TATANAN NILAI DUNIA MEDIA SOSIAL (BAGIAN 1 “PERSONIFIKASI DIRI DI DUNIA NYATA DAN DUNIA MAYA”)

Kata-kata pertanyaan “be your self” dan “Who Am I ? merujuk pada dua kondisi off line dan on line, yaitu tentang pertanyaan “siapa manusia itu dari sisi fisik dan jiwa (termasuk rohani)”, yang dalam kajian branding disebut sebagai “personal branding” untuk menunjukan atau memperlihatkan siapa diri kita sebenarnya. Dari konsep inilah maka kita akan berusaha meningkatkan dan menjaga nama baik, kemampuan fisik dan fikiran serta rohani kita untuk terus meningkat lebih baik dan terus lebih baik sampai akhir kehidupan kita, sehingga mencapai akhir kehidupan yang baik  dari sisi iman, takwa dan akhlak yang disebut “husnul khotimah”

Oleh : Syaifudin*

SCNEWS.ID-Banjarmasin. Tulisan ini barangkali menjadi sangat tidak popular dikalangan nitizen yang kekeh memakai prinsip “nitizen tidak pernah salah” atau “kebebasan yang sebebas-bebasnya di media social”, namun saya tetap akan sampaikan apa yang menjadi keyakinan dan pendapat berdasarkan latar belakang Pendidikan hukum hukum dan profesi media yang saya jalankan selama ini semacam “fardu ain”.  Urusan nanti pembaca sepandapat atau tidak sepandapat, tentu ini menjadi hak diri kita masing-masing sesuai kapasitas keilmuan dan pengalaman kita yang berbeda. Namun perbedaan pandangan sesungguhnya positif dan dinamis pada sisi pengembangan wawasan dan keilmuan, sehingga ia menjadi hal yang biasa dalam membentuk kesempurnaan ilmu yang tidak pernah sempurna tersebut.

Sebagaimana sudah menjadi kemakluman kita bersama saat membicarakan dunia media social dengan berbagaimacam flatformnya, kita memasuki dunia “maya” atau “virtual” atau “online” yang seolah-olah terpisah dengan kehidupan dunia “nyata” dalam pergaulan kehidupan kita sehari-hari.

Secara subjek hukum sesungguhnya manusia itu tunggal (naturlijk person), yang lahir dengan identitas alamiah dan hukum sebagai suatu peristewa hukum yang disebabkan oleh alam. Manusia diberi nama sebagai identitas, tercatat waktu kelahirannya dalam akte kelahiran, tercatat sebagai penduduk dalam kartu tanda penduduk, mempunyai hak dan kewajiban sebagai warga masyarakat, warga negara, warga umat manusia dan pemeluk agama.  Oleh karena itu kedudukan manusia diakui hak asasinya disamping mengembang kewajiban asasi juga bagai dua sisi dari satu mata uang.

Dari sisi ini dalam kehidupan “nyata” atau “off line” atau “riil” sosok manusia dikenal melalui bentuk tubuh, paras, dan ciri-ciri fisik lainnya serta gerakannya, sedangkan dalam bentuk non fisik kita mengenal kepribadian personal yang tercermin dalam fikiran dan perilakunya sehari hari.  Untuk ini kita bisa mengenali dan menyebutkan identitas fisik dan non fisiknya serta data-data pribadi pada setiap orang yang mempunyai ciri ciri tersendiri dan bahkan unik seperti sidik jari, retina mata dan rambut yang tidak sama antara manusia yang satu dengan manusia lainnya.

Kata-kata pertanyaan “be your self” dan “Who Am I ? merujuk pada dua kondisi off line dan on line, yaitu tentang pertanyaan “siapa manusia itu dari sisi fisik dan jiwa (termasuk rohani)”, yang dalam kajian branding disebut sebagai “personal branding” untuk menunjukan atau memperlihatkan siapa diri kita sebenarnya. Dari konsep inilah maka kita akan berusaha meningkatkan dan menjaga nama baik, kemampuan fisik dan fikiran serta rohani kita untuk terus meningkat lebih baik dan terus lebih baik sampai akhir kehidupan kita, sehingga mencapai akhir kehidupan yang baik  dari sisi iman, takwa dan akhlak yang disebut “husnul khotimah”.

Lantas kemudian masuklah kita dunia maya atau virtual dengan berbagai macam flatform dan permasalahannya adalah, kapan kita  terlahir di dunia maya ini ? sebagai siapa kita terlahir ? seberapa banyak sosok diri kita terlahir ? apakah kita menjadi diri kita sendiri atau menjadi diri orang lain ? dan seterusnya. Untuk mudahnya saya bertanya kepada anda semua, ada berapa akun media social yang anda punya pada setiap flatform seperti Facebook, Instagram, WatsApp, Twitter, Wechat, MiChat dan lain-lain. Untuk alat komunikasi  ada berapa alamat email yang anda punya ? ada berapa nomor telepon yang anda punya ? ada berapa smart phone yang anda punya ?

Sampai disini tidak ada masalah, sepanjang flatform media social dan perangkat komunikasi tersebut digunakan sebagai alat komunikasi untuk tetap menggambarkan personality kita yang terdapat dalam dunia nyata.  Namun akan menjadi masalah kalau ternyata diberbagai flatform media social tersebut telah mengekspresikan personality yang terbelah banyak atas diri anda dan melupakan jati diri kita yang sebenarnya, dan lebih parah lagi kita menciptakan akun palsu untuk bernarasi dan beraktivitas.

Disisi positif media sosial sebagai sarana komunikasi sesungguhnya sebagai anugerah nikmat teknologi yang wajib kita syukuri yang telah banyak melahirkan kemudahan dalam berbagai bidang kehidupan, akan tetapi realitas menunjukan penggunaan media social terjadi yang seolah-olah bisa berbuat apa saja dan sebebas-bebasnya dan  bahkan dijadikan alat membuat dan menyebarkan “kejahatan”.

Mengapa bisa terjadi adanya personality yang terbelah di dunia media social dan rambu-rambu hukum apa saja yang melingkupinya, untuk mengendalikan sisi negative dari media social ini, akan dilanjutkan pada pembahasan berikutnya…. (BERSAMBUNG)

SALAM WISDOM SPRITUAL

*Alumni Mawadan87, Founder Jurist Solution, Dewan Redaksi dutatv dan dutatv.com, Dewan Redaksi scnews.id, Pendiri Yayasan Banua Media Utama, Pengajar Luar Biasa di Pascasarjana UIN Antasari

Terbaru

spot_img

Related Stories

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini