SCNEWS.ID-BANJARMASIN. Sahabat ! Manusia memang mempunyai banyak keunikan keunikan, dan dari sekian banyak keunikannya sebagai makhluk Tuhan, adalah mempunyai otoritas dalam menetapkan atau menganggap sesuatu yang menurut pandangannya adalah “benar” atau “salah” atau “abu-abu”, oleh karena itu baik itu diri kita sendiri atau juga orang lain, sama-sama mempunyai otoritas yang seperti itu, sehingga sudah dapat dipastikan akan banyak dan beragamnya pendapat kita dalam menilai sesuatu peristewa yang kita alami dalam kehidupan ini.
Sejalan dengan ini, pada suatu peristewa dan pandangan atau pendapat, sering kita tidak hanya berhadapan dengan penilaian “benar” dan “salah” akan tetapi juga berhadapan dengan “benar dan benar” atau “salah” dan “salah”, uniknya saat kita menyadari adanya pilihan benar dan salah, maka kitapun mempunyai kecenderungan untuk memilih yang benar, tentu yang benar menurut pandangan kita, tapi disisi lain sebagai manusia ternyata kita juga tidak suka kalau disalahkan atau dibilang salah, sehingga yang nyata-nyata salahpun kita akui dengan adanya pembenaran.
Bertuturnya kehidupan terhadap relativisme penilaian dan pendirian kita tersebut, secara umum sering kita gantungkan dengan yang disebut “sudut pandang”, artinya disandarkan dari pandangan diri kita yang unik tadi dan sekaligus dari sisi mana kita memamandangnya.
Dari sudut pandang diri akan melahirkan pandangan yang bisa diklaim sebagai hasil pemahaman kita atas suatu peristewa yang kita nilai dan pandangan sebagai pandangan yang bersifat “subjektif” karena memang hasil dari pandangan subjektif diri kita. Akan tetapi dalam konteks sudut pandang diri kita terhadap apa yang kita “nilai” bersifat lebih khusus lagi, lahirlah sudut pandang dari aspek mana yang menjadi penekanan kita untuk menjadi alat dalam memberikan penilaian tersebut. Artinya kita hanya melihat dari satu sisi dari banyak sisi yang bisa kita jadikan tolak ukur dalam memberikan penilaian atau pandangan itu. Hal ini secara keilmuan sering kita sebut sebagai pendekatan yang monodisiplin ilmu tertentu ataupun juga bersifat interdispliner dan multidisipliner saat melihat berbagai pendekatan dalam satu bidang ilmu itu dan bahkan dari berbagai displin ilmu.
Sahabat ! pembahasan sudut pandang ini yang sangat penting adalah membangun kesadaran tentang “keniscayaan” adanya perbedaan pendapat atau penilaian terhadap sesuatu kejadian atau peristewa, sehingga kita tidak perlu memaksakan hasil sudut pandang kita kepada orang lain, tetapi justeru adanya saling menghargai kalau ternyata terdapat perbedaan hasil dari sudut pandang tersebut.
Beragamnya hasil pemahaman atau pemikiran dari berbagai sudut pandang ini, justeru akan memperkaya wawasan kita terhadap pandangan kehidupan atau “perbedaan itu adalah rahmat”, dan dari pengayaan wawasan ini akan menghindarkan diri kita dari memaksakan kebenaran yang kita yakini benar kepada orang lain, bukankah kalau kita yakin akan hasil dari sudut pandang kita, maka tidak perlu mendapat pengakuan dari orang lain akan kebenaran itu, tetapi cukup menyampaikan apa yang menjadi keyakinan kita, selanjutnya kalau ada dialog dari berbagai sudut pandang maka hal ini akan dilakukan dengan argumentasi yang saling menghormati.
Pemahaman akan sudut pandang orang lain dan mencoba menelusuri bagaimana sudut pandang mereka itu dilakukan dalam mengambil suatu kesimpulan, akan memahamkan kepada kita bahwa setiap adanya kesimpulan dari suatu sudut pandang mempunyai “alur berfikir” tertentu yang dapat kita ikuti cara berfikirnya dan akhirnya kita menjadi maklumi mengapa ia memberikan pendapat yang demikian itu. Begitu juga terhadap kita, cara fikir kita yang terbuka dan dapat pula ditelusuri oleh orang lain, sehingga orang lainpun akan bisa mengikuti mengapa kita mengambil kesimpulan seperti itu.
Sahabat ! akhirnya pemahaman akan sudut pandang inipun juga terbatas dari sudut pandang saya, semoga bermanfaat.
Salam secangkir kopi seribu satu inspirasi.