SUKSES INSTAN, SALAHKAH ???

SCNEWS – Banyak orang mengatakan bahwa untuk sukses itu perlu proses. Bagaimana proses itu berjalan, cepat atau lambat, sangat bergantung dari pilihan masing-masing. Pada ‘frame lama”, sukses adalah sebuah proses yang panjang, bertahap dan berjenjang. Sehingga saat sukses diraih, ada kematangan sikap, strategi yang didapatkan dari proses tersebut. Dalam menggapai tujuan sukses ataupun keinginan dan cita-cita dengan perjuangan yang tidak sebentar, mungkin ada kegagalan dalam tahapannya, yang menjadikan pengalaman yang matang tersebut. Sehingga banyak motivator yang memberikan suntikan semangat bahwa tak ada kesuksesan yang tanpa proses, kesuksesan selalu saja dibayar dengan proses. Karena bayaran proses untuk kesuksesan adalah pondasi yang amat kokoh untuk menggapai kesuksesan yang sesungguhnya.

Lalu bagaimana dengan SUKSES YANG INSTAN, apakah salah ?? Dengan perkembangan zaman, dimana segala sesuatu begitu cepat, maka proses menuju kesuksesan menjadi tidak panjang. Generasi sekarang, yang bekerja dengan putaran kecepatan teknologi, pemikiran dan ide yang perubahannya sangat eksponensial, mereka melakukan berbagai terobosan agar sukses itu datang dengan cepat. Tidak bisa lagi terlambat, karena akan segera tertinggal dan ditinggalkan jaman serta kebutuhan pasar. Pastinya tetap ada proses, tapi jika kita amati, generasi kekinian yang sukses, tidak mempunyai proes sepanjang generasi sebelumnya, tetapi jika diukur dari pencapaian materi dan aset, mereka meraih finansial, posisi dan ketenaran jauh lebih besar dari generasi sebelumnya. Dan mereka ini juga yang akhirnya mengubah dan membalikan berbagai kondisi bisnis saat ini, menggerus stigma dan keyakinan yang selama ini dipegang para pebisnis lama.

Boleh kita bandingkan, pebisnis dibidang “mall offline” dengan mereka yang menggeluti “mall online” dalam bentuk “marketplace”. Dengan modal dan resiko yang lebih kecil, mereka menjangkau pasar yang lebih besar, dan proses yang lebih singkat. Bahkan jika dilihat dalam proses organasisasinya pun lebih simple, tetapi dampak dan kolaborasinya lebih luas. Contoh lain yang masih bisa dibandingkan “apple to apple” antara “dulu dan sekarang” adalah bisnis layanan transportasi. Sukses layanan transportasi seperti contohnya si burung biru, yang begitu lama dan terkenal cukup kredibel, dikalahkan oleh layanan online yang hitungan proses waktu suksesnya jauh lebih pendek. Bahkan pada akhirnya, pemain lama bekerjasama untuk menyediakan fasilitas transportasinya.

Dari kondisi ini kita bisa belajar, bahwa cara instan menuju sukses menjadi sah-sah saja, dilihat dari perkembangan jaman yang serba cepat, dan semua berkembang dengan eksponensial. Yang tidak boleh adalah menghalalkan segala cara untuk mendapat sukses instan, dalam arti sikap dan cara yang negatif, merugikan orang lain. Tetapi sesuatu yang bersifat terobosan, yang dilakukan generasi kekinian, bisa saja tampak menabrak kebiasaan atau norma, hanya saja cara pandang kita harus lebih luas dan bijak lagi dalam memahami kondisi ini. Perkembangan zaman memang membuat segala sesuatu berubah. Dimulai dari bagaimana cara berinteraksi dengan orang lain, berkomunikasi, menyesuaikan dengan perkembangan teknologi. Tak hanya pola hidup saja yang berubah, n

Beberapa hal yang berubah pada pola bisnis dulu dan sekarang adalah sebagai berikut :

  • Jika dulu ada jam operasional dalam bisnis, juga untuk karyawan, maka sekarang kita wajib siap sedia dalam waktu 24 jam. Ide, kreatifitas dan kerjasama bisa terjadi kapan saja tanpa batas waktu. Dulu sebuah toko, buka mulai dari jam 9 sampai jam 5 sore, setelah itu tutup dan tak menerima pelanggan. Sekarang, dengan layanan online, pelayanan pelanggan bisa lebih panjang via berbagai fitur layanan online.
  • Jika dulu semua dokumentasi dan administrasi menggunakan kertas dan manual, maka sekarang lebih banyak menggunakan metode digital dalam menjalankan bisnis atau dikenal dengan ‘papperless’.  Menggunakan kertas seringkali membuat data mudah hilang karena terselip. Jadi, perubahan digital ini membawa dampak positif, sehingga semua administrasi diarsipkan dengan baik secara digital.
  • Jika dulu  pegawai  mengerjakan beberapa hal sekaligus karena semua manual, maka sekarang meskipun digital, jumlah pegawai makin banyak dan semua wajib fokus terhadap pekerjaannya masing-masing. Tak ada istilah cross section dalam pekerjaan. Cross section memiliki arti pegawai bisa turut ambil bagian dalam semua pekerjaan. Misalnya bagian marketing tiba-tiba ikut mengerjakan finance dan sebaliknya. Sekarang, bisnis menjadi lebih terfokus dan semua punya bagian masing-masing, agar hasil yang diperoleh lebih maksimal. Dan karyawan pun akan lebih ‘egaliter’ menolak tugas yang bukan menjadi ‘jobdesk’ nya.
  • Jika dulu mitra kerja atau pelanggan lebih terbatas secara jangkauan, maka sekarang pekerjaan, pelanggan bisa datang darimana saja, bahkan ujung dunia sekalipun. Melalui perkembangan internet, kita bisa mengenalkan bisnis tersebut ke mancanegara, tanpa batas. Jadi kita harus siap mendapatkan order darimana saja. Secara otomatis, kita akan banyak bertemu dan berkomunikasi dengan mereka dari berbagai tempat dan berbagai lapisan. Tentu saja, kita wajib mempekerjakan orang yang mahir dalam bahasa asing, terutama bahasa Inggris sebagai bahasa universal.

Terkait karyawan atau pekerja pun ada perbedaan antara dulu dan sekarang :

Gaya Para Pekerja Dahulu

  • Para pekerja terdahulu tentunya identik dengan sesuatu yang berhubungan dengan peraturan dan tahta / struktur. Peraturan disini bisa diartikan sebagai sebuah pedoman atau patokan yang wajib diataati oleh seluruh pekerja tanpa terkecuali meskipun peraturan tersebut terkesan kurang efektif.
  • Hubungan antara atasan dan bawahan pun terkesan sangat kaku dan berinteraksi hanya sebatas rekan bekerja.
  • Para pekerja terdaulu tidak mudah untuk berpindah-pindah kerja. Mereka lebih memikirkan jenjang lebih menjajikan dibanding good salary yang memuaskan di awal.
  • Apapun tempatnya, bagaimanapun kondisinya dan seperti apa lingkungan, para pekerja terdahulu sangat pantang menyerah dan terus berpegang teguh bahwa tempat kerja tidak menjadi alasan untuk meninggalkan tanggun jawab.
  • Sangat jarang mencari Lowongan Kerja baru

Gaya Pekerja Millenial

  • Salary yang tinggi serta tempat kerja yang nyaman menjadi patokan utama memiliki dream job. Tanpa memiliki banyak pengalaman bekerja terlebih dahulu, para pekerja millenial cenderung ingin mendapatkan pekerjaan yang instan dengan gaji yang sesuai. Jadi, sekarang ini banyak banget lowongan kerja yang terbuka karena siklus millenial seperti ini.
  • Cenderung sangat mudah untuk berpindah-pindah tempat kerja. Alasan utamanya masih sama seperti poin diatas yaitu karena lingkungan bekerja yang kurang kondusif dan gaji yang tidak sesuai membuat rasa tidak nyaman bagi mereka.
  • Para pekerja millenial memang lebih memiliki kredibilitas belajar cepat, kreatifitas yang tinggi serta pola pikir inovatif sehingga mereka selalu tertarik untuk mencoba segala hal. Jadi sekarang ini jarang sekali para pekerja millenial memikirkan jenjang karir bekerja yang lama pada satu perusahaan.
  • Lebih sering mencari lowongan kerja baru, karena informasi yang dimiliki lebih mengglobal. Sehingga adaptasi terhadap budaya global pun lebih diutamakan oleh generasi milenial

Dengan kondisi di atas, apakah kita akan menyalahkan atau melihat bahwa ada yang salah dengan generasi saat ini ?? Tentu tidak mungkin, setiap zaman ada orangnya, dan setiap orang ada zamannya. Yang kita perlu saat ini adalah mencoba memahami setiap perubahan yang terjadi dan beradaptasi, baik dari sisi pemahaman maupun praktisnya.

Ukuran sebuah kesuksesan pun menjadi relatif berdasarkan perkembangan dan tidak bisa mengukur dan membandingkan, karena tuntutannya memang seperti itu. Hanya saja diharapkan nilai-nilai luhur yang menjadi pakem sebaiknya terus dipertahankan. Diantaranya adalah nilai “kebermanfaatan’ untuk orang banyak, tidak menyakiti orang lain atau menindas saat proses meraih sukses. Berbeda proses melesat karena kemampuan dengan ‘menginjak’ dan mencurangi. Melesat atau sukses instan harus karena kemampuan, kredibilitas dan pastinya pengetahuan. Sementara ‘menginjak’ dan ‘mencurangi’ adalah proses buruk yang lambat laun akan terasa dampaknya pada yang melakukannya. Apalagi di zaman digital dimana setiap orang dengan mudah untuk memberikan komentar dan labelnya. Jika prosesnya buruk, maka kesuksesan yang instan akan bisa cepat terpuruk dengan berbagai label yang dinilai oleh masyarakat digital atau netizen.

Mari berubah sesuai zamannya, mencoba terus memahami dan belajar sehingga kita akan bijak dalam menilai setiap perkembangan yang ada. Karena adaptasi itu bukan hanya tentang menyesuaikan, tapi lebih jauh adalah tentang memahami dan menghormati.

DhyRozz🌹❤
#sukseshidup
#perubahan
#ikhtiar
#catatandhyrozz
#dhyrozzlyfe
#dhyrozzspirit

 

 

 

 

 

Terbaru

spot_img

Related Stories

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini