SUKA HEBOH (SERI OPINI IBG DHARMA PUTRA)

SUKA HEBOH
Oleh : IBG Dharma Putra

SCNEWS.ID-BANJARMASIN. Ada seorang anak perempuan berpacaran berlebihan dan putus pacaran di tengah jalan. Anak perempuan tersebut mendapat pacar baru dan diduga berkelakuan sama dengan pacar baru, berpacaran berlebihan juga. Sebagai sesama anak yang masih muda, tentunya ada kecemburuan tak terkendali dan saling bertanya masa lalu. Kemungkinan dalam pembicaraan, si gadis bercerita bahwa aksi berlebihan juga dilakukan dengan pacar lama, namun bukan karena mau sama mau tetapi karena dipaksa.

Pacar barunya terbakar cemburu dan menjadi marah kepada pacar lama si anak gadis, dan mencarinya untuk membuat perhitungan. Si gadis tentunya berada dan berpihak kepada pacarnya yang baru. Singkat cerita, pacar baru menghajar pacar lama, bersama dengan teman temannya dan memvideokan aksinya itu, sampai pacar lama tergeletak lemas di pinggir jalan dan konon dalam keadaan koma.

Videonya menjadi viral dan tampak amat sadis sebab pacar lama sudah terkapar masih tetap ditendang kepalanya, sudah lemah dan lemas, masih diinjak lehernya, lalu dipukuli kepalanya. Sebuah penyiksaan bercampur kepengecutan karena dilakukan pada orang yang sudah tak berdaya. Video yang membuat keluarnya air mata secara spontan karena tangisan empati bagi orang tua anak yang disiksa, terutama ayahandanya, yang hanya bisa menahan sakit hati, tanpa bisa membalas dan menyerahkan sebuah balasan setimpal kepada pemerintah negaranya.

Tragedi itu menimbulkan berbagai reaksi serta membuat ceritanya melebar kemana mana, sampai pada potensi korupsi ayah si penyiksa, potensi korupsi sekawanan pegawai pajak sampai keengganan membayar pajak jika belum dilakukan investigasi dan pembenahan total di direktorat pajak. Ada yang meminta si penyiksa dihukum satu sel dengan sambo dan sumanto dan dibiarkan saling siksa bahkan saling memakan dan berbagai opini negatif lainnya.

Jagad nusantara, benar benar dibuat heboh, setelah kehebohan Sambo, muncul kehebohan Mario serta diwaktu selanjutnya tidak tertutup kemungkinan akan ditimpali oleh kehebohan lain dan akhirnya menjadi rahasia umum bahwa sebagian besar masyarakat memang suka memperhatikan kehebohan. Bukan hanya masyarakat kebanyakan, tetapi para cendekia semacam dokterpun bisa dibuat heboh, bisa dibuat berdebat keras tentang peraturan yang belum jelas bahkan belum ada konsepnya.

Kehebohan lucu karena tidak sadar bahwa kehebohan selalu menimbulkan kebisingan dan keriuhan akan membuat suara rakyat tak terdengar. Jika kesukaan ini sampai terendus oleh para politisi, maka menjadi gampang bagi para politisi tersebut untuk mengarahkan serta membuat masyarakatnya menjadi heboh serta sebenar benarnya juga berarti, bahwa politisi mampu bertindak agar masyarakatnya diam, sekaligus mampu membuat tuli masyarakat sehingga tidak bisa mendengar suara Apapun. Masyarakat dibuatnya, cuma ikut heboh, ikut diam ataupun ikut tuli pada waktu yang sesuai dengan waktu yang dikehendaki para politisi.

Kesukaan pada kehebohan dan larut didalam kehebohan bukan sekedar lucu tapi sekaligus tidak pintar serta emosional, sehingga wajib dihentikan dengan membuka wawasan serta akal agar telingga tidak pekak dan mempunyai kemampuan mendengar suara, khususnya suara rakyat kebanyakan yang tak berani dan tak mampu berteriak, mereka cuma berbisik lirih karena takut sekaligus lemah akibat kelaparan. Jika suara rakyat tak terdengar disaat adanya keriuhan maka disaat yang sama, sangat potensial dimunculkan berbagai aturan yang tak sesuai dengan suara rakyat demi kepentingan para politisi.

Masyarakat wajib belajar untuk tidak heboh berlebihan dan menempatkan masalah secara proporsional, dilain sisi para aparat hukum hendaknya bertindak adil secara spontan sesuai dengan tugas yang diembannya tanpa perlu dikawal oleh protes dan teriakan riuh ketidak puasan. Para politisipun layaknya tidak memanfaatkan keriuhan untuk membuat keputusan tidak berkeadilan. Prinsipnya, mari semuanya tetap amanah.

Indikator bahwa masyarakat sudah bisa tidak terpaku pada kehebohan terlihat dari tiadanya masyarakat yang bergegas serta berbondong bondong keluar rumah untuk melihat tabrakan lalu lintas atau kebakaran di desa tetangga.
Jika belum begitu, dan situasi dimanfaatkan secara negatif oleh politisi pembuat legislasi maka dapat berarti hukum masih sakit dan masalah hukum bisa ditarik ulur untuk kepentingan politik yang berlanjut dengan semakin banyaknya aturan hukum yang tuli terhadap suara rakyatnya.

Dalam aturan yang tuli, masyarakat tak akan mendapat keadilan karena jika bemasalah mereka tidak diadili tetapi dihakimi sesuka suka. Puncak dari segala penghakiman akan menimbulkan ketidak puasan bahkan revolusi dan tentunya akan semakin merugikan rakyat. Kasihan rakyat, maju kena, mundurpun kena, dan lama lama mereka akan ogah menjadi rakyat sehingga negara dan semua aparatnya menjadi tontonan lucu karena memerintah tapi tidak punya rakyat.

Banjarmasin
28022023

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini